Tampilkan postingan dengan label Liburan-Nepal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Liburan-Nepal. Tampilkan semua postingan

Senin, 03 Agustus 2020

Ada 'Oom Telolet Oom' Di Nepal


Gembira Nemu Suasana Seperti Di Indonesia
Oom Telolet Oom

Saya jengkelnya bukan main dengan mas Ardi dan si bungsu Dinda. Dua orang ini nggak ada rasa takut dan was was sama sekali di negeri orang. Saat saya melakukan perjalanan dari Kathmandu ke Pokhara, Nepal, seperti biasanya tugas nyetir selalu disepakati bergiliran. Tapi mas Ardi selalu 'ngeyel' kalau tiba gilirannya untuk nyetir. Alasannya bisa 1001 macam. 

Jalan Raya Kathmandu - Pokhara Sangat
Berbahaya, Sempit, Ramai Dan Ada Jurang

Yang paling sering dijadikan alasan adalah 'Kalau Nyetir Siapa Yang Bagian Jeprat Jepret Ngambil Photo ???'. Sebenarnya benar juga alasannya, Sudah terlalu sering kalau mas Ardi sedang nyetir, '3 Dora The Explorer'  pengikutnya  tidur. Kalau nggak tidur seringkali berisiknya bukan main membuka bekal makanan dan makan mulu sepanjang perjalanan.

Bus Di Nepal Semuanya Buatan India
Klakson Tololetnya Sangat Meriah

Saat saya kebagian tugas pertama nyetir, jalanan Kathmandu - Pokhara sedang macet total ber jam jam. Disamping karena jalannya sempit, berbelok belok naik turun, juga kendaraan yang lewat kebanyakan truk dan bus umum. Ditengah kemacetan, mas Ardi dan Dinda turun dari mobil hanya untuk photo photoan di jalanan, ditengah kemacetan dan diantara bus dan truk. Tanya tanya juga ke sopir bus / truk ada apa kok macet. Kalau ada kecelakaan tanya ke siapapun disekitarnya ada korban nggak. Pokoknya tingkah lakunya  Indonesia banget.

Kalau Berpapasan Dengan Truk / Bus Lain
Sopir Nepal Juga Membunyikan Klakson Telolet

'Mak, seperti di Indonesia mak'
'Macet Panjang mak, kayak perjalanan ke Puncak'
'Busnya Antik mak, Ada Klakson Telolet seperti di Indonesia'
'Telolet mak, Bisa numpang joged biar nggak stress jalan macet mak'

Nah Ada Truk Terguling Di Tikungan
Pak Sopir Mungkin Lupa Membunyikan Telolet Di
Tempat Angker Dan Berbahaya

Berkali kali mereka berdua naik turun mobil hanya untuk mengambil photo kemacetan dan tanya kiri kanan. Berbagai macam truk/bus diphotoin semua. Bergaya dan ngobrol dengan sopir truk/bus ditengah jalan yang macet. Entah pakai bahasa apa, yang jelas bisa berkomunikasi 'gayeng' meskipun saya perhatikan tangan harus digerak gerakkan atas bawah kiri kanan untuk memperlancar komunikasi.

Nah Ini Dia Ada Truk Gandeng Terguling Di Jalan
Nyalakan Telolet Ditempat Angker Biar Aman

Saya benar benar nggondok luar biasa karena dua orang ini ketawa ketiwi saat bus dan truk saling membunyikan klakson 'Telolet'  bersahut sahutan. Telinga saya rasanya pekak meskipun suaranya berirama. Sopir Bus dan Truk sepertinya gembira ada turis asing di tengah kemacetan. Masing masing berusaha menunjukkan keistimewaan klakson Teloletnya ke mas Ardi dan Dinda saling bersahut sahutan. Keduanya Joget joget di jalan  mengikuti irama klakson Telolet pula bersama beberapa penumpang yang turun karena bosan didalam bus dalam kemacetan..

