Jumat, 17 September 2010

Dasi Executive Pekerja Luar Negeri

Saat ini bulan September 2010, tepatnya tanggal 14, saat musim panas di Middle East dan juga di Indonesia. Temperatur di Kuwait saya perkirakan masih berkisar 45 Deg C dan di Jakarta sekitar 33 Deg C. Acara lebaran di tanah air sudah usai dan sekarang saatnya pulang kembali ke Kuwait, negeri tercinta tempat sebagian orang Indonesia mengais rejeki. Saya berangkat dari terminal 2D Bandara Soekarno Hatta Cengkareng dan rencana pesawat akan transit juga di Abu Dhabi, berarti sebagian besar penumpang adalah tenaga kerja Indonesa yang bekerja di Abu Dhabi dan juga Kuwait.

Pemandangan di terminal 2D ini seperti biasanya, ramai sekali karena arus mudik lebaran rupanya sudah terasa di terminal keberangkatan luar negeri ini. Yang berangkat ke Abu Dhabi/Kuwait satu orang yang ngantar sekampung. Yang saya terkesan adalah banyaknya mas mas yang ngganteng berdasi dan berjas executive. Saya sempat bertanya tanya dalam hati, apa mereka tidak tahu di Abu Dhabi dan Kuwait sedang musim panas ? Apa tidak gerah di Jakarta yang temperaturnya 33 Deg C memakai jas ? Lihat gambar disamping.

Ternyata jawabnya sederhana saja. Saat ini adalah bulan dimana sebagian besar tenaga kerja Indonesia di luar negeri pulang mudik untuk berlebaran di kampung halaman. Artinya, inilah saatnya panen bagi 'oknum' bandara untuk mencari cari kesalahan para tenaga kerja ini. Seperti biasa 'default' oknum bandara ini adalah selalu menganggap siapa saja yang bekerja di Timur Tengah (dan juga Malaysia) adalah tenaga kerja haram. Oleh karena itu semua diasumsikan tenaga kerja rendahan seperti sopir, kuli bangunan, pelayan atau pembantu rumah tangga yang mudah digertak untuk megeluarkan uang karena memang itulah yang banyak dikirim PJTKI ke timur tengah. Supaya tidak dilecehkan oknum bandara, maka kalau berangkat ke salah satu negara di Timur Tengah, banyak para pahlawan devisa ini harus berpenampilan executive.

Passport akan dibuka lembar demi lembar, kalau ketahuan Visanya adalah Residence Visa dan tidak ada stempel dan oret oret tenaga kerja resmi dari PJTKI langsung digiring ke 'loket' khusus untuk bayar biaya damai. Dijaman serba internet seperti sekarang ini, melamar kerja kenegara manapun didunia sedemikian mudahnya. Tetapi entah kenapa orang orang semacam ini dianggap melanggar aturan dan sering dibebani kutipan resmi atau tidak resmi di negeri sendiri. Untung saya sudah berkali kali menjumpai mas mas executive semacam ini, kalau belum pengalaman bisa menggelepar kejang kejang bertatap muka dengan para executive Timur Tengah semacam ini.

Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan menuliskan komentar dengan bahasa yang jelas, sopan dan beradab.