Tampilkan postingan dengan label Liburan-Italia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Liburan-Italia. Tampilkan semua postingan

Jumat, 11 Desember 2020

Jelajah Desa Melihat Bule Nyari Kayu

Bule Perancis - Ternyata Cara Ngangkut Kayu
Sama Saja Dengan Di Indonesia

Saya sering sekali melakukan perjalanan darat dengan mobil sewaan ke segala penjuru Eropa Di negara manapun di Eropa baik dari utara ke selatan sampai barat ke timur. Terkadang lewat jalan utama dan terkadang lewat jalan 'kerbau' karena terlalu percaya dengan GPS dan Google Map. Apa yang saya saksikan sepanjang jalan sama persis dengan apa yang sehari hari  kita saksikan di Indonesia.

Kayu Kecil Dan Ranting Ranting Pohon
Di Gendong Di Punggung - Lokasi Gavarnie

Salah satu yang menarik yang pernah saya saksikan adalah cara bule Eropa mencari kayu. Ternyata sama persis dengan di Indonesia. Mereka masuk ke hutan bawa parang dan gergaji mesin kecil lalu mulai nebang pohon dan ranting ranting pohon, diikat lalu digendong di punggung. Nggak ada bedanya dengan 'Mbok Jamu' di tanah air.


Blusukan Bro Sampai Ke Desa Dan Kampung
Kalau Mau Tahu Kehidupan Sehari Hari Eropa

Saya tidak tahu sama sekali, kenapa kebanyakan kayu kayu yang saya jumpai teronggok dipinggir jalan ukurannya kecil kecil. Rata rata diameternya sekitar 10 - 15 cm sudah ditebang dan banyak yang dipotong kecil kecil. Apakah karena cara ngangkutnya dari hutan masih tradisional dengan cara digendong seperti 'Mbok Jamu' atau karena alasan lain.

Kayu Dipotong Kecil Kecil Dan
Dikumpulkan Dipinggir Jalan

Kayu yang ukurannya besar juga ada dan cukup banyak disepanjang jalan yang berdekatan dengan hutan. Tapi warnanya sudah kusam dan secara sepintas terlihat banyak yang sudah mulai lapuk bagian luarnya. Heran juga saya, kenapa setelah ditebang tidak segera dibawa ke pabrik pengolahan untuk dijadikan furniture yang berguna dan punya nilai ekonomis tinggi.

Kayu Yang Besar Juga Diletakkan
Dipinggir Jalan Berbulan Bulan

Sempat saya berpikiran yang bukan bukan, jangan jangan karena lokasinya yang jauh di pelosok dan tidak ada pengawasan maka sebenarnya apa yang saya saksikan tersebut adalah 'Kayu Sitaan Polisi'. Siapa tahu kan, nggak mungkin rasanya  ada kayu ditebang lalu cuma dijemur dipinggir jalan berbulan bulan tidak bergerak.

Saya Nggak Tahu
Ditumpuk Seperti Ini Mungkin Karena Nyolong 

Kalau dugaan saya benar, berarti bule bule yang saya saksikan keluar masuk hutan sedang nggendong potongan kayu tadi sebenarnya adalah 'Maling Kayu'. Masak petugas kehutanan jalan kaki nggendong kayu keluar masuk hutan berkali kali. Atau barangkali penduduk desa terdekat sedang cari kayu untuk masak. Ah, nggak mungkin juga kan katanya Eropa negara maju dan kaya raya.

Satu Persatu Kayu Hasil Nebang Pohon
Di Hutan Dikumpulkan Dipinggir Jalan

Untuk apa mereka nyolong kayu, rasanya sulit dipercaya.  Tapi, kenapa pula kayu dipotong kecil kecil ?.  Barangkali untuk kayu bakar atau sebagai pemanas ruangan saat musim dingin. Hah, apa iya. Hari gini, jaman serba listrik reaktor nuklir masih ada saja yang pakai kayu bakar di Eropa. Entahlah, Wallahu a'lam bishowwab, pertanyaan syulit dizawab.

