Kamis, 11 November 2010

System Pengajaran Bahasa Di Sekolah




Kaget luar biasa, miris sekaligus prihatin saya membaca berita hangat seorang peneliti bahasa, Dr Dendy Sugono di Universitas Jember tanggal 6 November 2010 yang lalu. Beliau menilai penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar pendidikan di sekolah sekolah Indonesia melanggar Undang-Undang Dasar 1945. Silahkan baca : Bahasa Asing Di Sekolah Langgar UU.







Saya masih ingat betul, pada jaman Orde baru tahun 1995 sampai 1997 bahasa asing sempat dilarang di Indonesia terutama di ruang publik sehingga banyak sekali nama nama hotel, perumahan, toko, mall yang sudah terlanjur terkenal harus berganti nama, celakanya bukan berganti menjadi nama bahasa Indonesia tetapi dipaksakan sesuai lidah Indonesia. Contohnya : Gren Hyatt sebelumnya sudah benar Grand Hyatt, perumahan Green Garden menjadi Grin Gaden… apa pula ini ? dan saat ini juga masih terlihat disalah satu jalan besar di Jakarta rumah makan Steik & Gril.....




Tahun 2006, lebih parah lagi larangan penggunaan bahasa asing ditempat umum dan ruang publik akan dimasukkan dalam UU, silahkan baca :  Bahasa Asing akan Dilarang di Ruang Publik. Untungnya, sekarang orang Indonesia sudah banyak yang pandai berbahasa asing, sehingga RUU aneh ini belum disahkan jadi UU. Coba kalau pembuat UU masih seperti dulu, tidak tahu sama sekali pentingnya bahasa asing untuk masa depan Indonesia. Lihat saja keaneka ragaman bahasa di tetangga kita Singapore terutama didaerah China Town, Kampong Arab, Little India. Ditempat ini keaneka ragaman bahasa ini bukan dimatikan tetapi malah menjadi obyek wisata yang sangat menguntungkan bagi Singapore.




Dibawah ini ringkasan hasil ngomong ngomong saya dengan beberapa kawan dari Singapore, India, Philipine, Luxembourg dan tentu saja Kuwait tentang pengajaran bahasa di sekolah sekolah. Sengaja saya tulis tulisan ini karena terus terang mereka lebih siap bekerja global daripada tenaga kerja Indonesia, maksud saya dalam hal kemampuan berbahasa asing, minimum bahasa Inggris. Dari segi kwantitas, India dan Philipine hampir menguasai seluruh lapangan kerja di Timur Tengah, khususnya Kuwait, baik dari sector rumah tangga, restoran, mall, money changer, rumah sakit, perhotelan, sampai bidang engineering.




Philipine : 

Bahasa nasionalnya Tagalog, tetapi sejak SD sampai University bahasa pengantar di sekolah sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta adalah bahasa Inggris. Hanya pelajaran sejarah dan bahasa nasional saja menggunakan bahasa nasional Tagalog dan satu hari dalam seminggu (hari Jumat) semua murid diijinkan berbahasa nasional di lingkungan sekolah. Ekstra kurikulernya bahasa Arab, Mandarin atau yang lain, itulah sebabnya kebanyakan Philipino yang saya jumpai di Kuwait ini sangat fasih berbahasa Arab meskipun agamanya bukan Islam.




Luxemburg :
Negaranya sangat kecil sekali dan boleh dikatakan tidak punya sumber daya alam sama sekali, tetapi Negara ini berkali kali menduduki peringkat pertama sebagai Negara terkaya di dunia. Baca : Richest Country By IMF, World Bank & CIA World factbook. System pengajaran bahasa disekolah diarahkan untuk menguasai paling sedikit 4 bahasa bagi warga negaranya. Tingkat SD (Primary School) bahasa pengantar masih bahasa nasional Luxembourgish sebelum beralih ke bahasa Jerman. Di Secondary School bahasa pengantar di sekolah adalah bahasa Perancis. Penguasaan ketiga bahasa ini wajib bagi kelulusan Secondary School dan bahasa Inggris masuk dalam ekstra kurikuler tetapi apabila melanjutkan ke university maka bahasa pengantar adalah bahasa Inggris. Itulah sebabnya orang Luxemburg sangat fleksibel ditempatkan dimana mana dan assetnya ada diseluruh dunia.






India :
Ini adalah Negara dengan populasi terbesar nomor dua di dunia setelah China (Indonesia nomor 4). Masalahnya relative sama dengan di Indonesia yaitu kesenjangan antara yang berpendidikan tinggi dan tidak terdidik dengan baik. Bahasa daerah juga sama banyaknya dengan di Indonesia, tetapi bahasa pengantar di sekolah bahasa Inggris sejak mulai sekolah dasar sampai university, kecuali pelajaran bahasa nasional, sejarah dan bahasa daerah. Karena sejak SD sudah berbahasa Inggris, sehingga orang India ini kalau presentasi benar benar memukau dengan bahasa Inggris yang bisa meliuk liuk seperti tari ular. Mereka bangga, ‘the world is now controlled by Indian Brain’, ada benarnya juga.




Kuwait :
Bahasa nasional jelas Arab, tetapi anak anak balitapun kebanyakan sudah mengenal dua bahasa Arab dan Inggris karena orang tuanya sudah memperkenalkan dua bahasa sejak dari rumah. Sehingga memasuki lapangan kerja, kemampuan bahasa asingnya jauh diatas sempurna dan sudah siap menghadapi tantangan global. Kuwait ini termasuk negara mini dengan sumber daya alam hanya dari minyak saja, tetapi investasinya juga dimana mana, sehingga tercatat sebagai salah satu negara terkaya dunia.




Kembali ke negeri tercinta Indonesia, mau dibawa kemana anak anak sekolah di Indonesia kalau ngomong bahasa asing saja dilarang.. Repot memang pada saat ekonomi Indonesia diakui dunia, anak anak kita ini tidak dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi tantangan ekonomi global dimasa depan. Sudah saatnya bangsa ini berani berinteraksi, berkomunikasi dan bersaing langsung diluar negeri dengan bangsa lain. Lihat wajah wajah ceria pada photo photo disamping ini, mereka pelajar di Kuwait yang sedang mempersiapkan masa depan dengan belajar bahasa Mandarin juga meskipun belum tahu benar dimana letak negara China dan kenapa harus mempelajari bahasanya.



1 komentar:

  1. numpang sharing di Facebook sy ya Bro.. sy berpendapat bahwa pemerintah kita berperan besar atas ketololan bahasa ingris bangsa kita.. semangat cinta tanah air, ternyata salah penerapannya.. menjadi semangat membodohkan tanah air...

    BalasHapus

Silahkan menuliskan komentar dengan bahasa yang jelas, sopan dan beradab.