Check Imigrasi Sabiha Airport istanbul |
Pesawat Jazeera yang membawa kami dari Kuwait tinggal landas jam 07:15 pagi dan tiba di bandara Sabiha Gokcen jam 11:15. Proses immigrasi cukup bagus dan lancar karena kita telah mengurus Visa di Kuwait. Tetapi saya perhatikan ada loket Visa On Arrival juga di bandara ini dan antriannya langsung sangat panjang, artinya banyak penumpang dari Kuwait yang tidak mengurus Visa di Kedutaan Turkiye di Kuwait. Saat ini memang pemegang passport Indonesia (Residency Kuwait) bisa memanfaatkan Visa On Arrival Turkye. Baca : Visa On Arrival Turki Untuk Pemegang Passport Indonesia. Kalau nggak mau ngantri Visa On Arrival di bandara Turkye, nggak ada salahnya kita ngurus Visa di kedutaan Turkiye saja. Hanya dua hari prosess dan biaya KD 11/passport.
Keluar dari bandara dengan bermodal peta Istanbul dan buku Istanbul City Guide, kita benar benar ngikuti apa yang tertulis dalam buku. Buku tersebut masih baru dan sangat akurat sekali. Sengaja kita tidak memilih naik taxi karena jarak bandara Sabiha Gokcen (di Asia) ke kota (di Eropa) cukup jauh, 37 Km dan ongkosnya relatif mahal. Di bandara juga tersedia hotel shuttle bus service, tetapi komersial dan bukan milik Hotel sehingga kita dikenakan biaya yang tidak bisa dikatakan murah.
Saya sarankan, kalau perbedaan harga tiket pesawat tidak terlalu jauh, lebih baik naik Kuwait Airways atau Turkish Airways saja daripada naik Jazeera Airways. Kuwait Airways atau Turkish Airways mendaratnya di Ataturk Airport (di Eropa - 8 Km dari Istanbul City) sedangkan pesawat murah seperti Jazeera atau Pegassus mendaratnya di Sabiha Gokcen (di Asia - sekitar 1 jam). Hampir semua hotel memiliki bus shuttle yang selalu standby di Ataturk Airport, gratis. Pastikan bahwa shuttle bus tersedia gratis di Ataturk pada saat booking hotel.
Perbandingannya biaya transportasi dari Sabiha Gokcen ke Istanbul City (di Eropa) kira kira sbb :
- Taxi : YTL 60 - langsung hotel
- Hotel Shuttle Bus : YTL 100 (4 orang) - langsung hotel
- Bus : YTL 6.75 per kepala - masih harus oper ke Metro dan Tram
Dengan pertimbangan pingin tahu caranya naik bus, dan pingin tahu juga caranya naik metro dan tram maka keputusan bulat harus naik bus.
Bus bandara namanya HAVAS, tertulis sangat besar di badan bus. Keluar dari pintu 'arrival', langsung belok kanan kira kira 50 meter saja sudah menunggu HAVAS bus segala jurusan. Tujuan kita adalah ke Sultan Ahmet, Old City Istanbul tempat berbagai obyek wisata yang akan kita tuju. Untuk menuju Sultan Ahmet kita harus ganti angkutan yang bernama Metro. Metro adalah kereta api bawah tanah sama halnya dengan yang di Singapore, kalau di Singapore namanya MRT (Mass Rapid Transportation). Tempat pergantian angkutan ini ada di Levent.
Yang saya senang, perjalanan dari airport ke kota benar benar seperti di Indonesia, serasa kita sedang dalam perjalanan ke puncak, bukittinggi, Berastagi atau di obyek wisata pegunungan di Indonesia. Alamnya hijau penuh dengan pepohonan dan rumput rumput yang tertata rapi, rumah disepanjang jalan beratap limas dan bergenting seperti di Indonesia, bangunan berwarna warni tidak monoton coklat seperti di Kuwait dan Saudi Arabia, Jalan naik turun dan udara dingin seperti di daerah pegunungan di Indonesia. Langsung deh ingat kampung halaman yang indah dan permai.
Yang saya pusing tujuh keliling, tidak ada satupun tulisan berbahasa Inggris saya temui di sepanjang jalan, semuanya bahasa Turkiye termasuk sopirnya juga selalu njawab bahasa Turkiye kalau ditanya bahasa Inggris. Akibatnya lebih baik saya ngomong bahasa Jawa dan si sopir njawab bahasa Turkiye, bisa nyambung kok, daripada susah susah bahasa Inggris.