Saya Tidak Tahu Mau Dibawa Kemana
Kayu Kayu Ini, Kelihatan Sudah Berbulan Bulan
Ditepi Jalan

Sama Persis Di Indonesia
Ada Yang Bikin Kusen Pintu Di Pinggir Jalan


Sepertinya Kayu Ini Tidak Bergerak Setelah
Ditebang - Ada Yang Lapuk

Kayu Hasil Sitaan Atau Nunggu Angkutan ?
Sudah Lama Ditumpuk Dipinggir Jalan

Kalau Yang Ini Ada Yang Kerja
Untuk Dibuat Papan

Saya Heran Kenapa Kayu Dipotong Kecil
Dan Diletakkan Dipinggir Jalan Sampai Lapuk

Sayang Sekali Banyak Yang Mulai Lapuk

Pohon Masih Kecil Sudah Ditebang
Lalu Dibiarkan Lapuk Dipinggir Jalan

Selasa, 22 September 2020

Mencari Tempat Pipis Saat Travelling

Tanda 1 Km Ada WC Umum
Lokasi : Ndeso Vestland - Norway

Di Jawa ada restaurant legendaris bernama Pringsewu di sepanjang jalan Pantura. Saya sangat terkesan sekali dengan cara mempromosikan restaurant ini. Jauh sebelum restaurant sudah terpampang iklan di pohon maupun dipinggir jalan dengan warna kuning mencolok, misalnya '25 Km Ayam Goreng', '20 Km Sate Kambing', 'Pringsewu 1 Km Sebelah Kiri' dll.

Tanda Lagi 100 Meter Ada WC
Lokasi : Latefossen Waterfall

Di Norwegia, tepatnya di jalan raya menuju  air terjun Latefossen, Odda - Hordaland juga ada iklan dengan konsep yang sama dengan RM Pringsewu. Cuma yang diiklankan bukan restaurant tapi WC Umum. Jauh sekali sudah terpampang tulisan '10 Km WC', '5 Km WC', 'Slow Down WC 1 Km'. Saya langsung tahu maksudnya kenapa WC aja dipasangi tanda mulai 10 Km sebelumnya. Tentu biar semua orang tertib kencing dan beol ditempat yang disediakan.

Ini Dia WCnya
Ngempet Pipis 10 Km Gara Gara Tanda WC
 
Kalau anda senang jalan jalan keliling Eropa dan mau jujur, pasti anda sering melihat bule kencing dipinggir jalan. Harap maklum, di Eropa tidak ada Rest Area yang bagus, luas, lengkap  dan megah seperti Rest Area di jalan Tol di Indonesia. Contohnya Autobahn Jerman, Rest Area sepanjang Autobahn ini pernah saya tulis di link : Autobahn, Apanya Yang Hebat. Silahkan menilai sendiri benar tidak apa yang saya ceritakan.

Rest Area Eropa Itu WC Umumnya Plastik
Lokasi : Canillo Andorra

Umumnya Rest Area disemua jalan jalan di Eropa itu cuma berupa tanah yang agak luas dikit dan bisa untuk berhenti 3 sampai 10 mobil saja. WC yang tersedia di rest area semacam ini biasanya berupa WC Portable Plastik (fiber glass) dengan warna orange, putih, biru, hijau dan ada juga yang abu abu.  Soal bau, jangan bilang siapa siapa ya, ternyata rrruar biasah baunya. Sama saja dengan bau WC Umum dikampung ane meskipun penggunanya tidak ada  yang makan jengkol.

WC Plastik Di Rest Area Switzerland
Lokasi : Tujetsch Switzerland

Melihat WC Plastik Portable dengan ukuran kecil sekitar 1 x 1 meter tersebut, saya bisa membayangkan pasti udara didalamnya pengap dan bau. Apalagi cara meletakkan WC Plastik tersebut banyak yang asal asalan dan diganjal batu. Ada yang mereng kekiri, ke kanan, bergoyang dll. Jadi wajar sekali kalau  banyak yang memilih kencing di pinggir jalan, khususnya yang laki laki. Kalau perempuan sepertinya nggak banyak pilihan, mau nggak mau harus masuk ke WC Portable tersebut.

Masih Disekitar Latefossen Norway
WCnya Minta Ampun Joroknya

Ada Tanda 10 Km WC - Ternyata Tutup
Lokasi : El Port De La Selva, Cataluna Spain

WC Umum Lagi Dibangun
Lokasi : Sogn Og Fjordane Norway

Bule Lagi Kencing Dipinggir Jalan
Lokasi : Grimsel Pass, Obergoms - Switzerland

Nah, Ini Khas Perancis
Kencing Di Trotoar

Ini Mah Tempat Kencing Khas Perancis
Banyak Di Trotoar Kota Paris

Perancis Memang Unik Sekali
Tempat Kencingnya - Banyak Di Trotoar

Kencing Dulu Di Oberalp Pass Switzerland

Ini Bule Jerman Sedang
Kencing Dibawah Pohon Di Autobahn

Rest Area Kalah Jauh Dengan Indonesia
Kere, Bikin Rest Area Aja Nggak Bisa
Lokasi : Friuli - Venezia Giulia, Italy

Baca Juga :


Jumat, 28 Agustus 2020

Nonton Bule Ngarit Dan Meres Susu Sapi

 

Bule Meres Susu Sapi Di Switzerland
Caranya Sama, Jongkok Dan Ditampung Di Ember Seng Dulu

Bumi kalau dilihat dari Bulan memang terlihat indah dan menarik. Demikian juga dengan Switzerland, Austria  dan negara negara lain disekitarnya juga terlihat begitu indah kalau dilihat dari kejauhan terutama latar belakang pegunungan Alpine yang membentang dengan warna biru,  putih salju di puncaknya dan hijau rerumputan disekitarnya.

