Sabtu, 30 November 2019

Hotel Rasa Losmen Di Nepal

Tamu Hotel Umumnya Bertujuan Untuk Mendaki Gunung
Jadi Check In/Out Hanya Bawa Ransel Doang

Di Nepal yang namanya Hotel itu beda dengan negara negara lain. Saya baru mengetahui setelah putar putar ke beberapa kota baik di ibukota Kathmandu, Pokhara, Nagarkot maupun Lukla, Ternyata yang namanya Hotel di Nepal itu kalau di Indonesia kira kira setara dengan Losmen. Jarang sekali Hotel sekelas Hotel Bintang 5 saya temukan diseluruh kota di Nepal.

Ada 3 Koper Yang Aneh Sendiri Diantara Ransel
Koper Itu Milik Saya

Jadi, saat saya booking online, semua photo tentang fasilitas hotel terlihat begitu bersih dan indah. Nama nama hotel juga banyak yang sangat terkenal bahkan sudah lama saya mengenal nama nama tersebut sebagai Hotel berbintang 5. Sebut saja salah satunya adalah Four Seasons Hotel, ternyata Four Seasons di kota Pokhara Nepal ini adalah Losmen backpacker yang letaknya mblusuk di kampung dan nggak ada hubungannya sama sekali dengan Four Seasons Hotel di negara lain.

Hotel Four Seasons Palsu
Di Pokhara

Masih banyak lagi nama nama hotel terkenal yang mirip nama terkenal hotel bintang 5 tapi letaknya mblusuk dikampung, diatas ruko, di gang buntu dll. Kenapa bisa dengan mudahnya njiplak nama hotel terkenal untuk dipakai di losmen losmen butut di seluruh kota di Nepal ? Apa nggak takut dituntut oleh pemilik nama yang sebenarnya ?.

Hotel Jampa Ini Di Gang Buntu
Kawasan Thamel Kathmandu

Ternyata. hampir semua turis yang datang ke Nepal itu punya tujuan yang sama yaitu mendaki gunung. Mereka adalah turis yang sering kita sebut sebagai Backpacker. Mereka tidak memerlukan hotel mewah berbintang 5 dengan fasilitas hotel sempurna. Mereka hanya perlu akomodasi apa adanya sehari saja untuk persiapan mendaki gunung dan bertemu dengan sesama pendaki gunung. Selanjutnya tidurnya di tenda di gunung. Hotel bintang 5 beneran susah lakunya di Nepal.

Ini Deretan Hotel Diatas Ruko Di Thamel
Hotel Backpacker Semua

Para pendaki dan turis turis backpacker inilah yang sesuka hatinya sendiri memberi nama tempat pondokannya. Mungkin biar bergengsi saat ditilpun istri, keluarga atau media televisi di negaranya saat wawancara live. Biar keren dan bergengsi kalau bisa menyebut nama hotel mewah bintang 5.

'Ma, saya sudah tiba di kota Nagarkot, baru saja check in di Hotel Hyatt'

Rumah Disudut Ini Dijadikan Hotel Backpacker
Namanya Suka Suka Yang Nginap
Haloo Ma, Saya Nginap Di Mercure Hotel

'Haloo halooo, maaf suara terputus putus. Ini SCTV bisa jelas didengar, Halooo Kathmandu ?'
'Ya ya, Selamat malam pemirsa di tanah air,  perlu saya sampaikan bahwa Team Merah Putih baru saja selesai check in di Hotel Radisson. Malam ini rombongan pendaki akan istirahat dan baru akan mulai pendakian besok pagi kalau cuaca cerah'

Hotel Terbagus Di Kota Pokhara
Hotel Ini Yang Menginap Umumnya Pengusaha Lokal
Pendaki Gunung Jarang Yang Mau Menginap Di Hotel Ini

Jadi, kira kira seperti itulah berita berita di tanah air kalau sedang acara wawancara live dengan para pendaki gunung di Nepal. Jadi jangan terkejut kalau anda membaca nama losmen yang mirip dengan nama hotel bintang 5 tapi lokasinya mblusuk di gang gang sempit diantara ruko di pasar, di kampung kampung atau di gang buntu. Ada yang nama hotel ditulis rapi dan ada juga yang ditulis tangan apa adanya diatas papan. Semua ulah para turis backpacker untuk 'menghibur diri' agar keren dan bergengsi saat ditilpun dari tanah airnya. 

