Jumat, 29 Juni 2012

Naik Kereta Api Tut Tut Tuuut ....

Jogging Ditepi Danau yang mengapit kota Interlaken
Danau Thun Di Kanan Dan Danau Brien Di Kiri

Naik Kereta Api Tut Tut Tuuut.....
Siapa Hendak Turut ...
Ke Bandung - Surabaya...
Bolehlah Naik Dengan Percuma
Ayo Kawanku Lekas Naik ...
Keretaku Tak B'renti Lamaaaaaa ...

Judul Lagu : Naik Kereta Api
Ciptaan : Ibu Soed
Dinyanyikan Di RRI Pertama Kali : 1960an


Eyang Kakung
Serasa Muda Kembali
Tut Tut Tuuut

Lagu diatas sering dinyanyikan anak anak mulai dari jaman dulu sampai saat ini. Syair yang benar adalah 'Bolehkah Naik Dengan Percuma', tetapi karena dinggap tidak relevan dengan keadaan perkereta apian di Indonesia, maka syair lagu diplesetkan menjadi 'Bolehlah Naik Dengan Percuma'. Akibatnya, anak anak yang saat ini sudah dewasa semua,  sekarang banyak yang nebeng Kereta Api dan nggak mau bayar. Perusahaan Kereta Api selalu merugi, kalaupun bayar maka cukup bayar diatas KA ala kadarnya dengan kondektur langsung. Yang tetap ingin 'bayar percuma' harus susah payah naik diatas atap.


Eyang Putri
Di Switzerland Tidak Bisa
Naik Dengan Percuma


Di Switzerland, naik kereta api tentu tidak bisa gratis. Yang akan saya ceritakan adalah kereta api gunung, kereta api khusus yang dibuat untuk naik gunung dengan kemiringan terjal sampai 60 derajat. Sebuah perjalanan kereta api yang sangat mengesankan dari Interlaken sebuah kota kecil yang diapit dua danau Thunersee dan Brienzersee.. Kereta api ini bisa naik keatas gunung karena memiliki gigi gigi diantara roda rodanya. Ditengah rel kereta api ini terdapat gigi gigi mirip seperti rel kereta api di Ambarawa. Sayang sekali kereta api semacam ini di Ambarawa sudah tidak jalan lagi sekarang.


Rel Bergigi
Ambarawa Juga Punya

Untuk menuju puncak Jungfrau, sering disebut juga Top Of Europe harus melalui beberapa terowongan dan berhenti beberapa kali distasiun tertentu yang tidak perlu saya sebutkan namanya karena saya tidak tahu. Kalau kemiringan sangat terjal sekali, maka harus pindah ke kereta khusus yang bentuknya cukup unik, yaitu mereng.sesuai kemiringan gunung. Dan terakhir untuk menuju puncak Jungfrau harus turun dulu dan ganti naik lift. Inilah lift tertinggi yang terletak diatas gunung yang pernah saya lihat. Di puncak tertinggi ini dengan mudah kita bisa menyaksikan orang pingsan. Benar sekali, oksigen sangat tipis sekali, siapapun yang badannya lemah bisa pingsan kekurangan oksigen. Apalagi saat memasuki terowongan terowongan gunung maupun terowongan es.


Ndeso Interlaken

Selain gunung dan salju dipuncak gunung, maka pemandangan yang bisa saya lihat dari atas kereta api adalah sawah, kebun, rumah petani, kambing dan sapi. Bah, jauh jauh ke Switzerland hanya untuk melihat kambing dan sapi. Nggak ada bedanya sama sekali dengan kambing dan sapi di Indonesia. Di Leher sapi juga dipasangi kalung lonceng yang bisa berbunyi kluntung kluntung kalau si sapi bergerak. Kambing dan sapi di Switzerland juga sama saja, kalau buang hajat juga sembarangan. Peternak/Petani bule juga sama dengan petani di Indonesia. Bangun pagi mbersihkan kandang, memandikan sapi dan kambingnya. Kalau jalan juga menghindari kotoran sapi ditengah jalan. Kalau nasib jelek dan kebetulan satu bangku di kereta api dengan peternak tersebut, rasanya juga sama saja, badannya bau kambing dan sapi.