Keseharian Peternak Eropa Sama Saja Dengan Peternak Indonesia
Memandikan Sapi, Meres Susu Sapi Dan Mengumpulkan Tahi Sapi
Untuk Diolah Jadi Pupuk Di Composting Facility

Turis turis Indonesia yang pernah ke Switzerland, Austria, Perancis dll itu memang berkata benar seperti seorang Astronout yang melihat Bumi dari Bulan. 'Nggedabus' di medsos katanya 'beautiful'. Tapi saya bukan Astronout, saya cuma seorang 'Dora The Explorer' yang senang blusukan kemana mana dengan mobil sewaan dan hanya mengandalkan GPS. Apa yang saya lihat di pedesaan Eropa ternyata nggak jauh berbeda dengan umumnya pedesaan di Indonesia.

Bule Sedang Ngarit Cari Rumput, Katanya Anak Sapi
Masih Perlu Dicarikan Rumput

Kalau di Indonesia, saat matahari mulai terbit para petani dan peternak sudah berbondong bondong ke sawah, kebun dan menuju kandang sapi dan kambingnya. Bule Eropa agak malas sedikit, mereka tidak serajin petani / peternak Indonesia. Matahari sudah hampir tegak diatas kepala, mereka baru keluar rumah dan mulai melakukan aktifitas pertanian dan peternakannya. Hal ini karena pagi hari masih terlalu dingin untuk meninggalkan selimut dan memulai kerja di ladang.

Arit Buat Cari Rumput Besarnya Bukan Main
Semua Pakai Sepatu Meskipun Ngarit
Dingin Kalau Nyeker

Yang berbeda lagi, keluar dari rumah menuju ke kebun, sawah atau kandang, petani bule eropa nggak ada yang 'nyeker' sama sekali, semua ke ladang memakai sepatu. Hal ini karena dingin dan tidak ada sawah dan kebun yang becek berair seperti di Indonesia. Tanaman yang ditanam sangat berbeda dan tidak butuh air banyak misalnya jagung, gandum, sorghum, wortel dll. Bayangkan, betapa kerennya petani dan peternak Eropa, berangkat ke kandang, kebun atau mencari rumput saja selain bawa arit dan kereta sorong juga memakai kaca mata hitam 'Rayban'. Mata bule memang tidak tahan silau sinar matahari.

Ngumpulin Rumput Juga Pakai Gancu
Kacamata Hitam Tidak Ketinggalan

Apapun tanamannya dan apapun ternak yang dipelihara, petani / peternak eropa kalau ngarit cari rumput, mengumpulkan sampah, nyerok tahi sapi pakai sekop dan semacamnya ternyata sama saja dengan orang Indonesia.  Paling hanya beda merek peralatan pertanian saja misal di Indonesia masih memakai Sekop dan Kereta Sorong Cap Kingkong Super sedangkan yang di eropa merknya Hoofman Premium.

Cara Eropa Membuat Sensasi Pemberitaan Untuk Pariwisata 
Lokasi Klausen Pass Switzerland

Perhatikan video yang ada di Youtube. Orang Eropa kalau membuat video pertanian / peternakannya, yang ditampilkan adalah cara ngangkut jerami atau sapi menggunakan helicopter, memeras susu sapi pakai mesin canggih, traktor dan mesin pertanian yang masih baru, mengusir hama burung pakai drone dan penelitian di laboratorium modern.  'Nggedabus', nggak ada yang secanggih itu di kenyataan sehari hari.

Nyari Rumput Buat Ternak - Keren Dengan Kacamata Hitam
Bule Eropa Memang Tidak Tahan Sinar Matahari langsung

Kenyataannya tidak secanggih yang ada di video youtube tersebut.  Memeras susu sapi sama saja caranya dengan orang Indonesia, yaitu dikenyot kenyot pakai tangan dan ditampung di ember seng. Motong rumput juga pakai arit meskipun bentuknya berbeda dengan arit Indonesia. Ngumpulin jerami dan sampah juga pakai kereta sorong dan gancu yang sama saja bentuknya dengan di Indonesia. Traktor dan mesin pertanian nggak terlihat satupun ada yang kinyis kinyis baru keluar dari showroom.

