Zhulainy International Airport, Kiev Ukraina Merupakan Bandara Kedua Ibukota Kiev |
Namanya Kyiv International Airport, sering juga disebut Zhuliany International Airport. Sebelum saya datang dan melihat sendiri airport ini, bayangan saya adalah sebuah airport yang megah dan modern. Yah, Eropa gitu lho, berita berita di Indonesia kalau tentang Eropa kayaknya kok hebat hebat semua.
Terminal Keberangkatan Sangat Ramai Dan Harus Duduk Dan Berdiri Berdesak Desakan |
Tanggal 22 Mar 2018 yang lalu nama bandara ini diubah menjadi Igor Sikorsky International Airport agar lebih 'ngrejekeni' atau bisa lebih membawa keberuntungan. Kemudahan eVisa dan Visa On Arrival juga diberikan kepada banyak negara termasuk Indonesia dengan tujuan untuk mendongkrak pariwisata. Kemungkinan kedatangan saya ke Ukraina melalui bandara ini termasuk 'Orang Indonesia Pertama' yang memakai VOA.
Terminal Keberangkatan Sangat Kecil Kira Kira Ruwetnya Setara Bandara Adi Sucipto Yogyakarta |
Sepintas, Bandara Zhuliany ini rame dan cenderung 'kemruyuk'. Ruwetnya sangat mirip dengan Bandara Adi Sucipto Yogyakarta. Panjang runwaynya hanya 2300 meter (Adi Sucipto 2200 meter). Jumlah penumpangnya per tahun hanya 1,851,700 (Adi Sucipto jauh lebih banyak 8,634,369 penumpang per tahun). Saya bisa memaklumi kalau Bandara Adi Sucipto sangat tidak nyaman buat penumpang karena jumlah penumpang sangat banyak. Lha kalau Zhuliany ini penumpangnya sedikit tapi kenapa terlihat begitu 'kemruyuk', ruwet dan tidak tertib ?
Ada Sekitar 3 Restaurant Didalam Terminal Keberangkatan |
Jawabnya : "Embuh", tapi saya bisa menceritakan sedikit pengalaman saya di Terminal Kedatangan. Saat saya datang beberapa minggu lalu, ada sekitar 20 penumpang yang mau mengurus Visa On Arrival di bandara. Loket VOA kosong, ternyata petugasnya sedang duduk dipojokan sendirian sambil main HP. Kalau nggak didatangi rame rame penumpang barangkali sampai kapanpun tetap diam saja duduk ditempatnya. Saat berjalan menuju loket VOA, si kakek berjalan sedikit tertatih tatih agak sempoyongan. Semua penumpang sepertinya maklum karena sudah tua.
Gate Boarding Terbuat Dari Besi Mirip Lemari Besi Atau Lemari Dokumen Anti Maling |
Si Pak Tua ini tidak menyuruh kita ngantri tetapi cuma mengumpulkan semua form yang telah kita download dan isi sebelum berangkat. Persyaratan VOA seperti bukti booking hotel, tiket pesawat pp, travel insurance semua debendel dan ditumpuk dimeja VOA tanpa diperiksa terlebih dulu. Setelah itu Si Pak Tua ini masuk ke ruangan kecil dan ngetik ke computernya hampir 30 menit. Sempat heran saya, yang diketik apa kalau semua dokumen masih berada di meja luar. Hampir satu jam berlalu, penumpang mulai resah dan antrian mulai bubar. Masing masing mencari tempat duduk sendiri sendiri.
Duty Free Juga Ada Sekitar 3 Toko Saja |
Dua jam berlalu belum ada satupun yang terlayani. Kalau ditanya kenapa kok nggak segera di 'stamp' dan issued VOAnya padahal semua syarat lengkap ?. Jawabnya 'Zero' sambil lewat begitu saja. Setelah kecuat kecuit dengan penumpang lain, saya baru tahu maksudnya. Semua proses harus dimulai dari nol kembali. Form yang telah didownload dan diisi oleh penumpang di negara masing masing harus diketik ulang ke komputer satu persatu.
