Sabtu, 13 Desember 2008

Istanbul, Hari Ketiga

Kereta Api Antik Taksim
Hari ketiga adalah mengulangi tempat tempat yang menurut kita menarik pada saat kita lihat dari atas bus pada saat city tour own arrangement kemarin. Kaki rasanya sudah susah untuk diajak jalan jalan lagi, kemana mana jalan, berhenti sebentar duduk duduk dipinggir jalan lalu jalan kaki kembali. Dingin sekali, rasanya kurang tepat bepergian ke Turki bulan Desember tetapi bagi kita yang penting enjoy dan sehat bisa jalan kaki kemana mana.


Taksim Square
Kayak Orang Ilang
Nggeret Tas Ditengah Kota

Namanya Taksim Square, tapi kita cari cari yang 'square' sebelah mana kita tidak menemukan, yang ada adalah bundaran dengan tugu ditengah jalan Taksim Cad. Ditempat ini sangat ramai sekali karena merupakan pertemuan segala macam angkutan umum, mulai bus kota, stasiun metro, tram listrik sampai tempat mangkal taxi. Seperti halnya ditempat semacam ini di Indonesia, pedagang kaki lima juga banyak. Jagung bakar ada cuma teh botol saja yang nggak ada. Gambar disamping adalah gambar kita pada saat pertama kali nyampai di Taksim hari pertama, kita masih belum tahu kalau 50 meter dari tempat kita berdiri adalah 'Malioboro'nya Istanbul. Perhatikan gambar masjid Istiklal di latar belakang, masjid tersebut berada di Istiklal Cad, Taksim Istanbul.

Taksim, Padat
Pejalan Kaki

Hanya nyeberang jalan sekitar 50 meter saja dari stasiun metro bawah tanah atau dari tempat pemberhentian bus, sudah ketemu jalan yang luar biasa padat, mirip kawasan Malioboro di Yogyakarta. Entah apa nama jalan ini, mungkin Istiklal Cad, Straserviller Cad atau mungkin juga Beyoglu karena nama nama ini yang banyak saya baca ditempat ini. Sama seperti di Malioboro banyak sekali tulisan Sate Padang, Soto Madura, Martabak Mesir dan Gudeg Yogya yang membuat para turis bingung, sedang berada di Yogya, Padang, Mesir atau di Madura saat itu. Maklum jalan sendiri dan nggak ada guide yang membimbing atau memberi tahu. Cuma modal peta kecil dan buku 'Istanbul City Guide' saja kemana mana.

Photo Sebentar Saja
Bisa Bikin Macet Pejalan Kaki

Anggap saja jalan padat orang ini namanya Beyoglu saja biar gampang, disini kita bisa berdesak desakan dengan orang dari berbagai macam belahan dunia dan juga berdesak desakan dengan tram listrik yang mondar mandir ditengah jalan. Nggak usah kuatir ketabrak tram, suara loncengnya cukup keras dan tramnya ngalah sama pejalan kaki. Sampai saat ini saya tak habis mengerti, kenapa orang orang tersebut berjalan berdesakan dijalan itu kesana kemari, kalau tujuannya belanja kenapa toko toko disepanjang kiri kanan jalan tersebut sepi sepi saja dan mereka tidak banyak yang membawa barang belanjaan. Menurut saya sih, mereka cuma cari anget saja daripada kedinginan jalan sendiri.

Ini Dia Kereta Api Taksim
Yang Bikin Macet

Naik Tram listrik disini bisa bayar dan bisa juga tidak, kemungkinan besar nggak bayar. Pengalaman kita, kalau naiknya dari depan dan kita tanya ke sopirnya berapa bayarnya, dia langsung minta 1 YTL per orang, tetapi kalau naik di gerbong belakang, nggak ada kondektur yang narik iuran. Malahan, kita bisa bebas loncat naik dan turun tram karena jalannya pelan sekali. Sangat pelan karena padat sekali dengan orang jalan kaki disamping itu tramnya juga sangat kuno dan antik. Saking asyiknya naik tram, kita hitung hitung sudah 4 kali mondar mandir naik tram, sekali bayar dan 3 kali naik gerbong belakang.