Sapi Switzerland Yang Terlihat Sangat Hijau Dan Indah Dari Kejauhan
Kalau Dari Dekat Baru Terlihat Banyak Tahi Sapi

Rerumputan yang terlihat menghampar hijau dengan latar belakang pegunungan Alpine yang bersalju dipuncaknya kalau didekati dan diinjak rumputnya ternyata banyak tahi sapinya juga. Jadi, Turis Indonesia yang rame di medsos itu sebenarnya sama saja dengan Astronot yang melihat Bumi dari Bulan.  Susah payah ke Eropa, tapi ceritanya 'nggedabus' hanya melihat dari kejauhan tanpa pernah sekalipun menginjakkan kaki di rerumputan yang katanya 'Beautiful' tersebut.

Jerami Dan Sampah Daun Dan Ranting Digulung Dengan Mesin
Untuk Dibawa Ke Composting Facility Dijadikan Pupuk Kompos

Lain kali, kalau anda jalan jalan ke Eropa cobalah melihat lebih dekat dan berinteraksi dengan penduduk desa. Anda akan tahu sendiri bagaimana susah payahnya petani / peternak bule mengumpulkan jerami, rumput, sampah pepohonan dan mengumpulkan tahi sapi untuk dioplos dan diolah jadi pupuk kompos lalu dieksport ke Timur Tengah dan negara lain.

Kegiatan Pertanian Ngumpulin Jerami Dan Sampah Pepohonan
Dioplos Dengan Tahi Sapi Lalu Diexport Ke Kuwait Dan Timteng

Dan jangan terkejut juga kalau anda melihat Pupuk Kompos buatan Swiss, Germany, Austria, Netherland ada di Indonesia. Saya melihatnya sendiri sudah ada di Al Rai Kuwait. Semua Pupuk Kompos,dan Pupuk Kandang didatangkan langsung dari negara negara Eropa. Ini semua bisa terjadi karena bule eropa rajin ngarit, mengumpulkan jerami, sampah pepohonan dan tahi sapi untuk dioplos dan dijadikan produk ekspor berupa pupuk kompos agar negaranya terlihat bersih dan indah.

Bule Lagi Ngosek Kandang Sapinya
Caranya Sama Saja Dimana Mana


Jerami, Sampah Ranting Dan Daun Diletakkan Dipinggir Jalan
Untuk Dibawa Ke Composting Facility

Semua Pedesaan Di Eropa Pemandangannya Hampir Sama
Yaitu Gulungan Jerami Nunggu Angkutan Ke Composting Facility

Turis Indonesia Itu Ngertinya Cuma Bersih
Tidak Tahu Susah Payahnya Bagaimana Membuat Bersih
Nggak Ada Yang Tahu Peternak Ngumpulin Tahi Pakai Sekop
Petani Nggaruk Garuk Jerami Dan Sampah Pakai Gancu


Pupuk Kompos Dari Jerman
Di Indonesia Umumnya  Jerami Dan Sampah Pohon Dibakar
Tahi Sapi Juga Disiram Air Ke Selokan Doang

Latvia Juga Ekspor Tahi Sapi Dan Pupuk Kompos
Ke Timur Tengah

Belanja Pupuk Di Al Rai Kuwait
Ada Yang Dari Jerman, Netherland, France, Latvia,  Austria Dll.
Orang Indonesia Terlalu Gengsi Untuk Ekspor Tahi Sapi Dan Sampah


Baca Juga :

Jumat, 14 Agustus 2020

Tunggangan Bule Di Pedesaan

Saya Kira Bule Eropa Tunggangannya BMW
Ternyata Naik Gerobak Juga
Lokasi : Perbatasan Belgia - Netherland

Orang kalau diberi kesempatan jalan jalan ke Eropa tapi nggak pernah blusukan sampai ke pedesaan, pasti kesan yang dibawa pulang ke tanah air berupa cerita cerita hebat tentang gedung, monumen, istana, museum atau apapun yang dilihat di kota besar. Padahal, semua negara dimanapun juga pasti mempunyai luas wilayah pedesaan yang jauh lebih besar dibanding perkotaan, termasuk negara negara di Eropa.

