Schiphol Airport |
Sebagai orang asing yang tinggal dinegara orang dan serumah mempunyai hobby yang sama yaitu 'ngluyur' kesegala penjuru sudut dunia tentu andalan utamanya cuma satu, GPS. Sejak GPS segede buku dan mahal sampai sekarang bisa dikantongi dan sudah berharga lebih murah mbokde selalu melihatnya . Cuma untuk mengoperasikan sampai saat ini belum ngerti ngerti juga meskipun anak anak sudah ngajari berkali kali. Mbokde lebih luwes pegang 'uleg uleg' daripada alat alat semacam itu.
Windmill Disepanjang Jalan Amsterdam -Den Haag |
Tanggal 1 - 10 April 2010 yang lalu, kita sekeluarga sewa mobil untuk keliling Eropa. Sewa mobil melalui http://www.hertz.com/ dan pembayaran dilakukan di perwakilan Hertz di Shuwaikh Kuwait. Karena mobil mulai saya pakai di terminal kedatangn Schiphol Airport, Amsterdam dan saya kembalikan di Charles De Gaule Airport, Paris maka di Amsterdam harus bayar lagi Drop Fee karena saya tidak ingin balik lagi ke Amsterdam hanya untuk mengembalikan mobil. City Tax sebesar 19 % juga dibayar di Amsterdam. Disamping itu saya juga tidak mau ambil resiko mengganti kalau terjadi kecelakaan, maka saya harus nambah asuransi Full Risk sebesar EUR 16 per hari (kalau nggak ikut Full Risk sebenarnya tidak apa apa, cuma yang dicover asuransi hanya kalau kerusakan tidak lebih dari EUR 800 saja).
GPS Biar Tidak Nyasar Batery Habis Mumet Deh |
GPS bisa sewa melalui Hertz juga, tetapi kalau sudah punya sendiri jangan lupa download peta bajakannya yang paling terakhir melalui http://www.gpsunderground.com/ - sudah tidak ada lagi sekarang. Peta Indonesia bisa didownload melalui http://www.navigasi.net/. Yang penting untuk diupdate adalah lokasi lokasi speed camera, red light camera dan pompa bensin. Silahkan download melalui http://poi.gps-data-team.com/ . Semua rental mobil menyediakan jasa sewa GPS.
Istirahat |
Perjalanan dimulai dari Schippol Airport lalu mengacak acak seluruh penjuru Netherland tanpa halangan berarti. Setelah itu dilanjutkan blusak blusuk Brussel juga tanpa ada hambatan berarti. Dan terakhir menuju Paris bisa keluar masuk kota Paris sampai ke kampung kampungnya segala. Boleh dikatakan apa yang saya lihat dan saksikan berbeda sekali dengan yang anda bayangkan tentang kota kota di Eropa. Bisa bebas sampai ke kampung kampung berkat GPS yang diset dan dibacakan anak anak. Mbokde nggak ngerti sama sekali.
Di Tempat Parkir Madurodam |
Seperti apa Amsterdam, Rotterdam, Antwerpen, Brussel dan Paris ? Tentu jawaban anda adalah sebuah kota yang indah dengan penduduk yang makmur. Saya kira jawaban anda akan mengacu ke photo photo atau gambar gambar di film atau televisi yang hampir tiap hari anda saksikan. Karena saya menggunakan mobil sendiri dengan GPS dan juga disertai jalan kaki blusak blusuk kesegala penjuru kota maka jawaban saya akan lain dengan anda. Kota kota diatas adalah kota besar dengan permasalahan yang relatif sama dengan kota Jakarta, macet, copet, maling, sampah, gelandangan. Kawasan tertentu memang sangat indah penuh dengan bangunan tua dan menjadi andalan wisata dan sering dijadikan tempat shooting film. Memang bagus sekali tetapi yang lalu lalang kebanyakan turis kaya dari luar negeri dengan tentengan belanjaan keren. Coba anda kedaerah pinggiran tempat sebagian besar penduduk bermukim.
Kanal Butek Siapa Bilang Kanal Eropa Bersih |
Sebagai contoh, di darah pinggiran yang padat dan tidak pernah di shooting TV di Paris saya melihat Pasar Tumpah dengan tumpukan sampah disekitarnya dan membuat macet kendaraan, saya juga melihat preman mabuk sedang memalak orang lewat disebuah jalan kampung saat perjalanan menuju ke Euro Disney.
Halooo Eyang, Saya Di Amsterdam |
Di Amsterdam - Central Station, air sungai / canal yang sering nampak bersih sekali kalau di shooting TV atau difilm film, ternyata sama saja warnanya coklat dan banyak sampah yang mengapung. Bedanya dengan di Indonesia cuma tidak ada yang jongkok buang hajat saja dan di Amsterdam ada petugas kebersihan yang selalu membersihkan sampah yang mengapung. Beberapa kolong jembatan yang saya lewati relatif sama dengan kolong jembatan di Jakarta, bau apek dan gelap. Sepeda sepeda dirantai segede rantai kapal, artinya banyak maling. Telepon umum sudah tidak ada gagang teleponnya dan banyak juga yang dirusak tangan jahil.
Gelandangan atau tuna wisma juga banyak terlihat, bedanya mereka pakai jaket tebal atau jas karena dingin dan kemana mana membawa selimut tebal. Seandainya saja mereka dibawa ke Jakarta, saya yakin sekali kehidupannya akan jadi lebih baik karena akan diopeni dan jadi rebutan para artis ibukota. Biasa, banyak bule 'dipakai' artis untuk sensasi acara TV, kan nggak ada yang tahu di negara asalnya seperti apa........
Baca Juga :
Sebelumnya nyaris kelupaan, buat ibu susi dan pak ardy, terima kasih buat bagi-bagi infonya. waktu sebelum berangkat liburan keluarga ke eropa bulan desember 2012 lalu, ya dibaca-baca dulu,sehingga akhirnya dapat pengetahuan mengenai jalan-jalan di eropa dan tidak terlalu kagok.. :)
BalasHapusJos....
BalasHapus