Ruang Tunggu Khusus Kedutaan Belanda Di Jln Besakih Jakarta |
Sudah puluhan Kedutaan Besar berbagai negara saya kunjungi terutama di Kuwait. Tetapi saat saya mengunjungi Kedutaan kedutaan di Jakarta, kesan yang saya rasakan demikian lain sama sekali. Rasanya seperti di negara yang sedang dalam keadaan perang. Pemeriksaan sangat luar biasa ketat dan setara dengan di daerah konflik seperti Irak, Afghanistan atau negara tidak aman di Afrika.
Di beberapa kedutaan, sering yang kita jumpai pertama kali adalah barikade beton, pagar keliling kedutaan yang sangat tinggi dan kuat sekali plus kawat berduri yang mungkin saja bisa nyetrum kalau disentuh. Tentu saja kamera CCTV dimana mana. Satpam mantan militer dengan jumlah luar biasa banyak cukup membuat gentar siapapun yang akan mendekat. Hanya anjing herder saja yang tidak saya lihat saat saya lewat di daerah kedutaan di HR Rasuna Said sampai Mega Kuningan beberapa hari lalu.
Pagar Tinggi Dengan Kawat Berduri |
Di beberapa kedutaan, sering yang kita jumpai pertama kali adalah barikade beton, pagar keliling kedutaan yang sangat tinggi dan kuat sekali plus kawat berduri yang mungkin saja bisa nyetrum kalau disentuh. Tentu saja kamera CCTV dimana mana. Satpam mantan militer dengan jumlah luar biasa banyak cukup membuat gentar siapapun yang akan mendekat. Hanya anjing herder saja yang tidak saya lihat saat saya lewat di daerah kedutaan di HR Rasuna Said sampai Mega Kuningan beberapa hari lalu.
Saat saya berkunjung ke Kedutaan Belanda di pojok Jln HR Rasuna Said - Jln Besakih Jakarta untuk mengurus Visa buat anak saya Ayu yang diundang untuk melanjutkan sekolahnya di Belanda, ternyata antrian sudah sangat panjang di trotoar jalan meskipun waktu baru menunjuk jam 08:00 pagi. Pak Satpam yang menjaga pintu gerbang sangat disiplin memeriksa satu persatu sesuai standard operating prosedur kedutaan. Begitu sampai didepan pintu masuk, dengan tegas pak Satpam hanya mengijinkan Ayu saja yang boleh masuk dan saya diminta menunggu di 'Ruang Tunggu Khusus' yang berjarak sekitar 50 meter dari pintu masuk, yaitu berupa warung kaki lima di trotoar jln Besakih. Untung nggak hujan. Rupanya, "Makelaars verboden betreden van het gebouw" atau kira kira artinya Makelar Tidak Boleh Masuk Kedalam Gedung !!!!!.
Saat saya duduk menunggu di 'Ruang Tunggu Khusus' inilah saya baru tahu bahwa di Indonesia untuk mengurus Visa bisa pakai jasa calo atau makelar. Di kedutaan lain di Jakarta bahkan tidak perlu datang ke Kedutaan, cukup serahkan semua syarat ke makelar maka semuanya akan beres. Untuk pengurusan Schengen Visa melalui kedutaan Belanda biayanya adalah sebagai berikut :
- Biaya Calo/Makelar : Rp 500.000 per passport
- Biaya Visa : EURO 60 atau sekitar Rp 650.000 per passport.
Syarat syarat yang diminta si calo sangat lengkap sekali dan jauh lebih lengkap dibanding saat saya mengurus Schengen Visa di Kedutaan Belanda di Kuwait, yaitu :
- Travel Insurance
- Ticket Pesawat
- Booking Hotel
- Print Out Tabungan
- Surat Keterangan Kerja Dari Perusahaan pemberi kerja.
- Invitation Leter (bagi pelajar yang akan sekolah di Belanda)
- Surat Pernyataan Sanggup Membiayai Anak Untuk Sekolah Di Belanda Dengan Meterai
- Surat Pernyataan Sanggup Membiayai Keluarga Untuk Berkunjung Dengan Meterai
- Kartu Keluarga
- KTP
- Surat Nikah
- Dan lain lain sesukanya si Makelar.
Wah rasanya enak sekali jadi makelar, tugasnya gampang cuma duduk didepan Kedutaan, cari nasabah yang lewat didepan Kedutaan atau lewat telpon, memeriksa kelengkapan dokumen dan mempersilahkan masuk ke kedutaan saja. Masalah didalam kedutaan diinterview macam macam jelas urusan sendiri dan bukan tanggung jawab calo. Soal wajah saya, tentu tidak perlu diragukan lagi. Sudah sangat mirip Makelar dan terbukti pak Satpam tadi mengira saya Makelar. Tinggal niat saja, kapan saya bisa memulai kerja gampang sebagai Makelar seperti ini. Kapan ya .....
Baca Juga :
di belanda pun belum tentu ada ya makelar seperti ini didepan kedubes asing ? budaya makelar yang tidak tergerus jaman…hebatnya indonesiaku
BalasHapus