Senin, 01 September 2008

Bus Antik Kuwait

Sebagai penggemar dan pemilik VW Kodok antik, rasanya bangga sekali mas Ardi kalau melihat mobil antik berkelebat didepan matanya. 'Lihat tuh, masih sehat dan jalan kan....' katanya bangga meskipun mobil tersebut bukan miliknya. Tidak hanya di negeri sendiri, di Kuwaitpun saya jadi ikut sibut ngantar kesana kemari clingak clinguk mencari pemilik mobil rongsok yang parkir didepan rumah Kuwaitis, dan celakanya ternyata hanya sekedar tanya tahun mobil dibuat dan masih jalan atau nggak.

Kali ini yang jadi perhatian mas Ardi adalah bus tua yang banyak mondar mandir disekitar Ahmadi, Mangaf dan Fahaheel. Tiap hari Jumat dan Sabtu seluruh keluarga diajak ngikuti bus kemanapun bus pergi, tujuannya mencari tahu siapa pemiliknya, dimana parkirnya dan sejarahnya bagaimana kok bisa sampai di Kuwait. Pokoknya menyebalkan sekali, dan puncaknya hampir 3 jam saya, Ayu dan Dinda didalam mobil nungguin mas Ardi lihat lihat bus busuk tadi di tempat parkirnya di Fahaheel. Pakai buka buka mesin segala kayak orang yang bener bener tahu mesin padahal saya tahu sendiri kalau VW kodoknya mogok, paling banter manggil tukang bengkel dan bisanya cuma ndorong Kodok.

Saya perhatikan, bus antik warna kuning atau putih yang banyak berseliweran diantara mobil mobil mewah di Kuwait merknya Chevrolet dan GMC. Kurang jelas tahun pembuatannya karena mas Ardi kalau ditanya jawabnya selalu 'tanya sendiri sana, tabu tanya umur mobil antik, kamu lihat sendiri busnya masih sehat kan ........'. Katanya bus tersebut dari Amerika, dibawa ke Prancis dan Italia dan setelah itu baru dibawa ke Kuwait. Katanya sih sudah bukan merupakan bus baru lagi pada saat dibawa ke Kuwait karena pada saat itu Kuwait masih belum sekaya sekarang untuk bisa mendatangkan bus yang lebih baik lagi. Semula bus bus tersebut dijadikan bus sekolah, sama seperti di negeri asalnya, tetapi sekarang sudah beralih fungsi sebagai bus pegawai para pekerja lapangan di Ahmadi. Disana sini masih terdapat tulisan bahasa Perancis atau Italia, baik diluar bus maupun didalam terutama berupa pemberitahuan pintu darurat, kaca darurat dan petunjuk petunjuk lain.

Nggak ada 'AC'nya tetapi katanya nggak panas didalam bus. Bus ini sangat berjasa pada saat perang Kuwait 1991 untuk ngangkut pengungsi dan bantuan makanan selama perang. Benar atau tidak cerita ini tidak begitu penting, maklum yang diwawancara mas Ardi cuma sopir Bangladeshnya saja.

Belum selesai mas Ardi bercerita, lewat satu lagi bus semacam ini mendahului mobil kami di highway jalan 30. Wussss, ternyata masih bisa ngebut dengan kecepatan 120 km/jam. Langsung gembira sekali mas Ardi melihat si'kakek' ngebut mendahului Caprice, Hummer, Ferrari, Lamborghini, Porsche dan segala macam mobil baru yang jauh lebih muda dan canggih. (Susy)