Taksim Belanja Barang Branded
Parisnya Istanbul

Dari stasiun metro kekanan sekitar 100 meter juga banyak sekali pertokoan pertokoan bagus. Pertokoan ini berada dijalanan sempit dan tertata sangat rapi dan bersih mengingatkan kita akan toko toko semacam itu di Paris. Barang yang didagangkan terutama gaun gaun fashion dari perancang busana terkenal, ada rumah mode Dior, Channel, Coco Rabanne, Davidoff dan rumah rumah mode terkenal lainnya seperti di Paris. Entah dirancang sedemikian rupa atau tidak sengaja menyerupai Paris saya tidak mengerti. Tetapi beberapa nama daerah di Istanbul sangat mirip dengan nama nama di Perancis juga, misalnya Edirne. Meskipun jaraknya hanya beberapa 100 meter saja dari jalanan yang padat manusia diatas, jalanan di Paris Kecil ini jauh lebih sepi atau boleh dikatakan sangat sepi sekali.


Baca Juga :

Istanbul, Hari Kedua

Turki Palsu

Si bapak pusing tujuh keliling, anggota 'trio kwek kwek'nya tidak ada yang suka melihat museum atau peninggalan sejarah di Istanbul. Alasannya jelas, kemarin sore sudah berphoto bersama didepan Blue Mosque dan Aya Sophia jadi buat apa harus masuk kedalam, mending jalan jalan di toko toko didepannya. Si bapak juga nggak mau kalah, kalau cuma toko di Kuwait juga banyak, kalau mau cari souvenir bisa hari terakhir. Ribut satu lawan tiga, dan pemenangnya adalah 'TRIO KWEK KWEK'.

Sepatu Baru


Bakirkoy District
Pagi hari setelah makan pagi di hotel, kita sepakat mau shopping dulu bukan ke Sultan Ahmet karena ditempat ini kebanyakan adalah toko souvenir, carpet dan toko oleh oleh saja, tetapi kami ingin mencari baju hangat disekitar hotel saja. Baju hangat yang kami bawa dari Kuwait ternyata kurang tebal dan tidak mempan dengan udara dingin Istanbul. Jari jari tangan dan kaki rasanya juga sudah beku dan susah diajak kompromi karena dari Kuwait yang kita pakai adalah sepatu terbuka yang hanya cocok dipakai di padang pasir. Sepatu anti dingin juga menjadi target darurat pagi ini.

Pantai Nelayan Di Istanbul

Temperatur diluar pagi hari sudah mencapai 4 Derajat Celcius. Laporan cuaca TV pagi ini mengatakan di Ankara sudah mencapai 0 Derajat Celcius. 'Trio Kwek Kwek akhirnya sukses membeli sepatu boot hangat anti beku untuk musim dingin. Si bapak merengut dari pagi, 'sepatu orang sakit polio kok dibeli'. Tralala Trilili dapat sepatu baru .....

Bakirkoy

Di sekitar hotel Atakoy Marina (namanya Bakirkoy district) ternyata tempat jalan jalan juga. Tiga mall besar yang ada disini adalah Galleria, Capacity dan Caroussel. Tetapi yang menarik adalah toko toko kecil sepanjang gang dan lorong diantara ketiga mall tersebut.

Toko Souvenir
Di Sultan Ahmet

Suasananya sangat western sekali, meskipun 95 % penduduknya beragama Islam tetapi tidak terlihat ciri ciri negara Islam kecuali banyak masjid saja, wanitanya tidak berkerudung, di kiri kanan banyak yang jual minuman keras dan ada juga pedagang kecil yang jual kupon lotere. Kalau di Indonesia barangkali sudah di'bom'.