Pedesaan Menuju Sleza Mountain Poland
Tak Kira Mercedez Benz Atau Audi

Coba luangkan waktu sebentar saja untuk keluar masuk ke pedesaan. Anda akan terkejut ternyata suasana pedesaan di semua negara Eropa sama saja dengan di Indonesia. Bedanya, suasana pedesaan di Indonesia jauh lebih 'Ramah Lingkungan'. Misal membajak sawah masih menggunakan kerbau, mengeringkan padi masih dengan cara dijemur, pengairan irigasi cukup dengan cara mengalirkan air dari sungai dan tadah hujan. Nyaris nggak ada di Eropa bertani dengan cara yang sangat 'ramah lingkungan' seperti di Indonesia. 

Anda Pernah Blusukan Sampai Ndeso Kluthuk
Seperti Ini Di Eropa ?
'BMW' Tunggangan Bule Eropa Ternyata Unik Dan Antik

Bertani di negara negara Eropa yang pernah saya kunjungi, semuanya dibikin ribet sendiri dengan peraturan dan susah saya temukan peralatan bertani 'Ramah Lingkungan' seperti kerbau untuk mengolah tanah, gerobak sapi untuk mengangkut hasil bumi dsb.  Semua peralatan bertaninya serba bermesin, berasap dan bersuara cukup keras grok grok grok suara mesin tua.

Jalan Desa Nggunung Di Sleza, Poland


Sungai dan hujan di Eropa tidak sebanyak di Indonesia sehingga untuk merawat satu petak sawah atau kebun saja susahnya bukan main. Saya pening sendiri dan lebih baik tutup telinga mendengar istilah istilah yang sering saya dengar, misalnya : Groundwater Tax (GWT), Pesticide Tax, Water Supply Tax, Provincial Groundwater Fees, Pumping Tax, Environmental Tax dll.

Ndeso Dekat Insbruck Austria
Kebun Jagungnya Subur Subur Juga

Cari sendiri di mbah google istilah istilah diatas diterapkan  di negara mana saja di Eropa. Saya tidak tertarik mengulas disini karena saya tidak akan setuju kalau petani di Indonesia dibebani berbagai macam peraturan dan pajak seperti di negara negara Eropa,

Dari Jauh Saya Kira Mini Cooper Atau Morris Minor
Ternyata Gerobak Sorong Cap Kingkong Super
Lokasi Pedesaan Dekat Insbruck Austria

Saya lebih tertarik memperhatikan 'Tunggangan' petani bule di Eropa saja.  Ternyata, kebanyakan tunggangan petani bule di Eropa adalah traktor. Saya kira bule Eropa itu tunggangannya Lamborghini, Ferrari, Alfa Romeo, Mercedez Benz atau BMW. Ternyata tidak ada yang naik mobil mobil tersebut. Saya perhatikan, petani bule Eropa ternyata cenderung sama saja 'kere'nya dengan petani di Indonesia. Barangkali karena terlalu banyak dibebani pajak.

Bule Ndeso Di Insbruck, Austria
Saya Kira Alfa Romeo Ternyata Odong Odong

Silahkan melihat sendiri photo photo di blog ini dan silahkan menilai sendiri benar atau tidak apa yang saya katakan. Seandainya anda sedang berada di negara manapun di Eropa, luangkan sedikit waktu anda untuk blusukan ke pedesaan. Saya yakin, anda akan rindu dengan kampung halaman di Indonesia. Nyaris sama saja dengan di Indonesia, ada sawah, kebun, hutan, bule ngarit, angon sapi, nggiring kambing dan lain sebagainya.

'Lamborghini' Bule Swiss
Di Pedesaan Antara Oberalp Pass - Tujetsch

Ingat, jangan menanyakan hal ini ke mahasiswa Indonesia yang lagi kuliah di salah satu negara di Eropa atau turis Indonesia yang lagi seneng senengnya upload photo wisatanya ke medsos. Mereka nggak tahu dan nggak ada yang pernah jelajah sampai ke pedesaan. Cerita mereka cenderung 'nggedabus' dan hanya bercerita tentang gemerlapnya Kota Besar. Desa mah sama aja, gelap hanya dengan lampu ala kadarnya kalau malam. Udaranya bersih dengan bau semilir aroma khas dari kandang kandang  sapi.

Oberalp Pass Switzerland

Lamborghini Orange Bule Perancis Di Sekitar Orb Valley

Ndeso Sutrio antara Friuli - Venezia Giulia Italia
Mini Cooper Atau Moris Minor, Ternyata Odong Odong

Naik Odong Odong Di Pusat Pertanian Sleza, Poland


Warnanya Doang Yang Merah Ferrari
Lokasi Sognefjord - Skjolden, Norway



Flanders - Belgia. Dari Jauh Terlihat Warnanya Merah
Keren Amat Satu Desa Punya Ferrari
Eh Ternyata Traktor Doang