Jumat, 23 Agustus 2019

WC Umum Di Nepal Dan Saudi Arabia

Rest Area Di Jalan Antara Kathmandu - Pokkara

Seandainya benar 'Kebersihan Adalah Sebagian Dari Iman', mestinya Saudi Arabia jauh lebih bersih WC/Toilet Umumnya dibanding dengan negara negara lain. Tapi kenyataannya tidak demikian. WC Umum atau Toilet Umum di Saudi Arabia ternyata yang terjorok di dunia yang pernah saya temui. Berkali kali saya mampir ke WC/Toilet Umum disepanjang jalan Madinah - Mekkah - Jeddah , baik di Rest Area, Pompa Bensin, Restaurant atau Masjid. keadaannya masih sama saja joroknya dari tahun ke tahun sampai saat ini.  Baca link ini Cerita Jorok Dan Vulgar Dari Saudi Arabia.

Kotak Sumbangan Sukarela Dan Antrian
WC Umum Di Rest Area Kathmandu - Pokkara

Di Nepal, saya periksa sendiri puluhan WC Umum baik di kota Kathmandu, Pokhara maupun tempat tempat istirahat / Rest Area disepanjang jalan raya antara Kathmandu - Pokhara.  Memang tidak sebersih WC di Hotel atau di Mall tapi saya bisa mengatakan orang Nepal 'Jauh Lebih Beriman' dibanding orang orang yang berada di Saudi Arabia. Di Nepal, saya tidak pernah menemukan 'Emas Batangan' yang menyumbat kakus seperti yang sering saya temukan di WC Umum Saudi Arabia.

Deretan WC Umum Yang Bersih
Jauh Lebih Bersih Dibanding Saudi Arabia

Kenapa WC/Toilet Umum di Nepal bisa terjaga kebersihannya dibanding di Saudi Arabia ?  Ternyata, di Nepal cara menjaga kebersihannya mirip sekali dengan di Indonesia. Untuk masuk ke WC Umum semua orang harus bayar Sumbangan Kebersihan. Tata caranya juga sama persis dengan di Indonesia. Setelah selesai buang hajat maka anda akan diminta untuk memasukkan sumbangan sukarela kebersihan. Semua WC Umum ada penjaga kotak sumbangan dan ada juga petugas kebersihan.

Sumbangan Sukarela Ditarik
Saat Akan Meninggalkan Area WC Umum

Sebagai orang Indonesia yang sedang berada di Nepal, rasanya seperti sedang berada di negara sendiri. Tata cara ke kamar kecil nggak ada bedanya sama sekali dengan di tanah air. Bedanya, di Nepal wastafel banyaknya bukan main dan ada dimana mana. Kayaknya, orang Nepal senang sekali mencuci tangan dan membasuh muka. Setiap saat ketemu wastafel langsung mencuci tangan dan membasuh muka, bukan cuma 5 kali sehari seperti kebiasaan orang Saudi Arabia.

Ini WC Umum Yang Lain Lagi
Bersih Dan Jauh Lebih Bersih Dibanding Saudi

Jadi, Kebersihan Adalah Sebagian Dari Iman bukan lagi sekedar slogan bagi orang Nepal tapi sudah menjadi kebiasaan sehari hari. Hal seperti ini tidak saya temukan di Saudi. Coba jawab sejujurnya, pernahkah anda menemukan WC Umum yang benar benar bersih bebas dari 'emas batangan'  dan tanpa bau pesing di Saudi ???. Harusnya Saudi mencontoh Nepal atau Indonesia dalam hal menjaga kebersihan WC Umumnya. Pingin juga sebenarnya saya menyaksikan orang Arab menjaga dan 'ngosek' WC Umum.