Kambing Dan Rumah Petani
Pemandangan Dari Atas KA

Baca Juga :


Selasa, 26 Juni 2012

Masjid Agung Paris

Pot Besar - Gunanya Apa Ya ?

Masjid Agung Paris (Grande Mosquee de Paris) terletak di pertigaan Rue Dauberton dan Rue Geffrey-Saint Hilaire Paris Ile de France, kira kira 7-10 Km dari menara Eiffel. Jumlah menara cuma satu dengan ketinggian kurang lebih 30 meter dengan kubah utama yang lain daripada yang lain, yaitu berbentuk limas pentagon, bukan bulat seperti kebanyakan masjid yang kita kenal. Kubah bulat sebenarnya juga ada dan berwarna putih, sebuah berukuran besar dan dikelilingi dengan kubah yang lebih kecil. Benar benar bulat tidak seperti umumnya kubah masjid yang kita kenal di tanah air.

Kubah Utama Hijau

Interior bagian dalam juga didominasi warna hijau, terutama karpet / sajadah untuk sholat. Biar terkesan ijo royo royo, maka tak lupa disediakan taman juga  yang cukup sedap dipandang mata. Saya tak tahu juga, apakah taman di masjid ini juga digunakan untuk dzikir atau sekedar hiasan penyedap mata. Kaligrafi di tembok yang biasanya sering kita jumpai di masjid masjid di Indonesia ternyata nyaris tidak ada di masjid ini. Yang bisa meyakinkan saya bahwa gedung ini benar benar masjid sebenarnya hanya menara masjid dan keramik keramik yang terpasang ditembok saja. Keramiknya sangat khas sekali ornamen Islamnya.

Taman Masjid - Ijo Royo Royo

Konon masjid agung ini dibangun setelah perang dunia I tahun 1926 sebagai penghargaan dari pemerintah kolonial Perancis saat itu, karena sekitar 100.000 muslim  meninggal dalam perang melawan Jerman. Tercatat masjid ini diresmikan oleh presiden Perancis Gaston Doumergue pada tanggal 15 July 1926 dengan Ahmad Al Alawi seorang Algeria yang ditunjunjuk sebagai Imam Masjid ini yang pertama. Pada Perang Dunia II, masjid ini digunakan sebagai tempat pengungsian rahasia dan perlindungan bagi warga Yahudi yang saat itu dikejar kejar Jerman. Dari masjid ini pulalah dikeluarkan puluhan bahkan ratusan surat tanda lahir muslim palsu untuk melindungi anak anak Yahudi dari kematian akibat ditangkap Jerman untuk dibawa ke kamp konsentrasi. Sejarah kemanusiaan ini tidak bisa dilupakan begitu saja.

Karpet / Sajadah
Juga Hijau

Dua kali saya datang ke masjid ini saat sholat Ashar, tetapi saya tunggu sekian lama tidak ada satupun orang yang datang, padahal kalau saat sholat Jumat ramainya bukan main. Saking sepinya saya bisa tidur tiduran didalam masjid. Saat saya pulang, juga tidak ketemu satu orangpun didalam masjid. Mungkin umat Islam di Paris tinggalnya cukup jauh dari masjid ini sehingga malas datang. Tetapi mungkin juga saya tadi tertidur cukup lama sehingga terbangun saat sholat ashar telah selesai. Mungkin saja kan....

Puncak Menara
Tidak Terdengar Adzan

Lain kali kalau saya ke Perancis kembali akan saya ceritakan tentang :

  • Masjid Agung Lyon
  • Masjid Khalid Ibn El Walid - Paris
  • Masjid Agung Evry
  • Masjid Agung Poitiers
  • Masjid Agung Strasbourg
  • Masjid Bilal - Mulhouse
  • Sunna Mosque Besancon
  • Masjid Usman Villeurbanne

Baca Juga :

Sabtu, 23 Juni 2012

Salmiya, Arabian Gulf Road Kuwait 1

Jogging Track Disepanjang Jalan
Arabian Gulf Road


Al Seef Hospital

Makki Japanese Restaurant

Scientific Center - 3D Imax Cinema
Apartment
D&D Sarapan Pagi, Ngopi, Burger Tinggal
Teriak Dari Mobil
Baca Juga :

