Selasa, 13 Oktober 2009

Pedagang Kaki Lima Di Kuwait

Egaila Beach Kuwait
Untuk soal pedagang kaki lima, Kuwait boleh dikatakan masih Taman Kanak Kanak (istilah Gus Dur). Kenapa, ya karena baru ada sekitar pertengahan tahun 2008. Ketika pertama kali kita menginjakkan kaki di Kuwait, sama sekali saya tidak melihat adanya pedagang kaki lima. Sampai sekarangpun pedagang kaki lima yang ada cuma jualan air mineral, minuman kotak dan es krim saja. Semua bentuk gerobak sepedanya sama, artinya pengusahanya masih satu orang saja. Perhatikan gambar gerobak sepeda disamping, penjualnya jelas diimport dari luar negeri, entah dari India, Bangladesh, Mesir atau negara lain.




Al Kouts Kuwait
Pedagang kaki lima di Kuwait cara menjajakan dagangannya tidak berkeliling tetapi pasif menunggu pembeli ditempat tempat tertentu seperti di pantai yang banyak orangnya atau ditrotoar pinggir jalan. Karena jumlahnya masih sedikit sekali maka boleh dikatakan tidak mengganggu ketertiban umum tetapi malah sangat bermanfaat bagi umum yang memerlukan minuman pada saat kehausan sehabis berolahraga. Jelas sekali tampak lesu dan tidak bersemangat.



St Petersburg - Rusia
Bandingkan dengan pedagang kaki lima dari negara lain seperti gambar disamping ini. Meskipun jenis dagangannya sama air mineral, minuman kotak dan es krim tetapi penjualnya tampak aktif sekali dan bergairah. Mereka sudah lama mengenal cara berdagang kaki lima dan lebih ulet. Cara menarik konsumen pun sangat profesional dengan gerobak yang lebih berwarna warni dan pedagangnya juga mondar mandir kesana kemari menjajakan dagangannya. Tidak lesu seperti pedagang kaki lima di Kuwait.


Istanbul Turki
Saat ini memang baru ada satu jenis pedagang kaki lima, yaitu penjual air minum saja, tetapi suatu saat nanti pasti akan lebih bervariasi lagi. Saya benar benar mengharapkan suatu saat nanti negeri ini akan lebih banyak warna paling tidak akan sama dengan negara lain disekitarnya dimana dengan mudah kita bisa mencari jajanan dari para pedagang kaki lima yang lezat dan tetap terjaga kebersihannya. InsyaAlllah ....



Baca Juga :

Rabu, 07 Oktober 2009

Adakah Telepon Umum Di Kuwait ?

Kotak Telpon
Di Kampung Ane


Salah satu kegemaran mas Ardi yang lain adalah photography. Tetapi obyek yang diambil seringkali asal jepret dan hasilnya benar benar tidak layak kalau dikatakan sebagai hasil jepretan seorang photographer. Yang membingungkan saya, kadang kadang ngajak pergi kemana mana hanya untuk mencari obyek photo yang menurut saya nyeleneh dan tidak layak untuk diphoto. Salah satu obyek photo yang selalu dikejar adalah "Bilik Telephone Umum". Dari jaman masih kuliah dulu sampai sekarang yang dibanggakan adalah photo photo "Bilik Telephone Umum".


Kotak Telpon
Di London

Hampir semua telpon umum diseluruh kampung, kota dan negara yang pernah dikunjungi dijepret. Kalau cerita telpon umum, langsung semangatnya menyala nyala, "Kalau Telpon Umum Indonesia warnanya selalu biru tetapi saya nemu juga yang warna kuning, Di Inggris selalu merah tapi ada juga satu buah yang hijau, Di Russia selalu putih dst dst dst .....". Istri dan anak anaknya sampai sebel kalau disuruh jadi photo model didepan bilik telephone umum, akibatnya hampir semua photo telephone umum selalu saja photo modelnya membelakangi kamera.

