Kamis, 20 Oktober 2016

Mobil Salah Design, Sebuah Pelajaran Dari India

Mobil Pejabat Didepan Parliament House New Delhi
Jok Belakangnya Sangat Luas


Di Indonesia, kita mengenal yang namanya mobil rakyat, misalnya saja Toyota Kijang. Jenisnya macam macam, mulai yang low spec sampai yang versi komplit dengan power steering sampai jok kulit, Misalnya saja Toyota Kijang Kapsul tahun lama. Versi murahnya type SX dan LX  tanpa AC, Audio, Power Steering, Power Window dan velg masih standard. Type diatasnya adalah SSX dan LSX sudah menggunakan AC, dilengkapi audio dan Power Window hanya untuk pintu depan saja. Pintu belakangnya harus ngengkol karena tanpa Power Window.


Mobil Asli India Hindustan Ambassador
Sopirnya Senang Sekali Kalau Ditanya


Di India, saya sempat menyewa mobil juga. Selain itu, berhari hari saya mengamati berbagai macam mobil  terutama mobil mobil para pejabat yang terparkir didepan Parliament House New Delhi. Ada sesuatu yang berbeda saya rasakan antara mobil Indonesia dengan mobil mobil di India ini. Perasaan pertama yang saya rasakan adalah ketika mencoba duduk didepan baik sebagai penumpang disebelah kanan atau sebagai sopir yang memegang kemudi. Terasa sekali tidak nyaman duduk didepan, terlalu sempit. Kaki rasanya harus ditekuk dan menyentuh dashboard. Bisa semutan kalau kaki kita terlalu panjang.


Bintang Tiga Rek
Hindustan Ambassador


Duduk dibelakang rasanya lebih nyaman dan luas sekali. Contohnya mobil sekelas Kijang, jok belakangnya jenis 'Reclining Seat' dan lebih empuk dibanding jok depan, lengkap dengan sandaran tangan. Bukan satu buah jok lebar seperti jok belakang mobil Kijang di Indonesia yang tidak bisa direbahkan. Audio bisa diatur dari belakang dan ACpun bisa dibesarkan dan dikecilkan dari tempat duduk belakang. Jelas jauh lebih enak duduk di belakang dibanding duduk didepan.


Mobil Mobil Para Pejabat Didepan Parliament House
Semua Pejabat Punya Sopir Dan Ajudan

Yang membuat saya heran, Power Window mobil mobil India kebanyakan hanya ada di pintu belakang saja. Pintu depan kiri dan kanan banyak yang tanpa power window alias harus ngengkol kalau mau membuka kaca jendela. Jelas berlawanan atau beda sama sekali dengan mobil mobil di Indonesia. Kalau di Indonesia kebalikannya, mobil Kijang SSX atau LSX, power window letaknya di pintu depan. Pintu belakang tanpa Power Window dan harus ngengkol kalau mau membuka atau menutup kaca jendela.

Parliament House, Gokul Nagar
Central Secretariat - New Delhi


Karena penasaran, langsung saya tanyakan kebeberapa orang sopir atau ajudan yang sedang nungguin mobil mobil didepan Parliament House. Ternyata jawabannya cukup mengejutkan. Di India, seseorang bisa dikatakan hidupnya sudah mapan, orang kaya, executive atau pejabat itu kalau punya sopir pribadi. Naik mobil selalu duduknya di belakang. Jok depan hanya untuk sopir pribadi dan ajudan saja. Itulah sebabnya, jok atau interior depan nggak perlu dibikin mewah dan nyaman. Hanya jok dan interior belakang saja yang harus didesign semewah dan senyaman mungkin.


Meskipun Mobilnya Mewah
Jok Depannya Katanya Nggak Bisa Dimundurin


Lamaaaa sekali tak pikir pikir sampai kentir. Ternyata betul juga logika orang India. Kalau jadi executive, pejabat atau orang kaya, ngapain harus nyopir mobil sendiri. Kan lebih enak duduk dibelakang, kaki selonjor sambil leyeh leyeh ngopi dan menikmati sound system. Mau membuka jendela cukup pencet tombol power window. Sopir dan ajudan didepan kakinya semutan nggak usah terlalu diurusin. Mau buka kaca jendela ngengkol sampai berkeringat, biarin aja. Bodo amat.