Wastafel Ada Dimana Mana
Orang Nepal Suka Cuci Tangan Dan Membasuh Muka

WC Umum Dan Wastafel Nepal

Wastafel Umum Di Salah Satu Warung Di Pokkara

Ngantri Wastafel Di Pokkara
Kebersihan Sebagian Dari Iman Orang Nepal

Wastafel Lagi
Lagi Lagi Wastafel


Kotak Sumbangan Sukarela
Diantara Wastafel Buat Pengguna Wastafel

Kotak Sampah, Wastafel Di Rest Area Pokkara
Orang Nepal Lebih Ngerti Kebersihan Dibanding Saudi

Jumat, 02 Agustus 2019

Bemo Kota Kathmandu

Jalan Protokol Kota Kathmandu Banyak Yang
Tidak Beraspal Dan Becek Kalau Hujan

Di Indonesia saat ini Bemo sudah bisa dikatakan punah. Terakhir saya menyaksikan bemo sekitar 7 tahun lalu didekat Hotel Le Meridien Jakarta, tapi sekarang sudah jarang dan mungkin tidak terlihat lagi. Di Surabaya, Bemo pernah menjadi raja jalanan dan merupakan angkutan umum yang saya pakai sehari hari untuk berangkat dan pulang sekolah. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi juga.

Bemo, Angkot Maupun Bus Kota Semuanya
Bebas Berhenti Menaikkan Penumpang Dimana Saja

Rasa rindu untuk menyaksikan Bemo dan mendengarkan suaranya yang berisik ini sedikit terobati ketika saya berkunjung ke Kathmandu, Nepal. Bentuk Bemo di Nepal memang sedikit berbeda dengan di Indonesia meskipun sama sama beroda 3. Secara umum Bemo di Indonesia lebih bagus buatannya dan juga mesinnya.

Hampir Semua Windshield Depan Bemo
Kacanya Lurus. Ini Kaca Mobil Atau Kaca Jendela Rumah

Kalau kita telusuri lebih dalam lagi, ternyata Bemo di Indonesia itu build up dan diimport langsung dari Jepang dan merknya Daihatsu Midget. Sedangkan Bemo di Kathmandu diimport dari India dengan merk Bajaj. Keduanya sama sama berisik karena mesinnya 2 Tak, ada oli samping untuk campuran bahan bakar dan sudah tentu knalpotnya selalu berasap.

Sudah Penuh Tetap Saja Menaikkan
Penumpang, Ya Jelas Harus Bergelantungan

Tapi, Bemo Daihatsu Midget yang beredar di Indonesia itu diproduksi antara tahun 1957-1972. Jadi sangat wajar kalau tehnologinya masih kuno. Sedangkan Bemo Bajaj di Kathmandu semuanya produksi 'Jaman Now' atau 'Jaman Millenial' seperti sekarang ini, tapi tehnologi karoserinya masih ndeso. Semua body Bemo Kathmandu masih dilas pakai las karbit, dikethok pakai tangan dan didempul sangat tebal sekali. Sepertinya belum ada tehnologi 'Full Pressed Body' untuk Bemo di negara pembuatnya India dan juga di Nepal.

Terminal Bayangan
Bebas Ngetem Nunggu Penumpang Penuh Dimana Saja

Kebanyakan Bemo Bajaj yang lalu lalang didepan saya tehnologi pembuatan kacanya juga masih 'Jadul'. Semua kaca jendela samping dan windshield depan jarang yang terlihat melengkung. Mungkin kacanya bukan jenis 'Temperred Glass' juga tapi kaca jendela rumah biasa. Kayaknya kaca lengkung masih termasuk barang langka dan mahal untuk Bemo Bajaj. Kalaupun ada yang windshield depannya melengkung, biasanya sudah di karoseri ulang atau tahun keluaran terbaru.

Tidak Ada Marka Jalan
Bemo, Angkot, Sepeda, Bus Kota Jadi Satu

Cara naik dan turunnya sama persis dengan di Indonesia. Cukup melambaikan tangan dimana saja. Bemo Kathmandu bebas berhenti dimana saja ada penumpang melambaikan tangan. Terminal khusus bemo atau angkutan umum tidak terlihat sama sekali tetapi Terminal Bayangan banyak sekali. Dimana mana banyak terlihat bemo yang ngetem berderet deret nunggu penumpang.