Kotak Telpon
Di Russia

Beberapa bulan terakhir ini kita bertiga 'Trio Kwek Kwek' sangat sibuk luar biasa keliling kota Kuwait sampai ke pasar pasar dan kantor Ministry of Telecommunication. Kita bertiga dapat tugas yang mustahil yaitu mencari "Bilik Telephone Umum" diseluruh Kuwait sampai ketemu. Kalau bisa menemukan "Bilik Telephone Umum" di Kuwait nanti mas Ardi akan datang khusus untuk jeprat jepret seperti biasanya. Sampai detik ini kita bertiga belum pernah menjumpai "Bilik Telephone Umum" di Kuwait. Tampaknya, telephone umum sangat tidak diperlukan di Kuwait karena keyakinan tinggi dari pemerintah bahwa orang Kuwait telah memiliki telpon selular sendiri sendiri. Buat apa dibuatkan 'Bilik Telephone Umum' mahal mahal, paling yang pakai expatriate India dan Bangladesh.

Tolong ya  informasinya kalau ada yang tahu tempat 'Bilik Telephone Umum' di Kuwait. Berhadiah, jadi photo model untuk blog ini.

Senin, 05 Oktober 2009

Keamanan, Cerita Tentang Sofa Dan Kereta Belanja

Bakala
Barang Apapun Ada

Satu hal lagi yang benar benar sangat berbeda dengan di Indonesia, yaitu soal keamanan. Dari koran lokal Kuwait yang sering kita baca seperti Arab Times dan Kuwait Times, jarang sekali ada pemberitaan tentang kasus pencurian atau pencopetan ditempat umum. Kasus kasus kriminal semacam ini selalu kalah dengan berita kecelakaan mobil yang hampir memenuhi setengah halaman sendiri.



Kereta Dorong
Di Depan Rumahku

Pemilik bakala (toko kecil kebutuhan sehari hari) dengan tenang bisa meletakkan barang barangnya diluar toko pada saat tokonya tutup tanpa khawatir barang dagangannya diambil orang. Pagi hari saya sering datang ke bakala ini untuk beli koran atau roti tawar, tetapi seringkali pemiliknya belum datang alias masih tutup. Tentu saya pulang lagi tanpa bawa apa apa. Tetapi lama lama saya mengetahui juga caranya setelah melihat dan diberitahu beberapa orang yang sering belanja pada saat bakala tersebut tutup, cukup ambil koran atau roti tawarnya dan tinggalkan uang seharga koran atau roti tawar tersebut di tempat yang telah disediakan. Si pemilik bakala dengan senang hati mempersilahkan kita ninggalkan uang ditempat terbuka yang telah disediakan tanpa khawatir sedikitpun uang tersebut diambil orang yang lewat.


Kereta Dorong Ini
Jauh Dari Sultan Center

Rumah kita kira kira berjarak 500 meter dari Sultan Center Whole Sale Center, semacam Makro, Hypermart, Giant atau Careffour kalau di Indonesia. Setiap hari disekitar rumah saya selalu saja saya jumpai kereta belanja yang ditinggal begitu saja di jalan. Kadang jumlahnya mencapai puluhan kereta belanja. Lama lama saya tahu juga, ternyata kereta tersebut yang membawa keluar area Sultan Center adalah customer yang jalan kaki tetapi belanjaannya cukup banyak. Naik taksi terlalu dekat dan sering nolak kalau dekat sekali. Petugas Sultan Center juga percaya bener nggak ada gunanya nyolong kereta belanja, sehingga silahkan saja kalau mau didorong sampai kerumah. ‘Tinggal saja dipinggir jalan, nanti kita yang ambil kembali’ katanya mantap.


