Kamis, 10 Maret 2011

Mutasi Dari Indonesia Ke Kuwaiti

Tahapan Mutasi Di Kuwait
Dibawah ini adalah sebagian cerita betapa susahnya memperkenalkan Indonesia dan juga produk produk Indonesia di luar negeri, khususnya Kuwait. Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik baik pada taraf urutan gen maupun pada taraf kromosom. Mutasi di alam biasanya terjadi hanya 1:10000 individu. Mutasi dapat terjadi karena adanya Mutagen (zat pembangkit mutasi) seperti radiasi sinar matahari, radioaktif, loncatan listrik atau petir. Sedangkan individu yang memperlihatkan perubahan sifat ini disebut Mutan. Seekor ulat hanya mengalami tiga tahap saja untuk menjadi kupu kupu, yaitu ulat, kepompong dan kupu kupu.


Masjid Indonesia Di Reggee
Tempat Bertemu Para Mutan
Di Kuwait, agak sedikit beda. Tahapan mutasi bisa mencapai 15 tahapan (lihat photo no 1 diatas). Tidak perlu urut, semua Indonesia banyak yang langsung loncat ke no 2, 3 atau no lain yang lebih tinggi. Normalnya semakin lama tinggal di Kuwait maka orang Indonesia akan beradaptasi dan bermutasi secara alamiah, tetapi ada juga yang baru datang ke Kuwait langsung beradaptasi dengan lingkungan. Tidak perlu ada hujan atau petir. Lihat saja setiap hari Jum'at saat sholat Jum'at maka akan terlihat banyak sekali masyarakat Indonesia yang mengenakan Dishdasa, pakaian tradisional Arab. Anda akan pangling kalau bertatap muka dengan kawan yang anda temui. Wajah memang masih tetap Indonesia tetapi dandanan sudah 100 % Arab. Susah membedakan, ini Arab asli atau Arab imitasi. Dan susah juga mengidentifikasi, sudah sampai tahapan nomor berapa kalau dandanan sudah sangat mirip Kuwaiti seperti ini.


Ceramah Dubes RI Di Kuwait
Didepan Para Mutan Masjid
Indonesia Di Kuwait
Di daerah Reggee terdapat sebuah masjid Indonesia bernama Masjid Indonesia Di Kuwait dan terletak di Komplek Public Authority for Youth and Sport Belakang Al Omooma Hospital – Old Reggee  Khotbah selalu dilakukan dalam bahasa Indonesia dan jamaahnyapun sebagian besar masyarakat Indonesia yang tinggal di Kuwait. Kalau kita berkunjung ke Masjid Indonesia di Regee ini, kita jarang melihat atau malah tidak melihat sama sekali ada jamaah yang berkain sarung dan berbaju koko seperti layaknya kalau kita berada di kampung halaman Indonesia. Kopiah hitampun sudah ditanggalkan dan berganti dengan kopiah putih. Meskipun yang kita dengar ceramah dalam bahasa Indonesia, saat bertegur sapa juga dalam bahasa Indonesia, tetapi pemandangan didalam Masjid benar benar Kuwait/Timur Tengah. Hampir semua jamaah masjid yang asli Pekalongan, Gresik, Jombang ini sudah total ber'mutasi' dan sangat mirip Arab dengan Dishdasa putihnya.


Masjid Indonesia
Rasa Arab
Photo photo pada gambar disamping ini adalah salah satu kegiatan Bapak Duta Besar RI Di Kuwait Ferry Adamhar SH, LLM saat memperkenalkan diri selesai sholat Jum'at di Masjid Indonesia di Kuwait. Saat berkenalan cukup mengenakan baju Batik dan celana panjang hitam dan belum seperti yang lainnya yang mengenakan Dishdasa putih pakaian tradisional Arab. Tentu saja yang disampaikan dalam pidato perkenalan tersebut bukan pengenalan produk dalam negeri Indonesia. Tetapi saya tidak tahu pasti maksud sebenarnya, apakah bapak Dubes sedang memberi contoh kepada kita tentang ke'Indonesia'annya, sedang menyindir bahwa beliau asli dan sangat cinta Indonesia atau beliau bangga dengan batik produk Indonesia. Sumprit saya tidak tahu sama sekali alasannya. Atau mungkin karena beliau masih baru beberapa bulan tinggal di Kuwait sehingga belum ketularan memakai Dishdasa. Wallahualam Bisshawab, Pertanyaan Syulit Dizawab....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan menuliskan komentar dengan bahasa yang jelas, sopan dan beradab.