Jalan Banyak Yang Berlubang Dan Tergenang Air
Ini Ibukota Negara Nepal

Meskipun penumpang sudah penuh, sopir Bemo Kathmandu masih terus saja menaikkan penumpang ditengah jalan, Jadi penumpang bergelantungan juga banyak terlihat di kota Kathmandu. Baik penumpang Bemo, Angkot maupun Bus Kota semua ceria bergelantungan, yang penting bisa nyampai ke tujuan. 

Gimana bro, enak di Jakarta kan bisa naik Bus Way, Trans Jakarta Feeder Bus, MRT ?. Baik di Nepal maupun India naik transportasi umum memang harus sengsara.

Jalan Di Kota Kathmandu Banyak Yang Becek
 Karena Tidak Beraspal

Penumpang Bisa Turun Ditengah Jalan
Bikin Macet Cuek Aja

Semua Kendaraan Berjubel Di Pusat Kota Kathmandu

Ngetem Lagi, Capek Deh

Baca Juga :

Kamis, 01 Agustus 2019

Darius dan Donna Agnesia Sepeda Motoran Di Himalaya

Bersepeda Motor Di Kathmandu
Pembonceng Bebas Tanpa Helm Dan Jalan Tidak Beraspal.

Saya sering pusing melihat cara berlalu lintas para pengendara sepeda motor di Jakarta. Tapi saya langsung bersyukur ketika saya membandingkan dengan cara bersepeda motor orang India di New Delhi dan kota lain sekitar Jaipur. Pengendara sepeda motor di Indonesia ternyata lebih baik, sopan dan beradab saat berlalu lintas di jalan raya dibanding pengendara sepeda motor di India.

Kira Kira Seperti Inilah Darius Sinathrya Kalau
Bersepeda Motor Di Himalaya

Lebih bersyukur lagi saat saya menyaksikan cara berlalu lintas pengendara sepeda motor di Kathmandu, Nepal dan kota kota lain disekitar Himalaya. Di Kota Kathmandu, cara orang Nepal bersepeda motor ternyata sangat amburadul, nyaris tanpa peraturan berlalu lintas sama sekali. Dari jalan jalan raya yang saya saksikan di Kathmandu dan sekitar Himalaya ini saya jadi terheran heran ketika mendengar berita ada orang Indonesia yang mau bersepeda motor ke  Himalaya.

Jarang Sekali Terlihat Tanda Larangan Berbelok,
Berhenti Atau Tanda Lalu Lintas Lain

Lampu pengatur lalu lintas nyaris tidak ada, hanya satu buah saja yang saya temukan diseluruh kota Kathmandu. Itupun rusak saat saya melintas di perempatan tersebut. Tetapi Polisi pengatur lalu lintas banyak saya temui berdiri di setiap perempatan jalan untuk mengatur lalu lintas dengan isyarat tangan seperti Jakarta jaman baheula sekitar tahun 1970an. Luar biasa kuno dan ndeso seperti kehidupan di jaman purbakala.

Berhenti Ditengah Jalan Ngobrol Dulu
Sambil Menunggu Teman Yang Ketinggalan Dibelakang.

Pengendara sepeda motor semuanya tidak ada yang tertib berlalu lintas. Banyak sekali yang terus melaju mengabaikan isyarat tangan tanda STOP dari polisi. Celakanya, hampir semua polisi tidak dilengkapi sepeda motor dinas untuk mengejar pelanggar lalu lintas. Jadi paling banter pak Polisi hanya bisa teriak teriak saja kalau ada pelanggaran. Kalau saya terjemahkan kedalam bahasa Indonesia, kemungkinan kosakata yang keluar dari mulut polisi adalah 'Jancuk', 'Asu', 'Anjing Loe', 'Maling', 'Jambret; 'Bajingan', 'PKI'  dsb. Coba tanyakan sendiri artinya ke orang Nepal.

Sepeda Motor Ini Berdesak Desakan Mau Belok
Kanan, Tidak Ada Rambu Lalu Lintas Sama Sekali

Marka jalan juga susah ditemukan di jalanan kota Kathmandu dan jalan jalan lain sekitar pegunungan Himalaya. Gimana bisa ngecat marka jalan kalau jalan rayanya saja tidak beraspal ?. Beda sekali dengan Jakarta, kota Kathmandu meskipun ibukota negara tapi masih banyak jalan yang tidak beraspal. Jadi sangat wajar kalau sepeda motor sangat semrawut di kota ini. Kota kota lain di Himalaya semuanya sama saja juga.