Ngamen Di Stasiun Metro

Pengamen jalanan juga ada, cara ngamennya tidak asing sekali dan sering kita lihat di film film. Sambil memainkan alat musiknya, topi atau koper alat musiknya digelar didepannya. Kita tinggal melemparkan uang kedalamnya. Lagu yang dibawakan semuanya lagu Turkish yang tidak kita mengerti. Tetapi ada bagusnya juga, kalau yang dibawakan lagu Indonesia pasti mas Ardi ikut gabung disitu dan nggak mau diajak pergi. Sayang kita nggak bisa 'request' lagu.

Masuk Kota Istanbul

Kesan saya, Istanbul sangat bersih dan rapi meskipun jalan dan gangnya kecil dan sempit tetapi tidak ada mobil yang parkir sembarangan seperti di Kuwait. Penduduknya taat sekali dengan peraturan lalu lintas. Semua orang yang jalan jalan di Bakarkoy District ini sangat modis sekali, mungkin karena kedinginan. Pemandangan lautnya sangat indah sekali, daerah ini benar benar menghadap selat Bosphorus, banyak sekali kapal kapal besar, nelayan dan kapal wisata yang berseliweran di selat ini.


City Tour Istanbul
Havas Bus
Bis Damri Istanbul

Hari kedua ini kita sebut City Tour, Own Arrangement kemana mana naik bus angkutan umum dan metro pokoknya pindah dari terminal ke terminal dari pinggiran kota paling selatan sampai paling utara dan paling barat sampai timur. Tujuannya nggak jelas dan nyampai dimana juga nggak tahu. Jadi susah sekali ceritanya. Pokoknya ada tempat menarik langsung kita ingat ingat dan mulai besok baru akan kita kunjungi. Nampak station metro langsung turun dan ganti naik metro, nampak tram listrik juga turun dan mencoba naik tram. Kalau ongkos bus, metro atau tram YTL 1.4 dan kita naik turun 10 kali, maka total biaya city tour ini hanya kurang lebih YTL 50 sampai 60 atau sekitar KD 10 saja berempat. Habis sudah seluruh Istanbul kita jelajahi.

Tram Listrik Istanbul

Hujan juga mulai turun, mengingatkan kita pada Indonesia dimana mana jalanan basah. Sepatu baru segera diganti kembali dengan sepatu lama. Untung kardusnya nggak dibuang. Rasanya seperti hujan hujan di Puncak, Bukittinggi atau Berastagi, Brrr dingin sekali ... tetapi nggak apa apa, kesempatan hujan hujan seperti ini sulit kita temui di Kuwait.

Gorengan Istanbul

Yang menarik adalah belanja makanan kecil yang kita temui sepanjang jalan. Ada jual jagung bakar langsung kita coba, nggak enak. Ada juga yang jual makanan seperti donat raksasa, entah apa namanya juga kita coba ternyata nggak enak juga, asin. Yang kita suka adalah semacam biji nangka tetapi agak besar dan cara masaknya dibakar di alat pembakar bulat kecil. Kita bisa makan sambil jalan jalan di udara dingin. Uenak tenan ..... pedagang kaki limanya mengingatkan kita suasana didepan rumah apartment kita di Casablanca - Tebet.


Baca Juga :

Jumat, 12 Desember 2008

Asli Made In Kuwait

Parfum atau berbagai macam wewangian sangat digemari orang Arab. Hampir semua toko parfum selalu penuh pembeli di pasar Fahaheel. Satu botol kecil rata rata sekitar 1 KD. Yang menarik, kita bisa coba semua minyak wangi yang didagangkan kalau mau dan setelah cocok, penjual akan menuangkan kedalam botol botol kecil. Parfum parfum modern dengan botol yang cantik juga tidak kalah larisnya, pokoknya semua serba wangi.
Parfum murah juga ada dan botolnya segede botol kecap seperti gambar disamping. Parfum ini biasa ditempatkan di masjid masjid dan umumnya sebelum sholat dimulai sebagian orang akan menyemprotkan parfum ini ke sekujur tubuhnya. Harganya hanya 0.5 - 0.75 KD saja.