Saya harus jelasin tujuan saya ke si Sopir pakai bahasa Jawa campur Indonesia, 'Mas aku arep dolan nang Sultan Ahmet, mudune nang ngendi ?', tahu tahu saya diturunkan di Levent, persis didepan pintu masuk stasiun bawah tanah, dan dia wanti wanti ke saya pakai bahasa Turkye supaya naik metro dan turun di Taksim. 'Kalau saya tertidur, bablas kemana ?', sambil tangan memperagakan sedang tidur. Si Sopir dengan bahasa Turkyenya langsung njelaskan 'nggak mungkin tertidur, jaraknya dekat dan Taksim adalah stasiun terakhir, paling kamu akan bolak balik dibawah tanah kalau benar benar tertidur'.
Saya harus jelasin tujuan saya ke si Sopir pakai bahasa Jawa campur Indonesia, 'Mas aku arep dolan nang Sultan Ahmet, mudune nang ngendi ?', tahu tahu saya diturunkan di Levent, persis didepan pintu masuk stasiun bawah tanah, dan dia wanti wanti ke saya pakai bahasa Turkye supaya naik metro dan turun di Taksim. 'Kalau saya tertidur, bablas kemana ?', sambil tangan memperagakan sedang tidur. Si Sopir dengan bahasa Turkyenya langsung njelaskan 'nggak mungkin tertidur, jaraknya dekat dan Taksim adalah stasiun terakhir, paling kamu akan bolak balik dibawah tanah kalau benar benar tertidur'.
Bingung Bayar Bus |
Pokoknya benar benar puas naik bus Havaz ini, kita bisa ngobrol dengan sopir sepuas puasnya karena busnya nggak jalan jalan nunggu penumpang penuh. Sebenarnya tertulis jelas di bandara schedule keberangkatan bus selalu ada setiap jamnya, tetapi bisa jadi karena terlalu lama saya ajak ngomong jadinya lupa berangkat atau sebaliknya. Yang menarik dari bus Havaz ini adalah cara bayarnya, untuk penduduk Turkye yang sering naik bus, umumnya mereka punya alat seperti magnet berbentuk bulat kecil dengan gantungannya. Setiap naik mereka tinggal cucukkan magnet tersebut ke kotak kuning disamping sopir. Tetapi bagi yang tidak memiliki magnet tersebut, si sopir akan meminjamkan alatnya, barangkali semakin banyak dipakai akan dapat discount belanja ditempat tertentu. Kita semua berempat, berarti harus menempelkan alat magnet tersebut ke kotak kuning sebanyak 4 kali pula dan uang baru disetorkan ke sopir.
Metro adalah kereta api bawah tanah, tentu kita harus turun ke bawah tanah, semua kebagian bawa koper atau barang bawaan sesuai dengan ukuran dan berat badan. Yang laki sendiri kebagian koper yang paling besar, Dinda yang kecil sendiri cuma kebagian bawa tas kresek. Minta ampun, nggak ada escalator ... koper harus dibawa turun melalui tangga yang lumayan banyak dan curam. Begitu sampai dibawah, harus beli dulu tiket metro. Disinilah awal dari kebingungan, Tiket metro hanya YTL 1.40 per orang, harus ngantri di Bilet, kalau bahasa Indonesianya adalah Loket. Begitu YTL 10 saya serahkan ke petugas Bilet, uang kembalian semuanya berupa coin, waktu kita tanyakan mana tiketnya petugas nggak ngerti bahasa Inggris, akibatnya kita harus ngikuti arus penumpang saja sambil bertanya tanya kok nggak diberi tiket ya.
Betul saja, di pintu masuk kita didatangi petugas, 'akbil .....akbil' katanya, dan kita juga dengan tegas mengatakan sudah beli tiket tetapi nggak diberi tiketnya oleh petugas bilet. Untung petugas ini sedikit mengerti bahasa Inggris, sambil merogoh kantongnya dia mengucapkan satu kata sakti yang langsung kita ketahui maksudnya, 'COIN'. Ternyata akbil adalah semacam kartu berlangganan berbentuk magnet bulat kecil yang harus ditempelkan untuk buka pintu atau naik bus sedangkan penumpang angkutan umum yang tidak memiliki akbil akan diberi coin yang ukurannya sama dengan coin mata uang YTL yang lain. Coin untuk masuk metro ini semuanya masuk kantong kita bercampur dengan coin mata uang YTL karena kita nggak tahu kalau itu adalah alat untuk naik metro.