Keramaian Kota Pokhara Malam Hari
Kebanyakan Rombongan Pendaki Dari Berbagai Negara

Sarapan Pagi Terasa Aneh Sekali
Yang Sarapan Kebanyakan Bajunya Dekil
Nggak Pernah Dicuci Berhari Hari

Hotel Di Gang Buntu
Yang Penting Murah Dan Bisa Istirahat

Hotel Vaishalli Mblusuk Di Kampung
Ada Tetangga Yang Nyapu Jalan, Jualan Gorengan Dll

Hotel Serenity Di Thamel Kathmandu
Lobbynya Jualan Pulsa Telpon Selular Juga

Hotel Four Seasons Palsu
Letaknya Mblusuk Di Kampung

Bentuknya Seperti Hotel Beneran
Tapi Sebenarnya Apartment Warga Yang Disewakan
Buat Back Packer

Banyak Juga Apartment  Penduduk Yang Dijadikan
Hotel Backpacker

Hotel Dan Rumah Penduduk
Di Kampung Sempit Dilihat Dari Atap
Hotel White Pearl Pokhara

Rumah Yang Disulap Jadi Hotel Di Kathmandu
Namanya Hotel Shimbala

Hotel White Pearl Pokhara
Letaknya Di Kampung Menyatu Dengan Warga


Baca Juga :

Minggu, 10 November 2019

Helicopter Tour Wisata Dramatis Nepal

Perjalanan Kebawah Dari Annapurna Base Camp
Dimulai

Mas Ardi dan si kecil Dinda ikut paket tour Trekking 2 Hari 3 Malam ke gunung tertinggi nomor 10 dunia, yaitu Gunung Annapurna (+8091 meter), Himalaya Nepal. Artinya selama dua hari 3 malam tersebut jalan kaki menuju puncak tertinggi. Saya dan Ayu nggak ikut dan lebih baik nunggu di Hotel saja sambil jalan jalan di kota Pokhara.

Sherpa Yang Mengawal
Cerita Serem Saat Istirahat

Tapi, hari kedua sekitar jam 8:00 malam, Travel Agent menelpon saya dan memberitahu bahwa mas Ardi dan Dinda terkena Mountain Sick dan saat ini masih di ABC. Mendengar kata 'Sick' tentu saya bingung dan panik. Mountaim dan Sick, bayangan saya artinya Sakit di Gunung. Langsung kacau pikiran saya membayangkan cerita kecelakaan saat pendakian yang sering saya baca dan lihat di koran koran, TV dan film.

Harus Mengikuti Aliran Air Untuk Menuju
Base Camp Ke 3 Dibawah

Lebih kacau lagi saya tidak tahu sama sekali dimana itu ABC, Langsung saya datangi Tour Travel yang memberangkatkan suami dan anak saya malam itu juga. Semua pegawai menyambut saya dengan ekspresi cemas dan prihatin. Sesekali menenangkan saya dengan memberi air mineral. 

