Kabut Gelap Dan Dingin Saat Musim Dingin |
Pagi hari sekitar jam 6 pagi langsung kita menuju ke Alexandria ditemani oleh dua orang guide mahasiswa Al Azhar. Sengaja berangkat jam 6 pagi karena perjalanan dari Cairo ke Alexandria memakan waktu hampir 3 jam sendiri. Sarapan pagi kita bungkus dan kita bawa lengkap dengan piring dan gelas segala layaknya mau pulang mudik di Indonesia. Jalan menuju Alexandria lumayan besar dan lurus dan pada saat kita berangkat cuaca sangat berkabut karena sedang musim dingin. Jarak pandang sangat pendek sekali sehingga Avanza merah yang kita sewa US$ 35 per hari harus berjalan extra hati hati.
Sebelum Diusir |
Ditengah perjalanan tepatnya di tempat istirahat seperti halnya tempat istirahat jalan Tol di Indonesia, kita berhenti untuk sarapan pagi. Karena ada kursi dan meja ngganggur, maka semua bekal sarapan pagi kita buka semua. Kita nggak tahu atau pura pura nggak tahu bahwa meja dan kursi tersebut adalah milik restoran karena pada saat itu restorannya juga sepi nggak ada petugas dan juga pengunjung. Sarapan pagi ini rasanya nikmat sekali meskipun hanya berupa oseng oseng kacang panjang, sambal, kerupuk dan sepotong daging empal.
Istirahat Makan Pindah Tempat Setelah Diusir |
Benar saja baru setengah makan, rumah makannya buka dan muncullah pegawainya dari dalam dang langsung saja kita diusir untuk segera meninggalkan meja dan kursi. Pura pura nggak ngerti bahasa Arab kita nyerocos dan ngedumel pakai bahasa Indonesia, tetapi proses pindah tetap jalan terus. Dan akhirnya kita makan sambil berdiri di mobil. Kap mesin kita jadikan meja makan dan panasnya mesin cukup untuk menghangatkan makanan yang kita bawa. Inilah pengalaman internasional diusir karena makan sembarangan dan nggak pakai kulonuwun nempati meja dan kursi rumah makan.
Gerbang Kota Alexandria |
Kota Alexandria ini jauh lebih bagus dibanding Cairo apalagi Luxor. Pantainya sangat bersih dan orangnya lebih sopan dan beradab. Tampaknya negara Mesir ini semakin keutara penduduknya semakin sopan, terpelajar dan beradab. Mungkin karena semakin dekat dengan Eropa, dan pantas saja kota ini dijadikan cerita dalam film Ayat Ayat Cinta yang sukses berat di tanah air. Gambar disamping adalah pintu gerbang Alexandria yang berkali kali di'shoot' dalam filem Ayat Ayat Cinta.
Obyek menarik yang bisa dikunjungi di Alexandria diantaranya adalah :
- Istana Raja Farouk
- Castle Of Qatbay
- Catacomb (Kom El Shouqafa)
- Pompeii's Pillar
- Roman Amphiteater
- Alexandria Library
Istana Raja Farouk
Istana Raja Farouk |
Istana ini terletak di pinggir pantai dan saat ini hanya digunakan untuk menyambut tamu tamu negara saja. Taman Montaza yang mengelilingi istana ini sangat luas dan indah. Sayang kita nggak bisa masuk kedalam istana untuk melihat peninggalan raja terakhir Mesir sebelum berubah menjadi Republik yang katanya masih tersimpan rapih didalam istananya tersebut. Bagusnya datang ke taman ini siang hari setelah makan siang karena pasti bisa tertidur dibawah pohon yang rindang apalagi kalau bawa tikar. Angin dari laut bisa bikin mata ngantuk. Kalau di Indonesia mungkin setara dengan istana Bogor, cuma disini nggak ada yang jualan peuyeum atau pedagang kaki lima yang berkeliaran disekitar istana.
Jalan Di Sekitar Istana |
Raja Farouk I digulingkan pada tanggal 23 Juli 1952 oleh tentara yang dipimpin Gemal Abdel Nasser dan setelah itu kabur ke Monaco sampai meninggal tahun 1965. Raja Farouk I terkenal suka hidup mewah dan pada saat akhir kekuasaannya sangat dibenci oleh rakyatnya yang kebanyakan jauh dibawah garis kemiskinan apalagi setelah kekalahan mesir dari Israel pada tahun 1948.
Castel Of Qaitbay
Castle Of Qaitbay |
Didalam benteng Qaitbay ini terdapat bekas masjid, tampaknya disamping digunakan sebagai bangunan pertahanan juga digunakan sebagai tempat sholat juga. Benteng ini menghadap ke laut dan dalam sejarahnya penuh dengan pertumpahan darah tapi rasanya kok nggak angker sama sekali seperti bangunan tua di Indonesia. Pernah terkena gempa bumi pada abad 11 dan pernah juga dibombardir tentara Inggris pada tahun 1883 dan setelah itu sempat terlupakan berpuluh puluh tahun karena hancur lebur. Renovasi kecil baru dimulai setelah tahun 1904 dan benar benar dironovasi total mulai tahun 1984. Nama Qaitbay diambil dari nama penemunya yaitu Sultan Al-Ashraf Abou Anasr Saif El-Din Qaitbay El-Jerkasy Al-Zahiry (1468-1496).
Perpustakaan Alexandria
Bagian Luar Perpustakaan Alexandria |
Ini perpustakaan paling besar yang pernah saya temui selama ini, koleksi bukunya susah untuk membayangkan banyaknya. Buku kuno berisi catatan gaji karyawan, dan ada juga buku kuno tentang nama nama penghuni penjara dan hukumannya. Mesin cetak kuno juga dimasukkan dalam perpustakaan ini untuk mengingatkan bahwa buku dan ilmu pengetahuan sudah ada di mesir sejak jaman dahulu kala. Jam matahari terletak dipelataran perpustakaan termasuk observatorium.
Bagian Dalam Perpustakaan Alexandria |
Bangunan gedung sangat modern dilengkapi dengan komputer disana sini untuk memudahkan mencari buku. Ruang baca juga nyaman dan sangat banyak dan luas, kira kira luas dan besar bangunan setara dengan balai sidang senayan. Pada saat kita berkunjung, tidak banyak yang terlihat membaca buku di ruang baca mungkin karena semua yang datang adalah turis yang cuma longak longok melihat buku kuno layaknya datang ke sebuah museum.
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan menuliskan komentar dengan bahasa yang jelas, sopan dan beradab.