Telolet Dibunyikan Saat Masuk Ke Area Istirahat
Artinya Salam Abang Datang Buat Dik Narti Di Warung

Cepat cepat saya turun dari mobil dan segera bertindak.
'Ayo masuk mobil cepat !!!'
Dan sekarang  mas Ardi saya paksa nyetir sampai ke  Pokhara. Tidak boleh diganti sebelum nyampai ke Hotel. Sepanjang perjalanan saya isi dengan 'ceramah'  dan 'tauziah' tentang keselamatan mengemudi, tips menjaga diri di negara orang dll. Dua orang ini diem saja. Nggak berani turun mobil lagi dan jogat joget di jalanan meskipun beberapa kali jalanan masih macet total.


Bayar Tip Buat Jatah Preman
Telolet Tidak Ada Yang Dibunyikan Didepan Polisi

Lewat Didepan Warung Langganan Membunyikan Telolet
Salam Buat Dik Narti Di Warung

Yahhh, Tambah Macet Ada Bus Yang
Mendahului Melawan Arus - Adu Kambing Deh
Klakson Telolet Dibunyikan Terus

Ada Sepeda Motor Jatuh Kesenggol Bus
Seluruh Kampung Keluar Menonton

Jalan Menanjak - Bus Paling Depan
Seenaknya Berhenti Menaikkan/Menurunkan Penumpang

Ada Juga Yang Berlari Mengejar Truk Pick Up
Numpang Angkutan Gratis

Macet - Lambat Merayap
Berisik Suara Klakson Telolet

Kalau Sudah Macet Total Seperti Ini
Mobil Kecil Dan Umum Juga Mengambil Jalan Yang Kosong
Meskipun Melawan Arus - Tambah Macet

Baca Juga :

Senin, 20 Juli 2020

Bhaktapur Durbar Square Nepal Setelah Digoyang Gempa


Bakhtapur Durbar Square
Cagar Budata Peninggalan Hindu UNESCO

Tanggal 25 April 2015 adalah hari kelam di Nepal. Gempa besar dengan kekuatan magnitude 7.8 Skala Richter terjadi dengan pusat gempa di sebelah timur wilayah Gorkha. Sekitar 9000 orang meninggal dunia, 22.000 orang terluka dan 3.5 juta warga kehilangan tempat tinggal. Peristiwa tragis ini sekarang diingat oleh warga dengan nama Gorkha Earth Quake.

Disangga Besi Biar Gedung Tidak Roboh
Besi Sudah menahan Dinding Sejak 2015

Lebih tragis lagi, setelah bencana alam besar tersebut masih diikuti gempa susulan sebanyak 25 kali dalam waktu hanya 2  bulan di hampir seluruh wilayah negara Nepal dengan rata rata magnitude 5 - 5.5 Skala Richter. Gempa susulan terbesar terjadi pada  tanggal 12 May 2015 yaitu 7.3 Skala Richter dengan pusat gempa di Dolakha. Total bertambah 218 orang tewas dan sekitar 2500 orang terluka akibat gempa Dolakha ini.

Meskipun Gedung Disangga Besi
Pedagang Tidak Dilarang Berjualan Dibawahnya

Salah satu cagar budaya kebanggan Nepal dan tercatat sebagai warisan budaya yang dilindungi oleh UNESCO adalah Bhaktapur Durbar Square yang terletak di kota Bhaktapur, sekitar 50 Km dari Kathmandu. Ada banyak sekali pagoda / candi yang berada di tempat ini misalnya Nyatapola Temple. Bhairab Nath Temple, Dattatraya Temple, Changu Narayan, Ta Pukhu (Siddha Pokhari) dan patung dewa Shiva bernama Kailashnath Mahadev. 

Jalan Cepat, Takut Juga Belanja Di Kios Ini
Kalau Tiba Tiba Roboh Gimana

Keadaan pagoda, candi dan patung saat itu setelah terjadinya gempa katanya hancur berantakan. Tetapi saat saya kunjungi beberapa waktu yang lalu masih terlihat beberapa bagian sedang direnovasi.  Yang sudah selesai direnovasi terlihat jelas warnanya lebih segar. Baik batu bata, tembok, genteng dan ornamen maupun lukisan di dinding berbeda kecerahannya dibanding dengan yang asli.