Tetapi, ada yang janggal pada saat kita berangkat ke Istanbul tanggal 5 Dec 08 lalu, bau harum yang biasa kita hirup apabila kita satu pesawat dengan orang orang Kuwait serasa tidak kita temui lagi. Baru beberapa menit pesawat mengudara, udara terasa sesak dan saya yakin sekali, pasti banyak yang ngumpat atau ngedumel meskipun hanya dalam hati. Kita hitung, ada tiga kali 'serangan udara' yang tidak kita ketahui darimana asalnya. Penumpang depan saya berdiri dan matanya memandang ke belakang seolah olah menyelidik siapa gerangan yang melancarkan 'serangan udara' secara pengecut tersebut. Penumpang lelaki dibelakang juga tidak kalah hebohnya, tiba tiba saja dia memakai cadar berlapis lapis sambil berdiri. Ini memang keterlaluan, didalam pesawat kok bisa bisanya kentut sembarangan. Gue sumpahin lu bakalan sakit perut......eh sembuh dari sakit perut secepatnya, ini bau memang sangat Arab sekali, saya hapal betul kentut mas Ardi. Pasti Asli Made In Kuwait.

Senin, 08 Desember 2008

Istanbul, Hari Pertama

Check Imigrasi
Sabiha Airport istanbul

Pesawat Jazeera yang membawa kami dari Kuwait tinggal landas jam 07:15 pagi dan tiba di bandara Sabiha Gokcen jam 11:15. Proses immigrasi cukup bagus dan lancar karena kita telah mengurus Visa di Kuwait. Tetapi saya perhatikan ada loket Visa On Arrival juga di bandara ini dan antriannya langsung sangat panjang, artinya banyak penumpang dari Kuwait yang tidak mengurus Visa di Kedutaan Turkiye di Kuwait. Saat ini memang pemegang passport Indonesia (Residency Kuwait) bisa memanfaatkan Visa On Arrival Turkye. Baca : Visa On Arrival Turki Untuk Pemegang Passport Indonesia. Kalau nggak mau  ngantri Visa On Arrival di bandara Turkye, nggak ada salahnya kita ngurus Visa di kedutaan Turkiye saja. Hanya dua hari prosess dan biaya KD 11/passport.


Keluar dari bandara dengan bermodal peta Istanbul dan buku Istanbul City Guide, kita benar benar ngikuti apa yang tertulis dalam buku. Buku tersebut masih baru dan sangat akurat sekali. Sengaja kita tidak memilih naik taxi karena jarak bandara Sabiha Gokcen (di Asia) ke kota (di Eropa) cukup jauh, 37 Km dan ongkosnya relatif mahal. Di bandara juga tersedia hotel shuttle bus service, tetapi komersial dan bukan milik Hotel sehingga kita dikenakan biaya yang tidak bisa dikatakan murah.


Saya sarankan, kalau perbedaan harga tiket pesawat tidak terlalu jauh, lebih baik naik Kuwait Airways atau Turkish Airways saja daripada naik Jazeera Airways. Kuwait Airways atau Turkish Airways mendaratnya di Ataturk Airport (di Eropa - 8 Km dari Istanbul City) sedangkan pesawat murah seperti Jazeera atau Pegassus mendaratnya di Sabiha Gokcen (di Asia - sekitar 1 jam). Hampir semua hotel memiliki bus shuttle yang selalu standby di Ataturk Airport, gratis. Pastikan bahwa shuttle bus tersedia gratis di Ataturk pada saat booking hotel.