Jok Belakang Mobil Pejabat Di Parliament House
Jok Depannya Nggak Bisa Dimundurin


Pelajaran :
  • Mobil murah di Indonesia itu salah design semua. Reclining Seat hanya jok depan. Power Window dipintu depan, sedangkan pintu belakang malah nggak ada Power Windownya. Artinya, di Indonesia itu lebih enak jadi Sopir dibanding dengan jadi majikan. 

Toyota Innove - Bisa Selonjor Di Belakang
Jok Belakang Lebih Bagus Dari Jok Depan
Bisa Direbahkan Dan Diputar Ke Belakang


Sabtu, 15 Oktober 2016

Delhi Haat, Sentra Home Industri Murah Meriah

Delhi Haat Craft Cottage Industries
New Delhi - Murah Meriah

Jalan jalan ke India, khususnya di New Delhi dan seluruh wilayah Rajasthan (Jaipur, Udaipur, Jodpur dan lain lain) ada baiknya menggunakan Tour Guide lokal. Kenapa ?, Entahlah, sebagai keluarga yang lebih banyak ceweknya daripada cowoknya, saya merasa nggak aman kalau jalan jalan sekeluarga apalagi sendirian. Jalan baru beberapa langkah langsung diikuti pedagang asongan, sopir ricksaw atau pengemis. Lagipula, dimana mana penuh manusia. Penduduk India banyaknya bukan main, 5 kali lipat penduduk Indonesia. Rasanya semua mata memandang ke kita kemanapun kita berjalan. Wajah, postur tubuh dan penampilan kita memang berbeda dengan mereka.


Cara Menjualnya Yang Sangat Unik
Dibentangkan Didepan Pembeli

Tetapi, Tour Guide di India kelakuannya sama saja dengan Tour Guide di Indonesia atau dimanapun juga. Dia punya referensi toko cendera mata sendiri. Kalau kita ajak ke tujuan lain, selalu saja mengelak dan mengajak ke toko cendera mata tertentu yang tidak kita kehendaki. Biasa, dia akan dapat komisi kalau saya turuti mampir ke toko yang direkomendasikannya. Percayalah, semua toko cenderamata yang direkomendasikannya 'Sangat Mahal'.


Saree Berbagai Macam Kwalitas Dan Design
Cara Jualnya Sangat Mengesankan

Di India, khususnya New Delhi ada banyak Sentra Home Industry milik pemerintah. Salah satunya bernama Delhi Haat Craft Cottage Industries. Lokasinya di Okhla New Delhi. Karena merupakan sentra home industry, maka semua hasil kerajinan rakyat dari segala penjuru India dipasarkan ditempat ini. Kwalitasnya juga bermacam macam, mulai kwalitas paling rendah hasil prakarya anak anak sampai kwalitas sangat tinggi dari pengrajin paling jempolan di India. Harganya, semua Fixed Price, nggak bisa ditawar sama sekali dan Free Tax. Sangat murah sekali dibanding toko toko souvenir swasta untuk barang dengan kwalitas yang sama.


Sedang Milih Saree. Semua Barang Nggak Bisa Ditawar
Semua Fixed Price
Gedungnya sangat besar dan luas sekali. Satu lantai sendiri khusus kerajinan tangan dari berbagai daerah India, satu lantai khusus kerajinan kain dan satu lantai khusus karpet dan hiasan gantung rumah. Karyawannya sangat banyak, setiap pengunjung dilayani secara privat dan dijelaskan secara detail semua barang yang ada. Ada staff yang khusus ngajari membuat karpet, Sari, Pashmina atau barang kerajinan apapun. Mirip dengan Sentra Industri Rumah di Indonesia.