The Show Must Go On
Turis Tidak Dilarang Meskipun
Ada Pekerjaan Renovasi

Ada yang unik mengenai cara renovasi ala Nepal. Beberapa bangunan yang tidak hancur terlihat dibeberapa tempat masih disangga oleh tiang besi miring agar tidak roboh. Sempat heran saya dan meragukan kekuatan besi miring tersebut dalam menyangga gedung yang mau roboh. Rasanya nggak mungkin akan bisa menyangga gedung, tapi kata pedagang disekitar besi besi penyangga tersebut sudah dipasang sebulan setelah Gorkha Earth Quake.

Bhaktapur Durbar Square
Banyak Gedung Yang Disangga Besi

Belum selesai saya mengamati tiang besi miring penyangga gedung, saya mendengar seorang pedagang souvenir berteriak kearah saya 'Indonesia Good'. Diulang lagi 'Indonesia Good'. Rupanya pedagang tersebut bermaksud untuk mengucapkan terima kasih dan berusaha menggiring saya masuk ke tokonya. Berkali kali pedagang ini mengucap beberapa nama Indonesia yang pernah dikenalnya, rupanya nama nama anggota TNI yang pernah dikirim ke Nepal untuk misi kemanusiaan.

Changu Narayan Temple
Masih Banyak Batu Disekitarnya
Setelah Renovasi Total

Memang benar saat gempa Nepal tahun 2015 yang lalu Indonesia telah mengirim bantuan kemanusiaan ke Nepal. Tercatat bantuan dari Indonesia berupa tenaga dari TNI beserta 2 pesawat Garuda Boeing 737-400 yang membawa bantuan kemanusiaan seberat 6 ton berupa selimut, makanan, air, obat obatan, perlengkapan medical dan uang tunai sebesar USD 2.000.000. Bangga rasanya, kontribusi kemanusiaan dan beberapa nama TNI masih diingat warga Nepal sampai saat ini. Indonesia Good !.

Himalaya Coffee Bhaktapur
Jangan Lupa Mencoba Di Cafe Ini

Toko Souvenir Khas Nepal
Di Bhaktapur Durbar Square

Salah Satu Lorong Jalan Di
Bhaktapur Durbar Square

Hmm, Ada Gedung Disangga Besi
Biar Tidak Roboh

Kalau Nggak Salah Namanya
Nyattapola Temple

Seperti Pasar
Masih Disekitar Bhaktapur Durbar Square

Bisa Belajar Membuat Keramik
Di Bhaktapur Durbar Square

Keramik Dijemur

Pasar Souvenir Bhaktapur Durbar
Penuh Warna Warni

Baca Juga :

Sabtu, 30 November 2019

Hotel Rasa Losmen Di Nepal

Tamu Hotel Umumnya Bertujuan Untuk Mendaki Gunung
Jadi Check In/Out Hanya Bawa Ransel Doang

Di Nepal yang namanya Hotel itu beda dengan negara negara lain. Saya baru mengetahui setelah putar putar ke beberapa kota baik di ibukota Kathmandu, Pokhara, Nagarkot maupun Lukla, Ternyata yang namanya Hotel di Nepal itu kalau di Indonesia kira kira setara dengan Losmen. Jarang sekali Hotel sekelas Hotel Bintang 5 saya temukan diseluruh kota di Nepal.

Ada 3 Koper Yang Aneh Sendiri Diantara Ransel
Koper Itu Milik Saya

Jadi, saat saya booking online, semua photo tentang fasilitas hotel terlihat begitu bersih dan indah. Nama nama hotel juga banyak yang sangat terkenal bahkan sudah lama saya mengenal nama nama tersebut sebagai Hotel berbintang 5. Sebut saja salah satunya adalah Four Seasons Hotel, ternyata Four Seasons di kota Pokhara Nepal ini adalah Losmen backpacker yang letaknya mblusuk di kampung dan nggak ada hubungannya sama sekali dengan Four Seasons Hotel di negara lain.

Hotel Four Seasons Palsu
Di Pokhara

Masih banyak lagi nama nama hotel terkenal yang mirip nama terkenal hotel bintang 5 tapi letaknya mblusuk dikampung, diatas ruko, di gang buntu dll. Kenapa bisa dengan mudahnya njiplak nama hotel terkenal untuk dipakai di losmen losmen butut di seluruh kota di Nepal ? Apa nggak takut dituntut oleh pemilik nama yang sebenarnya ?.