Perbandingannya biaya transportasi dari Sabiha Gokcen ke Istanbul City (di Eropa) kira kira sbb :
  • Taxi : YTL 60 - langsung hotel
  • Hotel Shuttle Bus : YTL 100 (4 orang) - langsung hotel
  • Bus : YTL 6.75 per kepala - masih harus oper ke Metro dan Tram
Dengan pertimbangan pingin tahu caranya naik bus, dan pingin tahu juga caranya naik metro dan tram maka keputusan bulat harus naik bus.


Sabiha Gokcen Airport - Levent (Havas Bus)
HAVAS Bus Istanbul

Bus bandara namanya HAVAS, tertulis sangat besar di badan bus. Keluar dari pintu 'arrival', langsung belok kanan kira kira 50 meter saja sudah menunggu HAVAS bus segala jurusan. Tujuan kita adalah ke Sultan Ahmet, Old City Istanbul tempat berbagai obyek wisata yang akan kita tuju. Untuk menuju Sultan Ahmet kita harus ganti angkutan yang bernama Metro. Metro adalah kereta api bawah tanah sama halnya dengan yang di Singapore, kalau di Singapore namanya MRT (Mass Rapid Transportation). Tempat pergantian angkutan ini ada di Levent.
.
Kota Istanbul

Yang saya senang, perjalanan dari airport ke kota benar benar seperti di Indonesia, serasa kita sedang dalam perjalanan ke puncak, bukittinggi, Berastagi atau di obyek wisata pegunungan di Indonesia. Alamnya hijau penuh dengan pepohonan dan rumput rumput yang tertata rapi, rumah disepanjang jalan beratap limas dan bergenting seperti di Indonesia, bangunan berwarna warni tidak monoton coklat seperti di Kuwait dan Saudi Arabia, Jalan naik turun dan udara dingin seperti di daerah pegunungan di Indonesia. Langsung deh ingat kampung halaman yang indah dan permai.


Perjalanan Menuju Hotel

Yang saya pusing tujuh keliling, tidak ada satupun tulisan berbahasa Inggris saya temui di sepanjang jalan, semuanya bahasa Turkiye termasuk sopirnya juga selalu njawab bahasa Turkiye kalau ditanya bahasa Inggris. Akibatnya lebih baik saya ngomong bahasa Jawa dan si sopir njawab bahasa Turkiye, bisa nyambung kok, daripada susah susah bahasa Inggris.

Saya harus jelasin tujuan saya ke si Sopir pakai bahasa Jawa campur Indonesia, 'Mas aku arep dolan nang Sultan Ahmet, mudune nang ngendi ?', tahu tahu saya diturunkan di Levent, persis didepan pintu masuk stasiun bawah tanah, dan dia wanti wanti ke saya pakai bahasa Turkye supaya naik metro dan turun di Taksim. 'Kalau saya tertidur, bablas kemana ?', sambil tangan memperagakan sedang tidur. Si Sopir dengan bahasa Turkyenya langsung njelaskan 'nggak mungkin tertidur, jaraknya dekat dan Taksim adalah stasiun terakhir, paling kamu akan bolak balik dibawah tanah kalau benar benar tertidur'.

Bingung Bayar Bus
Pokoknya benar benar puas naik bus Havaz ini, kita bisa ngobrol dengan sopir sepuas puasnya karena busnya nggak jalan jalan nunggu penumpang penuh. Sebenarnya tertulis jelas di bandara schedule keberangkatan bus selalu ada setiap jamnya, tetapi bisa jadi karena terlalu lama saya ajak ngomong jadinya lupa berangkat atau sebaliknya. Yang menarik dari bus Havaz ini adalah cara bayarnya, untuk penduduk Turkye yang sering naik bus, umumnya mereka punya alat seperti magnet berbentuk bulat kecil dengan gantungannya. Setiap naik mereka tinggal cucukkan magnet tersebut ke kotak kuning disamping sopir. Tetapi bagi yang tidak memiliki magnet tersebut, si sopir akan meminjamkan alatnya, barangkali semakin banyak dipakai akan dapat discount belanja ditempat tertentu. Kita semua berempat, berarti harus menempelkan alat magnet tersebut ke kotak kuning sebanyak 4 kali pula dan uang baru disetorkan ke sopir.