Mau saree Yang Kwalitas Paling Rendah Sampai
Yang Luxury Tersedia

Yang menarik, saya diajari bagaimana trick ngibul pedagang swasta dalam hal membohongi konsumen agar bisa menaikkan harga barang menjadi lima kali lipat dari harga resmi dari pemerintah. Contohnya Pashmina, pedagang diluar sana selalu demo memasukkan pashmina kedalam lobang cincin untuk membuktikan bahwa pashminanya asli dari bulu domba Kashmir. Ada juga yang demo dengan cara membakar dengan korek api sampai tercium bau seperti rambut terbakar. 


Pasmina Dari Kashmir
Warnanya Bagus Bagus


Ternyata trick seperti ini gombal besar. Untuk membuktikan keaslian Pashmina Kashmir ternyata harus melalui proses rumit dan dikirim ke laboratory pemerintah. Semua Pashmina dan Saree yang sangat lebarpun bisa lolos kalau dimasukkan ke lobang cincin yang kecil. Jadi, jangan percaya kalau ada pedagang ngibulin anda dengan cara seperti itu dan menjual dengan harga sangat mahal.


Karena Luwes Ikut Jualan Pasmina Kashmir
Seperti Inilah Maka Ditawari Kulakan


Kelebihan lagi kalau kita belanja di toko milik pemerinttah adalah bisa kulakan dalam partai besar. Dijamin barang bisa nyampai ke negara manapun tanpa dibebani ongkos kirim untuk jumlah tertentu. Keren, gue ditawarin kulakan partai besar. Kayaknya wajah 'ndeso' mas Ardi yang jadi penyebab kenapa ditawari Kulakan. barangkali dikira pedagang besar dari Indonesia yang datang khusus ke India untuk kulakan. Nggak salah memang, dari awal mas Ardi ikut ikutan melayani konsumen, mengambilkan pashmina, membentangkan Saree dan lain lain.


Mulai Taplak Meja, Perhiasan Rumah, Sandal Dan Sepatu
Semua Tersedia Di Delhi Haat


Hiasan Dinding
Cara Menjual Cukup Dibentangkan Di Lantai


Sangat Bagus Dan Harga Bervariasi
Sesuai Dengan Kwalitasnya


Karpet Kashmir Ternyata Tipis Dan Ringan
Di Toko Swasta Harganya Lima Kali Lipat


Diajari Cara Membuat Karpet

Jumat, 07 Oktober 2016

Nasi Bungkus Termahal London

Nasi Bungkus Kalau Di Inggris Nggak
Ada Nasinya Tapi Bungkusnya Sama Dengan
Nasi Bungkus Rumah Makan Padang

Nggak bisa dipungkiri lagi, orang Indonesia kebanyakan terkagum kagum kalau ketemu Bule. Kalau perlu, apapun akan dilakukan hanya untuk 'melayani' seorang Bule. Di kantor kantor dan siaran Televisipun Bule juga diperlakukan berbeda. Pokoknya pelayanan buat Bule selalu lebih baik, nyaman dan enak kalau di Indonesia. Mentalitas seperti ini jarang saya temukan di negara lain dan mudah kita saksikan di Indonesia.


Bule Inggrispun Kalau Ketemu Orang
Indonesia Juga Nglesot Bahkan Nyembah Nyembah
Ngucapin Terima Kasih Kalau Diberi Tips

Tetapi di London saya merasakan 'Jadi Bule'. Ada sedikit kemiripan antara orang London dengan orang Indonesia. Di kota ini saya bisa merasakan enaknya dilayani Bule dengan pelayanan 'Super' seperti yang sering kita saksikan di tanah air. Saya menyadari, nggak mungkin saya bisa mendapat pelayanan istimewa kalau sedang berada di tanah air karena hidung saya jelas jelas terlihat Pesek dan wajah kurang memenuhi syarat dan cenderung meragukan kalau harus masuk ke tempat tempat tertentu yang exclusive. Pokoknya wajah dan penampilan kita ini Kere Pol.....

