Aksi Demo Feb - Mar 2011 |
Saya ke mBahrain pada saat koran koran dan TV diseluruh dunia masih sesekali menyiarkan aksi demo para protester anti pemerintah di Pearl Roundabout, Manama mBahrain. Demo besarnya terjadi bulan Feb - Mar 2011 terinspirasi dari aksi People Power yang terjadi di Mesir, Tunisia dan Libya. Di mBahrain, pemerintah berhasil meredam aksi demo tersebut dengan cara yang unik, cerdas , berwibawa dan membuat saya tersenyum lebar. Kenapa saya katakan unik dan cerdas ?, Karena solusinya sangat sederhana sekali yaitu dengan cara membongkar dan menghancurkan Pearl Roundabout, sebuah bundaran yang digunakan sebagai tempat berkumpul para demonstran dan juga digunakan oleh oposisi sebagai simbol perlawanan terhadap pemerintah yang sedang berkuasa. Nama Pearl Roundabout juga diganti menjadi Al Farouq Junction, semua tanda lalu lintas penunjuk arah diganti semua, Al Farouq Junction.
Proyek pembangunan jalan layang yang sedang berlangsung saat itu segera dipercepat dan alat alat berat dikerahkan dan difokuskan untuk pembangunan disekitar Pearl Roundabout. Otomatis karena ada pekerjaan konstruksi maka para demonstran tidak punya tempat berkumpul lagi dan tercerai berai dalam kelompok kelompok kecil dan mudah dipatahkan oleh tentara keamanan dan polisi. Suara berisik alat alat berat juga sangat mengganggu orasi yang sering berlangsung ditempat itu sehingga secara natural mereka tidak melanjutkan lagi aksi orasinya.
Dialog dengn pemerintah juga intensif dilakukan untuk memperbaiki kinerja yang dikeluhkan oleh para pemrotes dan hasilnya kedua belah pihak tampaknya tidak akan membawa mBahrain kedalam jurang perang saudara. Demonstran yang terluka karena kesandung batu bata, tertimpuk material bangunan atau terjatuh kesandung kawat/besi beton saat dikejar kejar tentara bulan Mar 2011 lalu terlihat heroik dan gaya sekali di televisi televisi seluruh dunia dengan dua jari teracung keatas melambangkan Victory saat dibawa ambulance ke rumah sakit. Padahal sebenarnya mereka hanya terluka karena kesandung material bangunan saat lari dari kejaran tentara, bukan ditembaki tentara. Televisi dan media memang harus menyiarkan segala sesuatu yang dramatis untuk meningkatkan peringkat penonton/pembaca.
Sebagai orang Indonesia yang sudah pernah menyaksikan euphoria demokrasi setelah presiden Suharto jatuh beberapa tahun lalu, apa yang saya saksikan di mBahrain sebenarnya sama saja dengan aksi demo di bundaran Hotel Indonesia. Sekelompok orang yang tidak puas dengan kinerja pemerintahan berusaha menggalang masa dengan berorasi mengatas namakan seluruh bangsa. Di mBahrain, saya sempat tanyakan ke staff resepsionis hotel tempat saya menginap apakah benar seluruh rakyat mBahrain tidak puas dengan kinerja pemerintahan yang sekarang. Jawabnya malah bertolak belakang, gara gara aksi protest ikut ikutan Mesir, Tunisia dan Libya tersebut hotelnya jadi sepi dari kunjungan turis.
Si Resepsionis hotel juga heran dengan berita berita yang diekspos oleh CNN, BBC dan koran koran internasional. Di mBahrain tidak ada pertentangan agama meskipun mayoritas penduduknya adalah Islam Syiah dan penguasa mBahrain dari Sunni. Itu interpretasi Westerner saja yang berusaha menghubung hubungkan perbedaan aliran agama. Sebenarnya yang dituntut protester masih wajar dan tidak seharusnya disinggungkan dengan agama. Penduduk mBahrain terdiri dari berbagai macam agama dan aliran juga dan kita tidak pernah mempermasalahkan hal hal yang sifatnya pribadi katanya. Sampai saat inipun masih sering disiarkan ulang berkali kali gambar yang berdarah darah di TV seolah olah mBahrain tidak aman, TV mengambil gambar di rumah sakit, korban bukan protester tetapi maling yang ditembak polisi karena ketahuan berusaha membakar mobil parkir, menjarah Lulu Hypermarket dan Dana Mall yang berada tidak jauh dari Pearl Roundabout. Benar atau tidak yang dikatakan, tampaknya si Resepsionist yang saya tanya berada di kubu yang dirugikan dari kejadian demo besar Feb - Mar 2011. Si Resepsionis benar benar muak dengan cara demokrasi yang benar benar menyebabkan kedatangan turis ke mBahrain anjlok tajam.
Saya tunggui berhari hari dan saya kelilingi seuruh penjuru mBahrain, ternyata apa yang dikatakan Resepsionis Hotel benar sekali. Protes dan demo sampai saat ini masih ada dan terlalu kecil sekali untuk bisa dikatakan mewakili seluruh rakyat mBahrain. Sebagian besar warga terlihat cuek dan acuh saja melihat aksi aksi orasi mereka. Turis juga sudah berangsur angsur terlihat dimana mana dan tidak terganggu dengan aksi aksi orasi mereka. Hanya jalan masuk menuju Al Farouq Junction (dulu Pearl Roundabout) saja yang masih dijaga tentara keamanan nasional. Tempat tempat lain aman dengan aktifitas normal dan tidak ada penjagaan khusus seperti di jalan masuk menuju Pearl Roundabout.
Tunggu cerita lainnya tentang mBahrain dan obyek obyek wisata menarik melalui blog ini juga. Dan jangan baca berita di koran atau lihat televisi kalau anda ingin menikmati indahnya dunia. Koran dan TV hanya menyiarkan kejadian di satu titik saja secara berulang ulang, bukan mBahrain secara keseluruhan.
Baca Juga :
- Ke mBahrain dengan eVisa
- Dari mBedagan Ke mBahrain
- Antara Suromadu And Bahrain Causeway
- Melongok Kuburan Di Bahrain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan menuliskan komentar dengan bahasa yang jelas, sopan dan beradab.