Pantes Nggak Arab Jadi Jadian Ini ? |
Pakain nasional Kuwait untuk laki laki bernama Dishdasa. Dishdasa umumnya berwarna putih, tetapi banyak juga yang berwarna gelap seperti coklat, abu abu atau hitam. Dishdasa berwarna gelap biasanya banyak dipakai saat musim dingin sedangkan yang berwarna putih lebih cenderung dipakai sehari hari pada setiap musim. Dishdasa ini tanpa kerah dan berlengan panjang, tetapi pernah juga terlihat yang sudah dimodif sedemikian rupa sehingga seperti baju biasa dengan kerah dan lengan pendek.
Yang membedakan dengan negara tetangga sekitarnya adalah 'Kafiyeh'nya, yaitu scarf penutup kepala yang ditekuk sedemikian rupa dan sangat bermanfaat sekali digunakan sebagai penutup hidung kalau seandainya ada badai gurun. Kefiyeh (sering juga disebut Ghutrah) berwarna putih kebanyakan dipakai oleh penduduk dari Kuwait, Saudi Arabia, UAE, Oman, Yemen, Qatar dan Bahrain. Sedangkan yang kotak kotak berwarna hitam dengan dasar putih berasal dari Palestina dan sangat populer karena dipakai sebagai simbol perjuangan oleh alm. Yasser Arafat. Yang kotak kotak berwarna merah dengan dasar putih katanya juga milik Palestina, Jordan dan Somalia meskipun saat ini lebih dominan dipakai para Jemaah Haji dan Umroh di Saudi Arabia. Cara melipat Kefiyeh juga berbeda beda, paling nampak berbeda sekali adalah Oman, dimana lebih mirip topi atau blangkon dibanding lipatan segitiga seprti negara lain.
Pakaian nasional wanita Kuwait namanya Abaya, berwarna hitam dan terbuat dari katun. Pakaian ini menutupi semua tubuh kecuali bagian wajah saja. Di Kuwait, pakaian nasional seperti ini tampaknya sudah kurang diminati lagi oleh sebagian anak anak muda. Kalau kita jalan jalan di mall atau tempat tempat keramaian, yang masih banyak menggunakan umumnya orang tua sedangkan anak muda lebih banyak yang mengganti dengan pakaian biasa dengan jilbab biasa seperti umumnya yang kita lihat di Indonesia. Bahkan banyak remaja yang sudah beralih ke celana ketat blue jeans dengan punggung backless atau tank top.
Pakaian pakaian tradiionil ini memang sangat tepat dan cocok dipakai diiklim gurun dimana saat sinar matahari sedemikian teriknya maka seluruh tubuh akan terlindungi, saat badai pasir datang, maka dengan cepat kafiyeh bisa digunakan sebagai penutup wajah dan juga bisa digunakan untuk sholat saat waktu sholat tiba. Tetapi banyak juga orang Indonesia yang memakaianya dan saya tidak bisa menjawab ketika seorang teman bertanya dengan sedikit protes
'Kenapa banyak orang Indonesia memakai pakaian tradisional kami ?',
'Iklim di Indonesia beda, banyak hujan dan humid selalu berkeringat'
'Najis warna putih dishdasa bagian bawah selalu terkena lumpur dan banjir',
Nah apa harus saya jawab ?
'Kenapa banyak orang Indonesia memakai pakaian tradisional kami ?',
'Iklim di Indonesia beda, banyak hujan dan humid selalu berkeringat'
'Najis warna putih dishdasa bagian bawah selalu terkena lumpur dan banjir',
Nah apa harus saya jawab ?
Salam kenal dari Jordan mbak,
BalasHapusBenar sekali, Dishdasa dan Abaya adalah pakaian tradisional Arab yang diciptakan untuk melindungi tubuh dari iklim gurun yang kering dan berpasir. Nggak ada hubungannya dengan agama (Muslim), di Jordan yang non muslim juga memakai Dishdasa dan Abaya. Orang Indonesia saja yang salah kaprah memakainya di Indonesia sebagai simbol ke'islam'annya padahal iklimnya beda.
Pakai Dishdasa di Indonesia biar dipanggil Ustadz....tahu..., kayak nggak ngerti aja. Lagi sial saja lewat jalan becek.
BalasHapusYg jelas klo muslim ya wajib ttup aurot. Klo wanita ya pake jilbab. Gitu aja kok repot
BalasHapus