Kalau di Ahmadi, Mangaf, Fahaheel dan seluruh wilayah di Kuwait City, badai pasir nampaknya biasa biasa saja, paling banter gelap dan suara gemuruh saja yang terdengar. Tetapi kalau di lapangan minyak, dimana umumnya ditengah tengah gurun, badai pasir terasa begitu mencekam dan dramatis. Bayangkan kecepatan anginnya saja bisa bikin suara bergemuruh, belum lagi suara atap atap seng yang bergoyang goyang. Dan yang diterbangkan angin tidak cuma debu, butiran pasir halus dan kasar, sampah kertas, plastic dan sandal jepitpun bisa terbang menerjang apa saja yang dilalui. Tentang jarak pandang, ya jelas tidak terlihat sama sekali, lebih baik merem daripada kelilipen dan sedikit sedikit melek agar nggak nabrak. Angin yang bertiup kencang ini biasa saja buat orang Arab, tapi bagi orang Indonesia bisa bikin kulit merah kepanasan, sangat kering sekali.
BADAI pasir ini dipicu oleh angin Shamal, yang dalam bahasa Arab berarti utara. Angin Shamal sebenarnya telah absen selama setahun terakhir, dan seharusnya baru muncul pada akhir musim semi dan kemudian bertahan selama musim panas. Di Jazirah Arab, setiap angin memang punya nama. Menurut The Natural Emirates yang merupakan situs resmi Uni Emirat Arab, kebiasaan ini berasal dari suku-suku pengembara terutama Bedouin, karena kemampuan mengantisipasi perubahan cuaca amat mempengaruhi mati dan hidup kelompoknya.
Bagi suku-suku tersebut, setiap angin punya karakteristik yang berbeda. Periode badai utama disebut Al-Barih al-owd, sementara badai minornya dinamai Al-Barih al-sagheer.
Periode badai utama angin Shamal sebenarnya adalah sekitar 25 Mei yang dijuluki Al-Haffar alias "pengebor". Soalnya, angin ini benar-benar menciptakan lubang besar di puncak bukit pasir.
Badai kedua yang datang awal Juni, dinamai Barih Thorayya, karena datangnya bersamaan dengan bintang fajar Thorayya (Pleiades). Pada periode ini-yang kadang lebih buruk dampaknya dibanding angin lainnya-para nelayan tidak akan berani melaut. Tidak hanya karena angin begitu kuat, tetapi juga mitos kuno yang menyebutkan angin ini selalu menenggelamkan kapal.
Mendekati akhir Juni, angin Shamal yang terakhir tiba. Angin yang disebut Al-Dabaran, ini adalah angin yang sangat "kejam" dan berlangsung selama beberapa hari. Penduduk lokal akan menutup pintu dan jendela rapat-rapat, menghindari serbuan debu dan pasir yang siap memasuki setiap lubang dan retakan sekecil apa pun di dinding.
Angin lain yang dikenal bangsa Arab adalah Sharqi. Angin Sharqi-yang berarti angin timur- bertiup dari arah Teluk Persia menuju ke daratan.
Angin Sharqi biasanya bertiup bulan April sampai Juni, kemudian datang lagi September sampai November. Di antara angin Sharqi inilah Angin Shamal datang dan kadang tumpang tindih.
Sharqi rata-rata bertiup dengan kecepatan delapan km per jam, kering, dan juga berdebu. Badai pasir yang diakibatkan oleh kombinasi Sharqi dan Sharmal bisa mengangkat benda-benda kecil hingga ribuan meter ke udara, yang berpotensi mengganggu lalu lintas udara. Bandar udara pun biasanya ditutup selama kedua angin ini menguasai udara demi keselamatan penerbangan.
(by: Ardi)
Blognya Orang Indonesia Di Kuwait
Semua Informasi Tentang Kuwait Dan Kisah Petualangan Menjelajah Dunia
Percayalah Semua Kota Ada Bedanya