Diberitahu Cara Bertahan Hidup
Seandainya Kemalaman Dan Belum Bisa
Mencapai Base Camp Bawah

Manager Tour Travel dengan wajah serius menawarkan saya untuk menjemput dengan naik helicopter langsung ke ABC. Ternyata, ABC itu singkatan Annapurna Base Camp, sebuah camp terakhir pendakian ke puncak gunung Annapurna. Langsung saya setujui dan saya bayar tanpa harus berpikir panjang. 4 x USD 350 langsung digesek dari kartu kredit saya.
Diminta Selalu Bergerak Supaya Tidak
Kedinginan

Saya harus menunggu sampai pagi hari karena tidak ada penerbangan malam, Meskipun semalaman nggak bisa tidur, akhirnya jam 5 pagi saya dibawa ke Pokhara Airport untuk terbang langsung ke base camp tertinggi ABC. Sama sekali saya tidak bisa menikmati perjalanan, pikiran kacau balau pingin cepat sampai ke Annapurna Base Camp untuk segera bertemu dengan suami dan anak.

Saat Saat Paling Menyedihkan Saat
Mendengar Suara Helicopter Tapi Tidak Tampak

Ternyata, suami dan anak saya sehat sehat saja dan malah sedang asyik ngopi dan makan Indomie rebus saat saya datang. 'Katanya Mountain Sick ?'. 'Ya hilang sendiri setelah istirahat dan beradaptasi', kata mas Ardi dengan kalem. Saya baru sadar dikerjain Tour Travel. Manager dan staff yang saya temui kemarin sore berarti sukses jualan Paket Tour Helicopternya hanya dengan sedikit bermain kata dan menunjukkan ekspresi cemas dan prihatin. Mungkin ini yang disebut cara marketing level Harvard.

Gila Bener Sherpa Yang Mendampingi
Disuruh Teriak Teriak Sekeras Kerasnya
Nggak Mungkin lah Pilot Helicopter Bisa Dengar

Tidak sampai satu jam di Annapurna Base Camp, gantian saya dan ayu merasa pusing pusing. Helicopter yang mengantar saya ternyata sudah tidak ada, entah terbang kemana lagi. Petugas radio ABC langsung menghubungi emergency dan minta agar diterbangkan helicopter ke ABC segera. 'ABC may day, ABC..... 3 Orang mengalami Mountain Sick', kata petugas radio. Ternyata yang dimaksud  saya, ayu dan seorang lagi emak emak dari Canada. 

Paling Sedih Kalau Melihat Helicopter
Tapi Lewat Saja

Satu jam menunggu helicopter nggak datang datang alasannya kabut sudah terlalu tebal, helicopter tidak bisa mendarat lagi untuk menjemput. Satu satunya cara harus turun ke base camp dibawah dan jalan kaki sekitar 2 jam. Tentu saya jadi panik lagi apalagi Ayu sudah mulai muntah muntah.  Mas Ardi dan Dinda langsung saya semprot habis habisan, ngapain ikut Trekking mendaki gunung segala, bikin susah aja,

Nah Ini Baru Helicopter Saya Datang
Menjemput

Petugas ABC berusaha menenangkan suasana, katanya 3 orang sherpa akan mendampingi untuk turun ke base camp bawah. Tapi perlengkapan yang dibawa membuat saya semakin tidak tenang. Selain membawa PPPK. juga membawa lampu darurat, tenda, dan entah apa lagi. 2 orang yang membawa barang berat berangkat duluan dan satu orang mendampingi saya sepanjang perjalanan turun.

Ternyata Tempat Pendarata Helicopter
Banyak Sekali

Dalam perjalanan turun ini sesekali terdengan suara helicopter, lalu menghilang. Saat terdengar suara helicopter kita disuruh teriak teriak sekuatnya. 'Pilot Helicopter sedang mencari kita' kata si sherpa dengan tenang.  Sedih, lunglai dan ingin menangis rasanya saat suara helicopter terdengar menjauh dan menghilang.

Helicopter banyak Yang Melintas Karena
Jumlah Peserta Helicopter Tour Cukup Banyak

Akhirnya terdengar lagi suara helicopter, tapi kali ini helicopternya terlihat. Langsung kita disuruh melambai lambaikan tangan setinggi tingginya agar pilot melihat. Tapi helicopter terlalu tinggi dan melintas begitu saja. Kali ini saya, Ayu, Dinda dan kawan Canada saya benar benar menangis sedih membayangkan bermalam diatas gunung tanpa persiapan apapun. 