Selasa, 19 Juni 2012

Duit Funky, Jadi Jutawan Di Lebanon

Tempat Belanja Di Beirut
Bisa Bayar US Dollar Dan Lebanon Pound

Milliarder
Asli Bukan Duit Monopoli
Pernah anda melihat mata uang Lebanon ?. Namanya Lebanon Pound (LBP) atau ada juga yang menyebut Lebanese Lyra (LL). Sudah puluhan negara saya kunjungi, tetapi hanya Lebanon saja yang memiliki mata uang cukup “Funky”. Warna mata uang Lebanon benar benar ngejreng seperti mata uang permainan Monopoli. Di negara manapun, setahu saya mata uangnya berwarna kalem atau lembut seperti hijau tua, merah hati, hijau daun dan kombinasi warna yang dipilih juga cukup sederhana. Kalau mata uang Lebanon, benar benar Funky dan rasanya sayang sekali untuk digunakan berbelanja. Dikantongi terlalu lama juga tidak baik, diberikan ke pembaca blog ini juga “No…. No…. No……”. Jadi mau diapakan ya duit ini ?

Angka Nol Banyak
Jadi Jutawan Di Lebanon

Siapapun yang baru pertama kali melihat dan memegang duit Lebanon ini, rasanya tidak ingin melepaskan begitu saja, karena warna dan gambarnya begitu menarik, kombinasi warna sangat norak dan funky. Bagi orang Indonesia, rasanya ada sesuatu yang 'susah untuk diceritakan'.. Serasa ada ikatan batin seperti saat memegang mata uang rupiah. Kenapa ? Karena jumlah angka nol sangat banyak sekali. Misal  LBP 100.000, LBP 50.000, LBP 10.000. Mata uang Funky ini kalau dikonversikan ke rupiah juga relative sama. Kira kira 1 LBP setara dengan Rp 1 – Rp 6 tergantung dimana kita menukar mata uang rupiah kita. 

Toko Souvenir, Bayar
USD Kembalian LBP


Beberapa bulan lalu, hampir seluruh media di tanah air hiruk pikuk  dengan rencana pemerintah untuk men’denominasi’ mata uang rupiah sehingga nantinya mata uang rupiah akan sedikit jumlah angka nolnya dan akan lebih enak dipandang. Terus terang, karena banyaknya angka nol tersebut saya sering ‘pusing tujuh keliling' kalau bincang bincang dengan bangsa lain masalah ekonomi Indonesia yang sedang membaik. Dalam pikiran awam, mata uang yang banyak nolnya berarti ekonominya amburadul. Contohnya mata uang Zimbabwe.
Di Lebanon, sampai saat ini tidak ada issue mau men’denominasi’ mata uangnya. Tetapi, penduduknya mencari jalan keluar sendiri yaitu lebih senang dibayar dengan mata uang US Dollar daripada mata uangnya sendiri.

Toko Sepatu Bisa Gesek
Credit Card USD Atau LBP

Baik di Mall besar, toko agak besar, kios kecil sampai urusan bayar taxi dan njajan di kaki lima selalu pertanyaanya sama. Mau bayar pakai Lebanon Pound atau bayar pakai USD. Tidak peduli seberapa besar transaksi yang kita lakukan, yang jelas kalau kita bayar dengan USD, maka kembaliannya dengan mata uang local Lebanon Pound. Nilai kursnya entah dari mana, tetapi rasanya tidak merugikan konsumen. Bayar pakai kartu kreditpun juga sama saja, kita selalu ditanya mau digesek USD atau digesek LBP. Kalau saya jawab LBP, rasanya berat sekali nggeseknya dan selalu menyarankan USD dengan memberi alasan panjang lebar yang tidak saya ketahui benar atau tidaknya karena saya tidak tahu sama sekali mengenai fluktuasi pasar mata uang dunia.


Beli Apel Sekilo
Bayar Dollar Atau Pound ?