Suasana Kedatangan Masih Tertib Saat Baru Turun Pesawat Antrian Yang Mengurus VOA Tidak Banyak |
Tiga Jam baru ada penumpang dari UAE yang berhasil mendapatkan VOAnya. Itupun dia harus masuk ke ruang kerja kecilnya dan 'diwawancara' didalam. Saya tidak tahu sama sekali, wawancara apa yang terjadi didalam. Yang saya ketahui, begitu keluar dari dalam ruang kerjanya, penumpang UAE tersebut langsung membuka computer di meja luar sendiri dan saling photo berganti gantian. Rupanya, orang UAE tersebut diberi password untuk bisa mengambil photo sendiri. Rrruar Biasaaa...
Pak Tua Ini Satu Satunya Petugas Yang Melayani Visa On Arrival |
Kebetulan saya berempat yang paling terakhir. Total 7 Jam baru berhasil mendapatkan stempel VOA. Pesawat landing jam 1 siang, baru keluar bandara jam 08 malam. Untungnya jam 8 malam suasana masih terang benderang. Matahari benar benar tenggelam sekitar jam 10 malam. Karena saya yang paling terakhir maka saya jadi tahu apa yang terjadi saat 'wawancara' di ruang kerja. Beberapa penumpang Arab yang selesai paling awal ternyata 'nyogok' duit biar diproses lebih dulu. Itulah sebabnya mereka diberi password dan bisa saling photo menggunakan fasilitas bandara.
Harus Berdiri Ngantri Sambil Menggerutu Karena Kerjanya Lamban |
Saat VOA saya diproses, saya juga bisa mencium bau alkohol keluar dari mulut Pak Tua. Itulah sebabnya kenapa kalau jalan agak tertatih tatih dan selalu pegangan tembok atau meja. Rupanya, satu jam pertama berada di ruang kerjanya hanya umtuk recovery supaya tidak terlihat sedang mabuk. Sempat saya menduga pak tua tersebut menderita Parkinson karena ngetiknya sangat lamban, gemetar dan sebentar sebentar istirahat, berdiri, menguap. Ternyata sedang berjuang keras agar tetap sadar dan bisa melayani sebaik mungkin.
Pak Tua, Perjuanganmu 7 jam untuk melayani memang sangat luar biasa dan akan selalu kukenang.
Pak Tua Ini Bisa Kerja Meskipun Mabuk Rrruarrr Biasah |
Nggak Ada Antrian Lagi Siapa Yang Paling Dekat Yang Dilayani |
Penumpang Arab Saling Memberi Tahu Agar Nyogok Duit Saja Biar Cepat Di Ruang Kecil Ini Pantas Pada Masuk Ke Dalam Dan Ngetik Sendiri |
Bisa Photo Dan Ngetik Isian Form Sendiri Untuk Melengkapi Dokumen VOA Password Diberi Setelah Nyogok |
Setelah 7 Jam Baru Beres Semua VOA Issued Airport Sudah Tutup Nggak Ada Pesawat Turun Lagi Asyik, Bisa stempel passport sendiri |
Nyampai Hotel Di Downtown Kiev SudahJam 09:00 Malam. Matahari Benar Benar Tenggelam Jam 10:00 |
- Mobil Indonesia Mudik Lebaran Ke Ukraina
- Cebong Dan Kampret Di Kiev Car Free Day
- Pembajak Dari Lviv Ukraina
Lah enak amat dikasih password, terus isi sendiri, poto sendiri. Kalo ada teroris masuk ya wassalam. Coba kalo di Indonesia ada petugas macem gitu, besok pasti langsung viral masuk media dimana-mana.
BalasHapusWaduh, sedang mabuk...
BalasHapus