Pilotnya Ugal Ugalan
Meliuk Liuk Diantara Gunung, Menukik Tajam
Bahkan Demo seolah Olah Mau Menabrak Gunung

Doa apapun rasanya sudah saya ucapkan, tapi pertolongan helicopter tidak kunjung datang. Sebentar lagi akan gelap dan dua orang sherpa yang tadi membawa tenda dan perbekalan dan berangkat duluan tidak terlihat sama sekali, entah dimana mereka sekarang. Rasanya, besok pagi saya akan masuk koran dan menjadi berita utama ditanah air karena mati di gunung Annapurna.

Ceria Nggak Jadi Jalan Kaki Ke Base Camp 3

Baru saja saya selesai maaf maafan dengan suami dan anak anak, tiba tiba suara helicopter terdengar kembali. Si Pilot langsung tahu posisi kita dan tampak akan mendaratkan helicopternya. Agak curiga saya, kenapa bisa langsung tahu keberadaan kita, kenapa si sherpa langsung mengeluarkan handy talky radio dan memberi aba aba mendarat ?. 

Rasanya  Mau Nnabrak Gunung
Pilotnya Sengaja Membuat Tegang Penumpang

Ternyata posisi saya berdiri tidak jauh dari landasan mendarat helicopter. Jadi, selama ini saya dikerjain petugas radio, sherpa yang mendampingi saya, sherpa yang bawa perbekalan berat dan tour travel di Pokhara, Jalan kaki turun dari ABC sebenarnya hanya perjalanan menuju ke landasan helicopter dibawah yang didramatisir sedemikian rupa.

Inilah Sungai Yang Akan Saya Lewati Menuju Camp
Dibawah Seandainya Helicopter Tidak Datang

Baru kali ini saya ikut tour helicopter yang cukup dramatis, mengaduk aduk perasaan dan emosi sekaligus mendekatkan saya dengan keluarga dan Allah sang pencipta alam dan segala isinya. Saat saya mampir kembali ke Tour Travel di Pokhara, semua staff bertepuk tangan menanyakan kesan kesan ikut Helicopter Tour. Dan saya dijelaskan bahwa semua kejadian yang saya alami memang telah discenariokan untuk membedakan Helicopter Tour dengan rutin penerbangan biasa. Helicopter Tour memang harus dramatis, mendebarkan, mencekam dan membuat peserta tour selalu deg degan dan was was. Semprul tenan, tapi tidak akan pernah saya lupakan.

Medan Seperti Ini Helicopternya
Meliuk Liuk Acrobatic Tapi Asyik Juga


Baca Juga :

Sabtu, 02 November 2019

Kuburan Bawah Tanah Perchersk Lavra Kiev Ukraina

Perchersk Lavra Monastary
Kiev Ukraina

Di Kota Kiev Ukraina ada sebuah komplek bangunan berwarna hijau yang nampak begitu indah terlihat dari atas pesawat saat pesawat yang saya tumpangi mau mendarat. Warnanya begitu kontras perpaduan antara warna hijau, putih, warna emas dan lingkungan alam yang begitu hijau disekitarnya. Lebih indah lagi saat terlihat juga warna biru sungai yang mengalir didekatnya.

Indah Terlihat Dari Udara
Sungai Dniper Mengalir Didekatnya

Komplek bangunan tersebut ternyata sebuah Monastary (Biara) Kristen Orthodox bernama Perchersk Lavra Monastary dengan sungai Dnieper yang mengalir didekatnyya. Saya ikut ikutan ngantri beli tiket masuk bersama turis turis lain karena Perschersk Lavra ini termasuk 7 Keajaiban Ukraina versi Netizen saat dilakukan voting tanggal 21 Agustus 2007 dan wajib dikunjungi kata resepsionis di hotel tempat saya menginap.