Pernah saya coba membayar barang yang saya beli di Mall ABC, sebuah mall besar di kota Beirut dengan mata uang Kuwait Dinar. Waktu itu iseng iseng saya katakana hanya punya LBP dan Dinar Kuwait saja. Eh ternyata si penjual langsung sibuk nelpon kawannya di bank dan menanyakan kurs terakhir. Tampaknya si penjual lebih percaya mata uang asing daripada mata uang negaranya sendiri. Gawat juga ya…., kalau penduduk Indonesia di pelosok pelosok desa dan kabupaten seperti di Lebanon dan tidak mau menggunakan mata uang negara sendiri, jadi apa negeri tercinta kita Indonesia.


Baca Juga :

Minggu, 17 Juni 2012

Walang Kekek Tertangkap Speed Camera

Speed Camera Di Egaila
Pertigaan Sepi Dipasangi Camera Canggih


Camera Pertama Kecil
Sensor dimana ya ?
Ketenangan saya tiba tiba saja terusik saat sebuah Speed Camera dipasang di pertigaan jalan didekat rumah saya. Speed camera memang banyak dipasang dijalan jalan utama di Kuwait, bukan di jalan sepi seperti disekitar rumah saya. Kemanapun anda bepergian baik melalui highway maupun jalan raya di Kuwait dengan mudah anda akan menyaksikan speed camera. Tetapi kalau dipasang di jalan kecil yang sepi, baru sangat menarik.


Ini Dia Camera
Yang Njepret Saya
Sore hari sambil berolah raga saya sempatkan mampir ke Speed Camera baru didekat rumah saya tersebut. Dengan semangat 'Empat Lima', saya datangi barang aneh yang membuat saya sering bayar denda ini. Dendam kesumat, pokoknya saya harus tahu letak sensor dan cara kerjanya, kok bisa njepret sendiri. Kunci mobil, gantungan kunci dan beberapa logam kecil saya bawa khusus dari rumah dengan tujuan untuk menguji dan akan saya lewatkan didepan sensor. Kira kira kalau logam saya lewatkan didepan sensor bisa njepret atau tidak. Ranting pohon dan potongan kayu mudah dicari disepanjang jalan menuju Speed Camera tersebut. Maksud saya, akan saya coba juga kalau saya lewatkan kayu didepan sensor kira kira bisa njepret atau tidak, siapa tahu cara kerjanya berdasarkan cahaya.


Untung Saya Pendek
Hasil Jepretan Mungkin Seperti Ini
Sedang asyik mengamati speed camera ini, tiba tiba jepret….., sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi melanggar rambu lalu lintas yang sedang merah. Spontanitas saya teriak ‘Kakekane ….!!!!”. Sebuah ungkapan khas kampung halaman Semarang yang muncul dengan sendirinya saat terkejut. Cahaya blitz sangat terang sekali membuat mata saya silau karena persis menyala didepan wajah saya.  Gawat, wajah saya akan muncul di kantor polisi. Jangan jangan pak polisi akan mencari saya dan menangkap saya. Moga moga cameranya rusak, moga moga disknya full, moga moga hasilnya burem…….

Baca Juga :

Rabu, 06 Juni 2012

Masya Allaaaaah !!!

IMMI-k
Ikatan Mudir Dan Muhandis Indonesia Di Kuwait

Tinggal di Kuwait memang sangat menyenangkan meskipun iklim, cuaca dan adat istiadat penduduknya sangat berbeda dengan negeri tercinta Indonesia. Terkadang cukup unik dan menarik untuk diceritakan terutama hal hal yang menyangkut harga diri bangsa. Harap maklum mayoritas orang Indonesia di Kuwait adalah pembantu rumah tangga sehingga hampir semua orang menganggap orang Indonesia adalah PRT.. 

Mudir
Siapa Mau Numpang

Perkiraan saya, saat ini ada sekitar 30.000 orang yang bekerja sebagai PRT di Kuwait. Sehingga tidak bisa disalahkan sama sekali kalau semua orang di Kuwait menganggap negeri kita tercinta Indonesia serba kekurangan.

Perhatian Perhatian Penumpang
Jangan Ribut Dan Kentut !