Sofa Ini Sudah Ada Yang Punya
Seminggu Lebih Tidak Diambil

Lain cerita lagi, rumah saya berada dilingkungan Kuwaitis. Tampaknya mereka cepat sekali bosan dengan barang yang telah dibeli dan segan untuk menjual barang yang menurutnya sudah tidal layak pakai. Beberapa saat lalu, sofa (tempat duduk) yang menurut saya masih cukup empuk dan baik dibuang dan diletakkan disamping tempat sampah didepan rumah kita. Bantalnya dibungkus plastik dan diletakkan disamping kotak sampah. Berhari hari sofa dan bantalnya tersebut nggak ada yang nyentuh atau mengambil, rupanya si pemilik lupa memberitahu bahwa sofa tersebut sebenarnya dibuang bukan dijemur. Setelah si pemilik mempersilahkan 'si Fulan' untuk mengambil sofa tersebut, si sofa juga tetap berhari hari teronggok ditempat itu, tetapi semua orang sudah tahu bahwa sofa tersebut sudah menjadi hak 'si Fulan'. Akhirnya 'si Fulan' punya waktu untuk membawa pulang sofa tersebut setelah 2 minggu dibiarkan dipinggir jalan kepanasan.


Langsung deh terbayang negeri tercinta Indonesia, kapaaan saya bisa menjemur/meletakkan barang dipinggir jalan tanpa ada yang ngambil, kapan saya bisa mendorong barang belanjaan kerumah tanpa dicurigai satpam dan kapan Indonesia bisa aman bebas maling, copet dan tukang palak ??.

Jumat, 02 Oktober 2009

Dubai, Ambisi Menjadi Yang Ter......

Kalau lihat iklan dan promosi pariwisata Dubai, rasanya Dubai sangat bagus dan indah sekali. Tetapi kalau anda datang sendiri kemungkinan akan nyesel seumur hidup. Dubai bisa disetarakan dengan Singapore atau Hongkong, yang ada cuma tempat shopping saja. Bedanya Singapore dan Hongkong memiliki tempat tempat historis lebih banyak yang enak untuk dinikmati. Alamnyapun juga cukup hijau untuk dipandang sehingga duduk duduk memandang alampun sudah cukup menyenangkan. Shopping di Singapore dan Hongkong juga cukup menarik karena harga harga cukup variatif dan banyak promosi setiap saat.

Di Dubai, pembangunan gedung masih terus berlangsung sampai saat ini dan yang ada adalah gedung gedung baru saja. Alam yang kita nikmatipun cuma padang pasir dengan sedikit pepohonan hijau yang sengaja dibuat dengan biaya tinggi agar tampak indah. Budaya asli setempat yang seharusnya ditonjolkan untuk wisatawan boleh dikatakan tidak ada. Sebagai contoh, Tari Perut - jelas ini bukan budaya asli UAE. Makanan yang disajikan untuk turispun juga bukan makanan tradisional setempat, malah lebih banyak makanan dari negara tetangga seperti Iran, India, Lebanon dan lain sebagainya. Bahkan jelas jelas terpampang di setiap restoran tulisan American Food, Japanese Food, Lebanese Food, Iran Food dan lain sebagainya. Lalu yang asli UAE apa ?

Biaya hidup di Dubai sebelum terkena krisis global cukup mahal sekali. Lihat saja di TEFL . Sewa hotel dan apartment kenyataannya jauh lebih mahal dari yang tertulis dalam web tersebut. Sopir taxi, staff hotel saya wawancara khusus untuk living cost ini dan beberapa rekan Indonesia yang pernah tinggal lama di Dubai juga nggak ketinggalan, semuanya mengeluhkan mengenai biaya hidup di Dubai sebelum terkena krisis. Mending di Kuwait, biaya hidup lebih stabil dan tidak terpengaruh krisis global.

Karena kita sama sekali tidak terpesona dengan pembangunan gedung yang serba 'Tertinggi', 'Terbesar', 'Terluas' dan berbagai 'Ter......', maka selama kita di Dubai ya cuma melihat lihat tingkah laku turis saja. Nggak usah kagum dengan promosi 'Aquarium terbesar di dunia', ternyata yang dimaksud terbesar untuk kategori didalam Mall. Di Gelanggang Samudra Ancol jauh lebih besar cuma tidak didalam Mall. 'Ski Es Terbesar Didunia' juga untuk kategori didalam Mall, tetap saja lebih luas dan enak main ski di alam terbuka. Safari Desert Tour juga bukan hal yang aneh kalau kita tinggalnya di Kuwait. Tiap hari sudah lihat gurun.