Ngantri Beli Tiket

Saat saya tanyakan apa artinya Perchersk Lavra ternyata Perchersk artinya Gua dan Lavra artinya biarawan suci yang paling tinggi derajatnya dibanding yang lainnya. Kira kira kalau memakai istilahnya Pak Ndul semacam 'Ahlinya Ahli', Intinya Inti dan Core Of The Core. Pokoknya tiada bandingnya gitu.

Gerbang Masuk Komplek
Monastary Dan Kuburan

Ternyata benar, dibawah tanah komplek bangunan ini ternyata banyak lorong lorong sempit dengan lebar hanya 1 meter dan ketinggian sekitar 2 meter.  Di beberapa tempat pengunjung harus berjalan miring kalau berpapasan dan menunduk kalau atap gua terlalu rendah. Lorong lorong gua bawah tanah ini ternyata sebuah pemakaman yang juga sering disebut dengan istilah Catacomb.

Gereja Dormition Di Latar Belakang
Museum Dibelakang Saya

Isi didalam gua ratusan jasad biarawan yang meninggal ratusan tahun lalu dan beberapa chapels untuk berdoa. Tercatat biarawan yang paling awal dimakamkan adalah Anthony pada tahun 1051.  Menurut keterangan dari para peziarah dan juru kunci makam, semua biarawan yang berada dalam gua tersebut tidak membusuk dan mengeluarkan bau karena kesuciannya.

Kalau Di Indonesia Namanya Pesantren
Banyak Anak Anak Dan Remaja Yang Belajar
Agama Dan Tinggal Disini

Saya yang ikut berdesak desakan dengan para peziarah memang tidak mencium bau apapun didalam gua. Dan saya lihat sendiri jasad biarawan tersebut masih utuh dalam peti jenasah kaca yang bisa dilihat oleh pengunjung. Cukup gelap tetapi banyak peziarah yang menyalakan lilin saat berdoa didepan jasad para biarawan.

Ada Museum Sejarah
Termasuk Reconstruksi Bangunan
Setelah Beberapa Kali Hancur

Pada jaman Soviet, jasad para biarawan didalam gua ini tidak ada yang berpakaian layak karena kurang perhatiannya pemerintah Komunis Soviet terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan agama. Tetapi setelah jatuhnya Soviet Union, semua jasad diberi pakaian dan jubah keagamaan yang anggun seperti layaknya pakaian biarawan seperti saat mereka hidup di jamannya.

Areanya Sangat Luas Dan
Naik Turun Berbukit Bukit
Sangat Melelahkan
Yang paling menarik berada di komplek Perchersk Lavra ini adalah semua pengunjung wanita harus mengenakan kerudung kepala 'Hijab/Jilbab' dan kaki harus tertutup terutama saat memasuki gereja dan 'madrasah' tempat anak anak dan remaja digembleng ilmu agama. Semua murid wanita terlihat ceria mengenakan hijab/jilbab berwarna hitam dan pakaian putih saat belajar ditempat ini. Sedangkan pengunjung dipinjami selembar kain 'jarik' berwarna hijau untuk menutup kaki agar terlihat sopan.

Dormition Church
Bagus Buat Ohoto Photoan

Bagian Dalam Dormition Church
Berlapis Emas

Banyak Remaja Yang Keluar Masuk Gedung Ini
Kayaknya Asrama Buat Para 'Santri'
Pinjam Jilbab Dan Jarik Untuk Masuk Ke
'Madrasah' dan Gereja
Di Halaman Luar Tidak Wajib Memakai Jilbab

Berada Di Area Gereja Harus Menggunakan
Kerudung 'Hijab' Dan Pakaian Sopan

Hijab Wajib Untuk Masuk Gereja Dan 'Madrasah'
Baca Juga :

Minggu, 13 Oktober 2019

Royal Mile Market Edinburgh

Royal Mile Market
Hanya Kumpulan Pedagang Yang Menempati Bangunan Gereja

Yang namanya Pasar, kalau di Indonesia itu ukurannya besar sekali dan sudah pasti ramai banyak penjual dan pembeli. Indonesia memang negara yang sangat besar dengan jumlah penduduk yang sangat besar pula. Itulah sebabnya pasar pasar di Indonesia selalu padat. Pedagang dan pembelinya sampai keluar dari area pasar saking ramainya dan sering bikin macet jalan raya pula.