Saya kemana mana naik mobil baik untuk mengantar anak ke sekolah atau hanya sekedar jalan jalan keliling kota. Berkali kali saya mendapat tumpangan ibu ibu Arab, baik itu Arab Kuwait, Arab Palestine, Arab Mesir atau Arab negara negara sekitarnya. Terutama kalau ada acara disuatu tempat maka mereka dengan santun minta ijin untuk menumpang sampai di tujuan tertentu yang saya lewati. Pada saat berada dimobil saya inilah saya bisa mengerti jalan pikiran mereka tentang Indonesia dan warga negara Indonesia.
.
Arab : “Thank you madame, Are you Philipinos?”
Saya : “No, I’m Indonesian”
Arab : “MashaAllaaaaah !!!”

Muhandis Indonesia
Di Kuwait

Saya tidak tahu pasti, kenapa si Arab teriak seperti itu. Dugaan saya, si Arab mengira hanya Philipine saja yang ada mobil dan penduduknya bisa nyetir. Barangkali Indonesia dikira masih hutan belantara, penduduknya beruk dan monyet saja. Mungkin juga penduduk Indonesia dianggap masih telanjang bulat dan pakai "Koteka" semua.

Pertanyaan tidak berhenti dan bahkan bertambah seru dan menarik.

Arab : “Is your husband Kuwaitis ?”
Saya : “No, pure Indonesian.  Original… Made In Surabaya”
Arab : “MashaAllaaaah !!!”

Terkadang saya harus menjawab ‘sak karepe dewe’ daripada diam nggak ngomong sama sekali. Nggombal juga perlu demi nasionalisme bangsa dan negara Indonesia.

Arab : “What’s your job in Kuwait ?”
Saya : “Mudir..”
Arab : “MashaAllaaaah !!!”

Mudir  Dan Yacht
Di Marina

Pertanyaan biasanya bertambah seru dan panas
Arab : “What’s your husband  job in Kuwait ?”
Saya : “Muhandis..”
Arab : “MashaAllaaaah !!!”

Note : Baik Mudir (Manager) dan Muhandis (Engineer) sangat ampuh di Kuwait. Kalau ada Arab, India, Bengali, Philipino yang usil tanya macam macam, jawab saja dengan dua kata sakti tersebut. Biasanya langsung tidak percaya dan pergi menjauh, mungkin mengira saya 'Orang Gila'. Bagaimana bisa percaya, wajah saya dan suami sangat "Kere" sekali.

Mudir-Muhandis-Al Falaq

Baik Arab maupun Indonesia sebenarnya sama saja dalam menghadapi suatu kejadian yang mengejutkan. Bedanya, orang Arab frekwensi mengucapkan kata ‘MashaAllah’ lebih sering dibanding orang Indonesia.

Sekitar bulan lalu saya dapat tumpangan anak anak sekolah. Mereka semua adalah anak anak SMA teman anak saya di American International School (AIS). Satu orang duduk didepan dan empat orang berdesak desakan di belakang. Ditengah jalan salah satu dari penumpang belakang tersebut kentut. ‘Dddtttttt’, nyaris tanpa suara. Pada awalnya suasana masih tenang dan sepi, tetapi begitu aroma sudah mulai menyebar maka penumpang depan langsung teriak ‘MashaAllaaaaahh !!!!!”. Dan langsung heboh membuka jendela dan bahkan minta saya untuk menghentikan mobil dan semua penumpang turun.

Bandingkan dengan orang Indonesia yang anggun, elegance dan berwibawa dalam menghadapi keadaan yang sama dibawah.

Anak : "Ayah kentut ya ???"
Ayah : “Ya, kenapa ? Kentut bagus tidak untuk kesehatan ?”
Anak : “ Ya jelas Tidak…!!!!”
Ayah : “Makanya ayah keluarkan……”

Lain kali kalau suamiku kentut kembali, maka dengan tenang , anggun dan berwibawa akan tanya kembali kepada anak anak :

Ayah : “Kentut bagus tidak untuk kesehatan ?”
Anak  : “Bagus…bagus sekali yah...”
Ayah : “Makanya Ayah berikan kamu……”

Bagaimana, lebih elegance mana Arab atau Indonesia. Tidak perlu kan sedikit sedikit menyebut 'MashaAllah' hanya untuk hal hal yang tidak patut.


Baca Juga :