Hotel Jampa Ini Di Gang Buntu
Kawasan Thamel Kathmandu

Ternyata. hampir semua turis yang datang ke Nepal itu punya tujuan yang sama yaitu mendaki gunung. Mereka adalah turis yang sering kita sebut sebagai Backpacker. Mereka tidak memerlukan hotel mewah berbintang 5 dengan fasilitas hotel sempurna. Mereka hanya perlu akomodasi apa adanya sehari saja untuk persiapan mendaki gunung dan bertemu dengan sesama pendaki gunung. Selanjutnya tidurnya di tenda di gunung. Hotel bintang 5 beneran susah lakunya di Nepal.

Ini Deretan Hotel Diatas Ruko Di Thamel
Hotel Backpacker Semua

Para pendaki dan turis turis backpacker inilah yang sesuka hatinya sendiri memberi nama tempat pondokannya. Mungkin biar bergengsi saat ditilpun istri, keluarga atau media televisi di negaranya saat wawancara live. Biar keren dan bergengsi kalau bisa menyebut nama hotel mewah bintang 5.

'Ma, saya sudah tiba di kota Nagarkot, baru saja check in di Hotel Hyatt'

Rumah Disudut Ini Dijadikan Hotel Backpacker
Namanya Suka Suka Yang Nginap
Haloo Ma, Saya Nginap Di Mercure Hotel

'Haloo halooo, maaf suara terputus putus. Ini SCTV bisa jelas didengar, Halooo Kathmandu ?'
'Ya ya, Selamat malam pemirsa di tanah air,  perlu saya sampaikan bahwa Team Merah Putih baru saja selesai check in di Hotel Radisson. Malam ini rombongan pendaki akan istirahat dan baru akan mulai pendakian besok pagi kalau cuaca cerah'

Hotel Terbagus Di Kota Pokhara
Hotel Ini Yang Menginap Umumnya Pengusaha Lokal
Pendaki Gunung Jarang Yang Mau Menginap Di Hotel Ini

Jadi, kira kira seperti itulah berita berita di tanah air kalau sedang acara wawancara live dengan para pendaki gunung di Nepal. Jadi jangan terkejut kalau anda membaca nama losmen yang mirip dengan nama hotel bintang 5 tapi lokasinya mblusuk di gang gang sempit diantara ruko di pasar, di kampung kampung atau di gang buntu. Ada yang nama hotel ditulis rapi dan ada juga yang ditulis tangan apa adanya diatas papan. Semua ulah para turis backpacker untuk 'menghibur diri' agar keren dan bergengsi saat ditilpun dari tanah airnya. 

Keramaian Kota Pokhara Malam Hari
Kebanyakan Rombongan Pendaki Dari Berbagai Negara

Sarapan Pagi Terasa Aneh Sekali
Yang Sarapan Kebanyakan Bajunya Dekil
Nggak Pernah Dicuci Berhari Hari

Hotel Di Gang Buntu
Yang Penting Murah Dan Bisa Istirahat

Hotel Vaishalli Mblusuk Di Kampung
Ada Tetangga Yang Nyapu Jalan, Jualan Gorengan Dll

Hotel Serenity Di Thamel Kathmandu
Lobbynya Jualan Pulsa Telpon Selular Juga

Hotel Four Seasons Palsu
Letaknya Mblusuk Di Kampung

Bentuknya Seperti Hotel Beneran
Tapi Sebenarnya Apartment Warga Yang Disewakan
Buat Back Packer

Banyak Juga Apartment  Penduduk Yang Dijadikan
Hotel Backpacker

Hotel Dan Rumah Penduduk
Di Kampung Sempit Dilihat Dari Atap
Hotel White Pearl Pokhara

Rumah Yang Disulap Jadi Hotel Di Kathmandu
Namanya Hotel Shimbala

Hotel White Pearl Pokhara
Letaknya Di Kampung Menyatu Dengan Warga


Baca Juga :

Minggu, 10 November 2019

Helicopter Tour Wisata Dramatis Nepal

Perjalanan Kebawah Dari Annapurna Base Camp
Dimulai

Mas Ardi dan si kecil Dinda ikut paket tour Trekking 2 Hari 3 Malam ke gunung tertinggi nomor 10 dunia, yaitu Gunung Annapurna (+8091 meter), Himalaya Nepal. Artinya selama dua hari 3 malam tersebut jalan kaki menuju puncak tertinggi. Saya dan Ayu nggak ikut dan lebih baik nunggu di Hotel saja sambil jalan jalan di kota Pokhara.