Levent - Taksim (Metro)
Keluar Dari Stasiun Metro
Bawah Tanah Levent

Metro adalah kereta api bawah tanah, tentu kita harus turun ke bawah tanah, semua kebagian bawa koper atau barang bawaan sesuai dengan ukuran dan berat badan. Yang laki sendiri kebagian koper yang paling besar, Dinda yang kecil sendiri cuma kebagian bawa tas kresek. Minta ampun, nggak ada escalator ... koper harus dibawa turun melalui tangga yang lumayan banyak dan curam. Begitu sampai dibawah, harus beli dulu tiket metro. Disinilah awal dari kebingungan, Tiket metro hanya YTL 1.40 per orang, harus ngantri di Bilet, kalau bahasa Indonesianya adalah Loket. Begitu YTL 10 saya serahkan ke petugas Bilet, uang kembalian semuanya berupa coin, waktu kita tanyakan mana tiketnya petugas nggak ngerti bahasa Inggris, akibatnya kita harus ngikuti arus penumpang saja sambil bertanya tanya kok nggak diberi tiket ya.

Bingung Cara Masuk Stasiun


Betul saja, di pintu masuk kita didatangi petugas, 'akbil .....akbil' katanya, dan kita juga dengan tegas mengatakan sudah beli tiket tetapi nggak diberi tiketnya oleh petugas bilet. Untung petugas ini sedikit mengerti bahasa Inggris, sambil merogoh kantongnya dia mengucapkan satu kata sakti yang langsung kita ketahui maksudnya, 'COIN'. Ternyata akbil adalah semacam kartu berlangganan berbentuk magnet bulat kecil yang harus ditempelkan untuk buka pintu atau naik bus sedangkan penumpang angkutan umum yang tidak memiliki akbil akan diberi coin yang ukurannya sama dengan coin mata uang YTL yang lain. Coin untuk masuk metro ini semuanya masuk kantong kita bercampur dengan coin mata uang YTL karena kita nggak tahu kalau itu adalah alat untuk naik metro.

Metro Istanbul
Akhirnya Sukses Juga

Akhirnya, sukses juga naik metro tetapi tidak bisa menikmati metro karena disamping penuh sesak dengan penumpang sepanjang jalan tidak ada yang bisa dinikmati karena dibawah tanah. Disamping itu semua masih ngedumel dan nyalahkan si bapak yang ngantongi akbil tanpa merasa bersalah sedikitpun.


Taksim - Kabatas - Sultan Ahmet (Tram Listrik)
Turun TAxi Di Atakoy Otelcilik

Sampai di Taksim, kita langsung naik keatas dan keluar dari stasiun bawah tanah. Trio Kwek Kwek langsung kaget nggak ketulungan, ternyata kita muncul ditengah kepadatan lalu lalang orang berjalan,benar benar ditengah kota dan dipusat keramaian. Taksim ternyata adalah tempat remaja ngumpul dan cuci mata, semacam alun alun kota. Hanya 50 meter dari alun alun ini adalah tempat orang jalan kaki semacam Malioboro di Yogyakarta. Anak anak mulai ngedumel, malu melihat ayahnya manggul koper ditengah keramaian. Rombongan Trio Kwek Kwek secara koor langsung protes ke si 'bapak' yang cuek saja bawa koper besar kesana kemari sambil melihat keramaian. Akhirnya, rencana naik tram listrik dari Kabatas dibatalkan. Kami langsung ke hotel naik Taksi.