Akhirnya, sukses juga naik metro tetapi tidak bisa menikmati metro karena disamping penuh sesak dengan penumpang sepanjang jalan tidak ada yang bisa dinikmati karena dibawah tanah. Disamping itu semua masih ngedumel dan nyalahkan si bapak yang ngantongi akbil tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Sampai di Taksim, kita langsung naik keatas dan keluar dari stasiun bawah tanah. Trio Kwek Kwek langsung kaget nggak ketulungan, ternyata kita muncul ditengah kepadatan lalu lalang orang berjalan,benar benar ditengah kota dan dipusat keramaian. Taksim ternyata adalah tempat remaja ngumpul dan cuci mata, semacam alun alun kota. Hanya 50 meter dari alun alun ini adalah tempat orang jalan kaki semacam Malioboro di Yogyakarta. Anak anak mulai ngedumel, malu melihat ayahnya manggul koper ditengah keramaian. Rombongan Trio Kwek Kwek secara koor langsung protes ke si 'bapak' yang cuek saja bawa koper besar kesana kemari sambil melihat keramaian. Akhirnya, rencana naik tram listrik dari Kabatas dibatalkan. Kami langsung ke hotel naik Taksi.
Di Sultan Ahmet sebenarnya banyak sekali hotel kecil (hostel), tetapi saya memilih Atakoy Marina Hotel yang letaknya cukup jauh di Bakirkoy, sekitar 10 Km dari Sultan Ahmet. Pertimbangan saya waktu itu takut hotel hotel kecil tersebut tidak bersih dan nyambi sebagai tempat prostitusi seperti di Indonesia, maklum bawa anak anak. Tetapi setelah saya lihat sendiri ternyata bagus dan bersih.
Kami tiba di hotel Atakoy Marina sudah sekitar jam 15:00, lama di perjalanan karena ngikuti si 'bapak' yang suka jalan kesana kemari nggak ada tujuan. Jam 16:00 kami berangkat lagi ke Sultan Ahmet untuk sekedar berphoto didepan Blue Mosque dan Aya Sophia. Hujan rintik rintik dan temperatur udara 6 derajat celcius, jauh lebih dingin dari Kuwait. Supaya hangat, sengaja kami membeli jagung bakar dan pulang kembali ke Hotel karena hujan tambah lebat. Brrr dingin sekali ...., kenapa ya hotel bintang lima segede Atakoy kok dinamakan Otelcilik seperti terlihat pada gambar disamping, bukan Otelgede, Otelbesar atau Otelgadang.
Baca Juga :
- Ke Turki Dengan e-Visa
- Ke Turki Dengan Visa On Arrival
- 3 Langkah Mudah Dan Cepat Membuat e-Visa Turkey
- Turkey Setelah VOA Dan e-Visa
- Lembah Cinta Cappadocia Turkye
- Sopir Bus Istanbul Bisa Bahasa Jawa Semua
- Persiapan Ke Istanbul
- Berangkat Ke Istanbul
- Asli Made In Kuwait
- Istanbul, Hari Kedua
- Istanbul, Hari Ketiga
- Istanbul, Hari Keempat
- Istanbul, Hari Kelima
- Bayrami Di Istanbul Turkye
- Dondurma, Ice Cream Sontoloyo Turkye
- Derinkuyu Underground City
- Mbalon Di Cappadocia Turkey
- Team Rescue Salime Cathedral Turkey
- Warung Lesehan Di Ihlara Valley
- Ihlara Ngarai Sianoknya Turkey
- Negeri Lotere Dan Sex Shop Turkye
- Tetap Cantik Tanpa Abaya Dan Jilbab
- Berkunjung Ke Rumah Pak Flinstone
- Di Nevsehir Airport Penumpang Mecotot Keluar Gedung
- Anggur Di Busway Istanbul
Wah, iri nih ..fotonya bagus2...
BalasHapusWaktu kami ke Istanbul Desember 2002, tiga hari disana setiap hari hujan .. jadi g punya kenang2an ( terutama foto di Blue Mosque ) yang bagus deh..
mboco blog sampeyan ini marai koyok wong gendeng, plengah plengeh dewe,xixiiii, sampeyan iki ngocol abis.....:)
BalasHapusblog yang informatif dan menghibur :))
BalasHapus