Isinya Hanya Beberapa Lapak Pedagang
Kerajinan Tangan Dan Lukisan

Di Scotland, Inggris, tepatnya di kota Edinburgh ada sebuah pasar ditengah kota bernama Royal Mile Market. Jangan membayangkan pasarnya sebesar Pasar Tanah Abang atau Pasar Mangga Dua meskipun sama sama ditengah kota. Royal Mile Market ini lebih mirip Bazaar Kampung saat perayaan 17 Agustusan di tanah air. Jumlah pedagangnya bisa dihitung dengan jari dan pengunjungnya juga tidak terlalu banyak. Hampir semua pengunjung turis asing yang terpapar promosi pariwisata, brosur dan ulasan menarik di website.

Meskipun Kecil Pasar Ini Dipromosikan
Dengan Kalimat Kalimat Yang Bagus Di Website
Dan Brosur Pariwisata

Royal Mile Market ini menempati gedung bekas bangunan gereja. Dinamakan Royal Mile karena letaknya di jalan utama yang panjangnya 1 Mile (1.6 Km) antara Edinburgh Castle dan Holyrood Palace. Ulasan di brosur pariwisata maupun berbagai macam website memang sangat menarik karena lokasinya dikelilingi oleh berbagai macam bangunan tua bergaya Baroque disekitarnya. Tetapi sebenarnya Royal Mile Market ini terlalu kecil untuk disebut Pasar karena hanya kumpulan beberapa pedagang yang menempati bekas gedung gereja.

Kaca Kaca Fresco Masih Ada
Menunjukkan Bahwa Pasar Ini Menempati Bekas
Bangunan Gereja

Lapak lapak dagangan yang ada didalam gedung bekas gereja ini sama saja dengan lapak lapak di Pasar Tanah Abang. Dagangan tidak terlalu banyak, umumnya berupa Kerajinan tangan emak emak seperti yang sering kita lihat saat Bazaar 17 Agustusan dikampung. Lukisan dan kerajinan tangan menjahit, menyulam, bordir juga ada. Yang tidak ada hanya penjual kuliner, los daging dan los buah/sayur saja karena pasar ini memang bukan di Indonesia.

Yang Dijual Kebanyakan Lukisan
Kerajinan Tangan Emak Emak Berupa Kalung, Gelang,
Taplak Meja, Bordir Dll

Jadi, kalau anda ingin shopping di pasar yang besar, luas dan sangat komplit, saya sarankan untuk shopping di Indonesia saja. Nggak perlu anda jauh jauh shopping sampai ke Scotland. Di Scotland nggak akan bisa anda menemukan pasar yang sangat lengkap menjual kerajinan tangan, lukisan, daging, sayur, buah, kerupuk, beras dan gula yang campur aduk dalam satu pasar besar seperti pasar Tanah Abang di Jakarta.

Kalau Di Indonesia Kemungkinan Pasar Seperti Ini Akan
Gulung Tikar Karena Sewa Lapaknya Pasti Mahal

Pintu Keluar Masuknya Kecil
Karena Bekas Bangunan Gereja

Semua Pengunjung Kebanyakan Turis

Sebenarnya Yang Menarik Adalah
Menyaksikan Kaca Fresco Dan Arsitektur
Bangunan

Saya Paling Senang Melihat Kerajinan Tangan
Bisa Saya Tiru Dan Saya Buat Sendiri Nanti

Warna Warni Kain Bordir
Kerajinan Emak Emak Scotland

Bagus Bagus Semua Kan
Hasil Karya Emak Emak
Baca Juga :