Yang terasa aneh adalah suasana Mall. Bayangkan, Kok bisa Mall menyedot begitu banyak turis untuk datang padahal harga harganya jauh lebih mahal dari negara manapun di Dunia. Lebih mudah melihat turis India, Pakistan, Westerner dan Onta daripada melihat orang asli Dubai. Lihat saja gambar gambar diatas, turis dari mana mana dengan asyik photo photoan didalam Mall. Gantian photo photoan, gayanya macam macam dan kalau kita di Indonesia photo photoan didalam Mall seperti itu pasti akan ditangkap Satpam.

Baca Juga :

Rabu, 23 September 2009

Dubai Selayang Pandang

Barang Konstruksi
Berserakan

Sering salah kaprah menganggap Dubai adalah sebuah kota. Salah besar, Dubai adalah salah satu dari 7 (tujuh) wilayah ke-emiran  Uni Emirates Arab (Abu Dhabi, Ajman, Fujairah, Sharjah, Dubai, Ras Al Khaimah dan Umm Al Quwain). Wilayah ini tumbuh dengan sangat cepat sekali dan dalam hitungan beberapa tahun saja sudah berubah dari gurun gersang menjadi kota megapolitan yang penuh dengan gedung tinggi perkantoran, mall, hotel dan apartment. Saking cepatnya pembangunan di kota ini maka Dubai adalah satu satunya pembangunan tercepat yang bisa mengalahkan pembangunan candi Prambanan (konon candi ini dibangun dalam semalam saja). Letak kota ini hanya 1 1/4 jam saja perjalanan dari Kuwait dengan pesawat terbang atau setara Jakarta - Yogyakarta. Sama dengan Kuwait, negara ini terletak di pinggiran teluk Arab (Arabian Gulf Sea).


Gedung Baru
Bersih Dan Tertata

Sebenarnya Dubai sudah dipimpin oleh Al Maktoum dynasty sejak 1833, tetapi benar benar tumbuh dari sebuah kota kecil perdagangan sejak ditemukan minyak bumi pada tahun 1960. Dan mulai tahun 1970 Sheikh Rashid bin Saeed Al-Maktoum  memimpin pembangunan Dubai menuju Modern Uni Arab Emirates (1958-1990). Setelah itu kepemimpinan dilanjutkan oleh Sheikh Maktoum III bin Rashid Al Maktoum (1990-2006) dan Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum (2006 - Sekarang). Dan Dubai benar benar dibuka selebar lebarnya untuk segalanya (Free Trade Zone). Hasilnya sungguh luar biasa, saat ini pendapatan dari minyak bumi hanya 6 % saja dari pendapatan negara, pendapatan yang lain didapat dari Tourism, Real Estate & Construction (22.6 %) dan Financial Services. Sampai saat inipun pembangunan kota masih berlangsung terus, dan yang saya sangat kagum adalah kebersihannya. Meskipun banyak pembangunan gedung dan pekerjaan konstruksi, kebersihan Dubai tetap apik dan resik.


Nginap Di Apartment Topaz Living Court
Hotel Topaz Living Court
Lokasinya Strategis

Karena tahun 2009 ini Dubai terkena imbas Resesi Global (Krisis Ekonomi) maka hampir semua hotel dan apartment dipangkas 50 % untuk tetap mempertahankan jumlah pengunjung ke Dubai. Tiga bulan lalu harga sewa hotel atau apartment per malam di Dubai sangat luar biasa mahal dan membuat kita tercengang kagum. Tapi saat ini sudah relatif sama dengan harga sewa di kota lain seperti di Jakarta, Kuwait atau negara lain. Kita melakukan booking hotel secara online melalui Booking.com. Sengaja kita pilih Topaz Living Court karena berdasarkan info dari surfing mbah google katanya hotel ini sangat strategis sekali dalam arti dekat dengan Emirates Mall, mall terbesar kedua di Dubai. Ternyata benar sekali, cukup nyeberang jalan saja sudah nyampai di pelataran parkir Emirates Mall.


