Kamis, 12 Agustus 2010

Cerita Tentang Mbak Sri Dan Mbak Jum Di Transit Terminal Singapore

Setiap manusia diciptakan sama oleh yang maha besar Allah, tetapi dalam perjalanannya bisa saja berbeda dalam hal nasib, rejeki dan tingkah laku. Dihadapan Allah, semuanya sama tetapi manusia sendiri yang membeda bedakannya. Kalau kita melakukan perjalanan dari Kuwait ke Indonesia, kita akan dengan gamblang melihat pemandangan pemandangan yang tidak semestinya, dan kita tidak bisa berbuat apa apa. Siapa lagi kalau bukan saudari saudari kita mbak Sri, Mbak Jum dan teman temannya.

Lima hari sebelum memasuki bulan ramadhan 2010 atau sekitar sebulan sebelum hari raya idul fitri, saya melakukan perjalanan mudik ke Indonesia. Sengaja saya pilih Singapore Airlines karena pesawat ini transit dua kali di Abu Dhabi dan Singapore, lumayan bisa jalan jalan sebentar di terminal transit untuk meluruskan kaki dan menghilangkan pegel pegel karena kelamaan duduk didalam pesawat. Sejak berangkat dari Kuwait, sekitar 40 % seat ditempati oleh mbak Sri, mbak Jum dan kawan kawannya. Pada saat transit di Abu Dhabi boleh dikatakan belum ada masalah apapun karena penumpang transit tidak diperkenankan turun ke terminal bandara. Disini pesawat hanya ‘ngetem’ satu jam saja untuk menaikkan penumpang jurusan Singapore dan Indonesia. Begitu penumpang masuk kedalam pesawat, sempat saya kaget dan terkagum kagum, hampir seluruh penumpang yang naik adalah wanita wanita pemberani dari Indonesia kawan kawan mbak Sri dan mbak Jum  dari Kuwait. Suasana didalam pesawat begitu gegap gempita layaknya sebuah reuni akbar sebuah sekolah negeri. Peluk dan cium dalam reuni akbar ini begitu menyentuh dan menjadi perhatian penumpang lain.

Setelah melakukan perjalanan 8 jam yang melelahkan, tibalah saatnya seluruh penumpang harus turun di Changi Airport Singapore untuk oper pesawat ke Indonesia. Wanita wanita perkasa tersebut dengan gagah berani berombongan menuju gate 41, terminal keberangkatan Singapore Airlines menuju ke Jakarta. Saya perhatikan, mereka mengikuti mbak Sri dan mbak Jum yang dengan cepat mengambil inisiatif kepemimpinan rombongan. Sampai disini saya cukup bangga dengan wanita wanita sukses dan pemberani ini, tetapi hanya beberapa menit saja karena tanpa di komando dari sang pemimpin, semua wanita perkasa ini langsung duduk nglesot dilantai. Apa salahnya duduk di kursi empuk yang banyak tersedia dan kosong diterminal. 

Memang jaman feodal dulu waktu kakek nenek kita masih remaja, bangsa kita harus duduk bersimpuh didepan ‘londo’ dan para bangsawan. Tetapi saat ini, semua adat istiadat seperti itu sudah tidak berlaku lagi, semua manusia sama dan sederajat terutama dihadapan Allah. Masalah sopan santun tidak harus diartikan dengan duduk bersimpuh dilantai. Bukankah kita hidup dan tinggal diluar negeri membawa nama Negara kita tercinta Indonesia ?, lalu siapa yang mengajari mereka tata cara sopan santun gaya feodal semacam ini ? Apa kata dunia kalau bangsa kita tiarap didepan orang asing diterminal keberangkatan Changi Airport Singapore padahal kalau mau kita telusuri, orang asing yang duduk di kursi tadi sebenarnya tidak lebih dari pegawai rendahan juga yang mencari rejeki dinegeri orang. Lihatlah betapa gagahnya kuli bangunan dari India yang pernah saya tulis dalam blog ini juga dengan judul Madame Kesengsem Gaya Executive India.

Waktu berjalan dengan lambat dan gate 41 telah dibuka. Tibalah saat boarding masuk ke pesawat menuju Jakarta. Saya begitu tersentak kaget, ternyata sebagian dari mereka mendapat masalah besar yang mau tidak mau saya harus turun tangan untuk membantu, apalagi kalau bukan bantuan translate bahasa Inggris dan teriak agar ngechek tiketnya masing masing. Mereka ternyata hanya mengikuti rombongannya saja tanpa pernah ngechek tiketnya, mereka tidak tahu flight no dan mereka juga tidak tahu sebenarnya harus nunggu di gate no berapa. Dalam pikirannya cuma satu saja, ‘rombongan saya dari Abu Dhabi semua nunggu dan klesetan disini’. Sudah salah, ngeyel pula ke petugas katanya semua beli tiketnya bareng dari Abu Dhabi pada hari yang sama dan jam yang sama pula. Petugas dengan susah payah menjelaskan ‘Pesawat penuh dan penumpang dari Abu Dhabi di split jadi dua, sebagian berangkat dari gate 41 dan sebagian berangkat dari gate 56. BACA TIKETNYA !!!!!!’. Yang dibentak juga tidak mau kalah ‘INI ROMBONGAN, TIDAK BISA DIPISAH BEGITU SAJAAAA !!!!!’. Penumpang lain ikut nimpali pula ‘DI JAKARTA KALIAN AKAN KETEMU LAGI JUGA!!!!!!!!’. Karena kebanyakan ngeyel, akhirnya beberapa orang ketinggalan pesawat karena gate 56 ternyata sudah tutup dan pesawat sudah mau tinggal landas. Gantian saya yang teriak ‘KAMU NGGAK BISA MASUK PESAWAT!!!... SUDAH PENUH!!!, SAYA JUGA MAU BERANGKAT TERBANG!!!!!!!!’. Setelah pesawat tinggal landas saya baru terpikir, oh iya gimana ya cara mereka menukarkan tiketnya ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan menuliskan komentar dengan bahasa yang jelas, sopan dan beradab.