Sherpa Yang Mengawal
Cerita Serem Saat Istirahat

Tapi, hari kedua sekitar jam 8:00 malam, Travel Agent menelpon saya dan memberitahu bahwa mas Ardi dan Dinda terkena Mountain Sick dan saat ini masih di ABC. Mendengar kata 'Sick' tentu saya bingung dan panik. Mountaim dan Sick, bayangan saya artinya Sakit di Gunung. Langsung kacau pikiran saya membayangkan cerita kecelakaan saat pendakian yang sering saya baca dan lihat di koran koran, TV dan film.

Harus Mengikuti Aliran Air Untuk Menuju
Base Camp Ke 3 Dibawah

Lebih kacau lagi saya tidak tahu sama sekali dimana itu ABC, Langsung saya datangi Tour Travel yang memberangkatkan suami dan anak saya malam itu juga. Semua pegawai menyambut saya dengan ekspresi cemas dan prihatin. Sesekali menenangkan saya dengan memberi air mineral. 

Diberitahu Cara Bertahan Hidup
Seandainya Kemalaman Dan Belum Bisa
Mencapai Base Camp Bawah

Manager Tour Travel dengan wajah serius menawarkan saya untuk menjemput dengan naik helicopter langsung ke ABC. Ternyata, ABC itu singkatan Annapurna Base Camp, sebuah camp terakhir pendakian ke puncak gunung Annapurna. Langsung saya setujui dan saya bayar tanpa harus berpikir panjang. 4 x USD 350 langsung digesek dari kartu kredit saya.
Diminta Selalu Bergerak Supaya Tidak
Kedinginan

Saya harus menunggu sampai pagi hari karena tidak ada penerbangan malam, Meskipun semalaman nggak bisa tidur, akhirnya jam 5 pagi saya dibawa ke Pokhara Airport untuk terbang langsung ke base camp tertinggi ABC. Sama sekali saya tidak bisa menikmati perjalanan, pikiran kacau balau pingin cepat sampai ke Annapurna Base Camp untuk segera bertemu dengan suami dan anak.

Saat Saat Paling Menyedihkan Saat
Mendengar Suara Helicopter Tapi Tidak Tampak

Ternyata, suami dan anak saya sehat sehat saja dan malah sedang asyik ngopi dan makan Indomie rebus saat saya datang. 'Katanya Mountain Sick ?'. 'Ya hilang sendiri setelah istirahat dan beradaptasi', kata mas Ardi dengan kalem. Saya baru sadar dikerjain Tour Travel. Manager dan staff yang saya temui kemarin sore berarti sukses jualan Paket Tour Helicopternya hanya dengan sedikit bermain kata dan menunjukkan ekspresi cemas dan prihatin. Mungkin ini yang disebut cara marketing level Harvard.

Gila Bener Sherpa Yang Mendampingi
Disuruh Teriak Teriak Sekeras Kerasnya
Nggak Mungkin lah Pilot Helicopter Bisa Dengar

Tidak sampai satu jam di Annapurna Base Camp, gantian saya dan ayu merasa pusing pusing. Helicopter yang mengantar saya ternyata sudah tidak ada, entah terbang kemana lagi. Petugas radio ABC langsung menghubungi emergency dan minta agar diterbangkan helicopter ke ABC segera. 'ABC may day, ABC..... 3 Orang mengalami Mountain Sick', kata petugas radio. Ternyata yang dimaksud  saya, ayu dan seorang lagi emak emak dari Canada. 