Standard Pelayanan Memang Harus
Nglesot Di Lantai

Kebetulan saya diberi kesempatan  ke London oleh pemerintah Kuwait, pakai duit rakyat Kuwait dan menginap di Hotel yg termasuk 'Diamond' disekitaran Knightsbridge - Kensington dan makan malam di salah satu restaurant restaurant yang masuk dalam The 10 Most Expensive Restaurants In London versi The Richest. Yang penting punya pengalaman berharga. Puluhan tahun kita jungkir balik bekerja di Indonesia, paling cuma dibayari makan di Rumah Makan Padang 'Kapau'.

  • Sketch, Mayfair London - sekitar Rp 2.2 Juta per kepala
  • Apsleys, The Lanesborough Hotel - sekitar Rp 2.25 Juta per kepala
  • Le Gavroche, Mayfair London - sekitar Rp 2.5 Juta per kepala
  • The Greenhouse, Mayfair London - sekitar Rp 2.5 Juta per kepala
  • Marcus Wareing,  Knightsbridge - sekitar Rp 2.5 Juta per Kepala
  • Helene Darroze, Connaugh Hotel Mayfair - sekitar Rp 2.5 Juta per kepala
  • L'Atelier De Joel Rubuchon, Covent Garden - sekitar Ro 2.7 Juta per kepala
  • Gordon Ramsey, Chelsea - sekitar Rp 2.75 Juta per kepala
  • Hibiscus, Mayfair - sekitar Rp 2.75 Juta per kepala
  • Alain Ducasse, The Durchester Hotel Piccadilly - sekitar Rp 4 Juta per kepala

Sajian Penuh Selera Noma Restaurant
copenhagen Denmark


Tapi, restaurant termahal di London diatas sebenarnya nggak ada apa apanya dibanding Noma di Copenhagen, Denmark. Di Noma Restaurant, untuk Dinner 'Pahe' (Paket Hemat) saja perlu Rp 6 Jutaan per kepala. Itupun harus reservasi 3 bulan sebelumnya. Baca Saja Pengalaman Reservasi Noma Restaurant ini


Bule Nyembah Kere

Pertama datang ke restaurant di London ini harus reservasi dulu, semua sudah direservasikan dari Kuwait. Nggak bisa langsung nylonong Go Show begitu saja. Ada 3 orang staff cantik tampak berdiri didepan menunggu tamu. Perlakuan relatif sama seperti umumnya staff restaurant di Indonesia. Pandangan mata staff restaurant tersebut langsung tertuju ke Hidung Pesek saya. 'Hmmm, ada Bule Hitam Pesek nih', mungkin begitu dalam hatinya. Setelah basa basi sebentar sambil nyocokin nama dengan ' catatan reservasi' di computernya, langsung kita diantar ke meja yang telah ditunggui oleh seorang pelayan laki laki. Keren, ngganteng ngganteng seperti Leonardo D'Caprio, berdiri tegap seperti Hansip sedang upacara bendera, tapi bawa menu makanan dan serbet.


Nasi Bungkus Isinya Lobster Dan Kentang

Meskipun saat berdiri seperti Hansip, tetapi pelayan tersebut luwesnya bukan main. Selesai menarik kursi dan mempersilahkan duduk, si pelayan tadi langsung jongkok 'ndeprok' dilantai lama sekali tidak bergerak nunggu kita semua selesai milih makanan dari menu yang disodorkan. Lumayan lama nunggu pesanan keluar, begitu muncul ternyata 'Nasi Bungkus'. Nggak ada piring, semua makanan disajikan diatas kertas seperti bungkus Nasi Padang. Selama makan, si Hansip tetap berdiri tegap sambil menunggu aba aba 'tambo ciek'.


Hikmah : 
  • Tetap bersyukur walau cuma makan Nasi Bungkus. Di UK perlu Jutaan Rupiah untuk bisa menikmati makan diatas kertas
  • Tetap bangga punya Hidung Pesek, di UK anda dilayani istimewa karena hidung anda beda dengan yang lain.


Apapun Makanannya Bungkusnya Kertas

Baca Juga :