Sultan Ahmet - Atakoy Marina Hotel (Bakirkoy)
Otelcilik
Padahal Hotelnya Besar Sekali

Di Sultan Ahmet sebenarnya banyak sekali hotel kecil (hostel), tetapi saya memilih Atakoy Marina Hotel yang letaknya cukup jauh di Bakirkoy, sekitar 10 Km dari Sultan Ahmet. Pertimbangan saya waktu itu takut hotel hotel kecil tersebut tidak bersih dan nyambi sebagai tempat prostitusi seperti di Indonesia, maklum bawa anak anak. Tetapi setelah saya lihat sendiri ternyata bagus dan bersih.

Kami tiba di hotel Atakoy Marina sudah sekitar jam 15:00, lama di perjalanan karena ngikuti si 'bapak' yang suka jalan kesana kemari nggak ada tujuan. Jam 16:00 kami berangkat lagi ke Sultan Ahmet untuk sekedar berphoto didepan Blue Mosque dan Aya Sophia. Hujan rintik rintik dan temperatur udara 6 derajat celcius, jauh lebih dingin dari Kuwait. Supaya hangat, sengaja kami membeli jagung bakar dan pulang kembali ke Hotel karena hujan tambah lebat. Brrr dingin sekali ...., kenapa ya hotel bintang lima segede Atakoy kok dinamakan Otelcilik seperti terlihat pada gambar disamping, bukan Otelgede, Otelbesar atau Otelgadang.


Baca Juga :

Berangkat Ke Istanbul

Bu Bariah Ke Istanbul
Setelah persiapan Visa masuk ke Turkye beres semua, akhirnya berangkat juga saya ke Istanbul. Tepatnya bulan December, saat puncak musim dingin di semua bumi belahan utara. Pesawat Jazeera Airways yang telah kita booking dua bulan sebelumnya akhirnya lepas landas jam 7:15 pagi. Sengaja booking dua bulan sebelumnya agar dapat tiket murah. Tinggal landasnya memang jam 7:15 pagi, tetapi jam 3 pagi sudah bangun mempersiapkan perjalanan buat Ardi's Family sekeluarga.


Karena di Kuwait sedang masuk musim dingin, ketika bangun jam 3 pagi jelas langsung kedinginan, temperatur udara Kuwait pagi itu sudah mencapai 12 derajat Celcius. Tanpa mandi dan tanpa gosok gigi, eh gosok gigi ding...., kita semua berempat berangkat ke bandara Kuwait International. Mobil kita parkir dibandara karena di bandara ini ada fasilitas Long Term Parking dengan biaya KD 0.5/12 jam. Jam 05:00 pagi ternyata kedinginan juga di bandara, jaket tebal ternyata tembus juga sehingga akhirnya selimutpun dikeluarkan untuk mengurangi hawa dingin yang mulai menembus sampai ke tulang tulang.

Wajah cantik, dandanan modis, penampilan anggun semua rusak berantakan gara gara kedinginan di bandara. Sambil menunggu 'boarding', kaki dilipat dan dinaikkan ke kursi, selimut ditutupkan ke kaki, celakanya sejam nunggu rasanya lama sekali, mata masih ngantuk dan rambut sedikit acak acakan. Wuah, benar benar mirip 'Bu Bariah'. Anak anak dan suami ikut ikutan ngejek pula.....

Tips :
  • Jangan over estimate. Bulan Desember adalah puncak musim dingin di semua bumi belahan utara. Turki jauh lebih dingin dari Kuwait. Jangan cuma badan saja yang diberi jaket tebal. kakipun perlu dipikirkan agar tidak kedinginan. Begitu mendarat di Turki, kaki rasanya hampir beku terkena hembusan angin dingin.
  • Kalau dirasa perlu, bawa wedang ronde, serbat atau wedang jahe dari rumah. Di bandara Kuwait nggak ada yang jual minuman penghangat badan seperti ini. Apalagi di Turki, rasanya nikmat sekali membayangkan minuman hangat. Sayang nggak bawa saat itu.
  • Dandan secantik apapun, penampilan seanggun apapun bisa seketika berantakan gara gara kaki kedinginan.
Baca Juga :