Kolam Renang Di Atap
Hotel

Dibanding apartment lain disekitarnya seperti The Dunes, Grand Tulip, Rose Garden dan lain lain, Topaz Living Court adalah yang paling dekat dan mudah aksesnya ke pintu masuk Emirates Mall. Apartment yang lain dibatasi oleh jalan raya besar Sheikh Zayed Road atau cukup jauh muternya menuju gate masuk. Harga sewa Topaz Living Court 2 Bed Room per malam adalah AED 499. Sangat bagus mengingat bahwa apartment ini masih baru. Fasilitas dapur juga sangat lengkap, mulai dari pecah belah, mesin cuci, kompor listrik, microwave tersedia. Ruang keluarga juga cukup luas dan kamar mandi dengan bath tub ada dua buah masing masing didalam kamar plus satu kamar mandi kecil diluar kamar tidur.


The Big Bus Tour
Dubai Big Bus
Ada Jalur Merah Dan Jalur Biru

Salah satu alasan lagi kenapa kita memilih apartment dekat dengan Emirates Mall adalah karena di Mall ini tedapat tempat penjualan tiket Dubai Big Bus. Dengan menggunakan Big Bus, paling tidak kita sudah bisa mengelilingi seluruh kota Dubai dan hapal tempat tempat bagus dimana kita harus berhenti dan turun keesokan harinya. Harga tiket Big Bus untuk Family (2 Dewasa dan 2 Anak) selama 2 hari adalah AED 700. Plus ada tambahan AED 200 kalau mau ikut Night Tour. Ticket 2 hari seharga AED 700 tersebut sudah lengkap untuk Red Route dan Blue Route dan gratis Dhow Tour (naik perahu tradisional Arab) dan voucher discount di beberapa toko dan restaurant di mall tertentu.


Musim Panas Nggak Ada
Yang Mau Diatas Deck - Panas

Selama perjalanan menggunakan Dubai Big Bus ini, kita bisa mendengarkan penjelasan mengenai tempat tempat menarik yang kita lewati melalui rekaman kaset yang bisa kita dengar menggunakan earphone yang disediakan gratis dalam bungkus plastik kecil. Air minum mineral disediakan gratis dan kita bisa mengambil setiap saat. Tempat pemberhentian kebanyakan di Mall Mall besar dan mahal seperti Emirates Mall, Dubai Mall, Festival City Mall, Deira City Center Mall, Wafi Mall, Mercato Mall dan lain lain.


Masih Pagi Hanya Bertahan
5 Menit Saat Musim Panas

Yang kita dengarkan melalui earphone bisa membuat kita tersenyum senyum. Bagaimana tidak tersenyum, di Dubai sangat miskin sekali tempat historic dan tidak ada sama sekali bangunan bersejarah, semuanya gedung baru dan modern dan nadanya sangat menonjolkan konsumerism (konsumtif). Misal : 'Disebelah kiri kita adalah Planet Hollywood yang pertama dibuka di Dubai pada tahun .....', 'Tampak gedung besar didepan kita adalah Dubai Mall, tempat anda bisa belanja produk produk dengan brand internasional seperti Cartier, Louis Vuitton .....', setelah itu ada pesan sponsor 'Kalau anda menginginkan buka puasa lezat dengan cita rasa Arab yang khas, anda bisa mencoba Pars Iranian Restaurant di lantai 2 ....bla bla bla'.

Menyebalkan memang ikut tour konsumtif dari mall ke mall dan penuh iklan.

Baca Juga :