Sepeda Motor Di Nepal Semua Buatan India
Kalau Darius/Donna Agnesia Pakai Honda, Yamaha
Bisa Saya Pastikan Dishooting Di Studio Indonesia

Masih ingat kan, bulan mei lalu Liputan6, Otomotif dan TV ditanah air gaduhnya bukan main karena ada aktor/aktris Darius Sinathrya dan Donna Agnessia mau bersepeda motor ke Himalaya bulan July/Agustus tahun ini.  Katanya mau difilmkan juga dengan judul Himalayan Ridge ?.  Mulai persiapannya, sepeda motornya sampai hal hal sekecil apapun diulas tuntas oleh Media Infotainment apapun di tanah air. Ini contoh link beritanya : Darius Sinathrya dan Donna Agnessia Bersepeda Motor Di Himalaya.

Nggak Ada Motor Besar Di Himalaya
Kalau Darius/Donna Pakai Motor Besar
Saya Pastikan Shootingnya Di Indonesia

Jangan sekali kali terkagum kagum dengan omongan si Darius/Donna Agnessia dan ulasan media di Indonesia. Si Darius/Donna Agnessia nanti nggak akan bisa ngebut dengan sepeda motornya di Himalaya. Jalan raya di Indonesia jauh lebih baik, beraspal semua, ada marka jalan dan tanda lalu lintas yang jauh lebih lengkap. Nggak ada apa apanya jalan dan lalu lintas di Himalaya apabila dibandingkan dengan jalan kampung di Klaten atau Boyolali. Kalau di filmnya nanti terlihat jalanan bagus dan mulus, itu dibuat di studio atau di jalan raya yang kebetulan baru saja selesai diaspal.

Pemandangan Di Kota Kota Sekitar Himalaya
Kumuh Seandainya  Film Darius/Donna Agnesia
Terlihat Mewah Berarti Shooting Di Indonesia

Biarkan saja si Darius dan  Donna Agnessia ngoceh pengalamannya bersepeda motor disekitar Himalaya. Saya yakin sekali si aktor dan aktris ini akan ber'acting'  juga seperti layaknya saat dia bermain sinetron. Jalan raya bergelombang dan tidak beraspal akan dikatakan halus mulus. Perjalanan hanya kuat satu jam bersepeda motor akan dikatakan nonstop 8 jam tanpa istirahat di jalanan yang lebar dan mulus. Aktor memang perlu sensasi untuk tetap terkenal, tapi pemirsa jangan sampai tertipu dengan gombalan aktor dan aktris.

Ini Kota Kathmandu, Sama Saja Dengan Kota Lain Di Himalaya
Kalau Pemandangab Kota Di Sinetron Himalayan Ridge Beda
Berarti Shootingnya Bukan Di Himalaya 

Jalanan Di Himalaya Macet Seperti Ini
Kalau Sinetron Darius/Donna Agnesia Jalanan Lancar
Berarti Shootingnya Bukan Di Himalaya

Perempatan Jalan Di Kathmandu Dan Kota Kota Sekitar Himalaya
Selalu Ruwet, Kalau Sinetron Darius/Donna Agnesia Ada Lampu Pengatur
Lalu Lintas Berarti Shootingnya Bukan Di Himalaya
Film Himalayan Ridge Dengan Bintang Utama
Darius dan Donna Agnessia Nanti Perkiraan Seperti Ini



Sinetron Himalayan Ridge Nanti Ada Darius Dan
Donna Agnessia Di Photo Diatas

Saya Heran Dengan Darius Dan Donna Agnesia
Negara Sendiri Lebih Bagus Kenapa Shooting Di Himalaya

Pemandangan Kayak Gini Kan Ada Juga Di Jakarta
Kenapa Susah Payah Bikin Film Di Himalaya


Baca Juga :