Paling Sedih Kalau Melihat Helicopter
Tapi Lewat Saja

Satu jam menunggu helicopter nggak datang datang alasannya kabut sudah terlalu tebal, helicopter tidak bisa mendarat lagi untuk menjemput. Satu satunya cara harus turun ke base camp dibawah dan jalan kaki sekitar 2 jam. Tentu saya jadi panik lagi apalagi Ayu sudah mulai muntah muntah.  Mas Ardi dan Dinda langsung saya semprot habis habisan, ngapain ikut Trekking mendaki gunung segala, bikin susah aja,

Nah Ini Baru Helicopter Saya Datang
Menjemput

Petugas ABC berusaha menenangkan suasana, katanya 3 orang sherpa akan mendampingi untuk turun ke base camp bawah. Tapi perlengkapan yang dibawa membuat saya semakin tidak tenang. Selain membawa PPPK. juga membawa lampu darurat, tenda, dan entah apa lagi. 2 orang yang membawa barang berat berangkat duluan dan satu orang mendampingi saya sepanjang perjalanan turun.

Ternyata Tempat Pendarata Helicopter
Banyak Sekali

Dalam perjalanan turun ini sesekali terdengan suara helicopter, lalu menghilang. Saat terdengar suara helicopter kita disuruh teriak teriak sekuatnya. 'Pilot Helicopter sedang mencari kita' kata si sherpa dengan tenang.  Sedih, lunglai dan ingin menangis rasanya saat suara helicopter terdengar menjauh dan menghilang.

Helicopter banyak Yang Melintas Karena
Jumlah Peserta Helicopter Tour Cukup Banyak

Akhirnya terdengar lagi suara helicopter, tapi kali ini helicopternya terlihat. Langsung kita disuruh melambai lambaikan tangan setinggi tingginya agar pilot melihat. Tapi helicopter terlalu tinggi dan melintas begitu saja. Kali ini saya, Ayu, Dinda dan kawan Canada saya benar benar menangis sedih membayangkan bermalam diatas gunung tanpa persiapan apapun. 

Pilotnya Ugal Ugalan
Meliuk Liuk Diantara Gunung, Menukik Tajam
Bahkan Demo seolah Olah Mau Menabrak Gunung

Doa apapun rasanya sudah saya ucapkan, tapi pertolongan helicopter tidak kunjung datang. Sebentar lagi akan gelap dan dua orang sherpa yang tadi membawa tenda dan perbekalan dan berangkat duluan tidak terlihat sama sekali, entah dimana mereka sekarang. Rasanya, besok pagi saya akan masuk koran dan menjadi berita utama ditanah air karena mati di gunung Annapurna.

Ceria Nggak Jadi Jalan Kaki Ke Base Camp 3

Baru saja saya selesai maaf maafan dengan suami dan anak anak, tiba tiba suara helicopter terdengar kembali. Si Pilot langsung tahu posisi kita dan tampak akan mendaratkan helicopternya. Agak curiga saya, kenapa bisa langsung tahu keberadaan kita, kenapa si sherpa langsung mengeluarkan handy talky radio dan memberi aba aba mendarat ?. 

Rasanya  Mau Nnabrak Gunung
Pilotnya Sengaja Membuat Tegang Penumpang

Ternyata posisi saya berdiri tidak jauh dari landasan mendarat helicopter. Jadi, selama ini saya dikerjain petugas radio, sherpa yang mendampingi saya, sherpa yang bawa perbekalan berat dan tour travel di Pokhara, Jalan kaki turun dari ABC sebenarnya hanya perjalanan menuju ke landasan helicopter dibawah yang didramatisir sedemikian rupa.

Inilah Sungai Yang Akan Saya Lewati Menuju Camp
Dibawah Seandainya Helicopter Tidak Datang

Baru kali ini saya ikut tour helicopter yang cukup dramatis, mengaduk aduk perasaan dan emosi sekaligus mendekatkan saya dengan keluarga dan Allah sang pencipta alam dan segala isinya. Saat saya mampir kembali ke Tour Travel di Pokhara, semua staff bertepuk tangan menanyakan kesan kesan ikut Helicopter Tour. Dan saya dijelaskan bahwa semua kejadian yang saya alami memang telah discenariokan untuk membedakan Helicopter Tour dengan rutin penerbangan biasa. Helicopter Tour memang harus dramatis, mendebarkan, mencekam dan membuat peserta tour selalu deg degan dan was was. Semprul tenan, tapi tidak akan pernah saya lupakan.

Medan Seperti Ini Helicopternya
Meliuk Liuk Acrobatic Tapi Asyik Juga


Baca Juga :